Salve... Untuk semua pembaca blog ini, mohon kebijakannya dalam membaca dan mencerna kisah-kisah yang saya ceritakan. Kamu tidak harus mengamini keyakinan saya, tapi kamu bisa menambah wawasan kamu dengan membaca blog ini ketimbang membaca kisah cinta yang jelas2 rekayasa penulis dan sutradara semata.
Nah, setelah beberapa waktu berlalu setelah kisah Santo Fansiskus Xaverius, saya tiba-tiba menjadi pesimis dengan vlog ini, tiba-tiba kayak malas nulis lagi. Tapi kemudian saya memutuskan untuk meneruskan, tidak peduli apakah ada yang membaca atau bahkan sekedar melihat isi blog saya.
Tidak masalah. Pada dasarnya saya ingin mengerjakan sesuatu yang bisa membawa aura positif dalam hidup saya sendiri atau orang lain yang mungkin kebetulan membaca ini. Dan saya juga sudah berjanji akan menyelesaikan 25 Orang Kudus yang disebut Santo dan Santa dalam gereja Katolik.
Santo Pius V (Paus)
Nah, kisah kali ini adalah tentang Santo Pius V yang juga adalah Paus atau pemimpin Gereja Katolik sedunia. Santo Pius V terlahir di Bosko, Italia pada tahun 1504 dan dibaptis dengan nama Antonius Ghislieri.
Antonius sungguh berkeinginan menjadi imam, namun karena keluarganya miskin, ia tidak bisa bersekolah dengan baik. Setiap hari Antonius membantu orang tuanya menggembalakan domba-domba.
Atas bantuan seorang dermawan, Antonius disekolahkan di bawah bimbingan imam-imam Ordo Dominikan. Pada usia 14 tahun Antonius bergabung dengan ordo Dominikan dan memilih nama Michael. Ia menyelesaikan studi dengan gemilang dan ditahbiskan menjadi imam.
Antonius menjadi biarawan yang pandai dan bijaksana. Taat pada aturan-aturan biara, taat pada pimpinan, suka akan kemiskinan dan kemurnian.
Antonius menjadi mahaguru filsafat dan theologi. Pada usia 52 tahun, Antonius ditahbiskan menjadi uskup. 1 tahun kemudian ia menjadi Kardinal. Dengan gagah berani, Antonius mempertahankan ajaran-ajaran Gereja dari orang-orang yang menentangnya.
Ia hidup bermatiraga serta saleh dan suci. Ia tidak takut menentang Paus Pius IV dan sempat dipecat dari Istana Vatikan.
Konklaf
Setelah Paus Pius IV wafat, para Kardinal berkumpul dalam Konklaf (Pertemuan para Kardinal Gereja Katolik yang dilakukan untuk Pemilihan Paus baru. Konklaf juga adalah nama ruangan tempat pertemuan itu berlangsung).
Pemilihan ini sangat sulit, setelah 3 minggu berlalu tetap tidak membuahkan hasil. Atas nasehat Karolus Borromeus yang hadir dalam Konklaf dan mendapat dukungan dari Raja Philip II, Antonius Ghislieri terpilih menjadi Paus menggantikan Paus Pius IV, di usianya yang ke 61 tahun.
Ia kemudian memakai nama Paus Pius V. Dulu ia hanyalah seorang bocah miskin penggembala domba, kini ia menjadi pemimpin Gereja Katolik di seluruh dunia.
Namun demikian ia tetaplah pribadi yang sederhana dan rendah hati serta hidup bermatiraga. Paus Pius V tetap memakai jubah Dominikan putihnya yang sudah tua dan tidak ada orang yang bisa membuatnya mengganti jubah itu. Tempat tidurnya dialasi dengan jerami kasar sebagai tanda matiraga.
Paus Pius V menghadapi banyak masalah dalam menjalankan tugasnya. Ia menimbah kekuatannya dari Salib Suci Kristus. Baginya, Doa adalah senjata ampuh. Setiap hari ia berdoa Rosario dan merenungkan sengsara Yesus Kristus. Ia membuka banyak Seminari baru, merevisi Brevir dan menerbitkan buku Katekismus baru.
Ia mendirikan yayasan-yayasan untuk menyebarkan Iman dan ajaran Gereja. Ia membangun rumah sakit dan memperhatikan orang miskin dengan menggunakan dana dari Kas Kepausan.
Ia adalah Paus yang mengucilkan Ratu Elizabet I, karena dalam masa pemerintahannya Ratu ini membenarkan ajaran sesat dan penganiayaan terhadap orang Kristen.
Pada masa itu, Gereja Kristus sedang dilanda ancaman besar dari bangsa Muslim Turki yang ingin menguasai Eropa dan memusnahkan ajaran Kristen. Paus Pius V sudah memperingatkan para penguasa Eropa kala itu, namun peringatan bahaya itu tidak dipedulikan.
Paus kemudian membantu Jenderal La Valette mempertahankan Malta, dengan mengirimkan uang dari Kas Vatikan, ketika tidak ada seorangpun yang mau membantu jenderal itu untuk berjuang mempertahankan Malta dari bangsa Turki. Jenderal La Valette berhasil memukul mundur tentara Turki.
Menghadapi kekalahan itu, Raja Turki, Selim II mempersalahkan Paus dan menyatakan perang terhadap Italia. Ia mengancam akan membinasakan setiap kota di Italia. Menghadapi ancaman itu, Paus Pius V memerintahkan setiap gereja di kota-kota Italia mengadakan Novena selama 40 jam.
Mendengar hal itu, Raja Selim II menertawakan cara Paus menghadapi ancamannya. Namun, 3 hari kemudian, karena banyaknya tertawa, Raja Selim II wafat secara mendadak.
Kematian Selim II tidak menghentikan serangan bangsa Turki ke Italia. Para panglima Turki: Müezzinzade Ali Pasha, Suluc Mehmed Pasha dan Uluc Ali Reis tetap bergerak menuju Italia bersama armada perang. Atas permohonan Paus Pius V, para penguasa Eropa membentuk aliansi untuk menghadapi ancaman.
Terbentuklah armada Perang Kristen dipimpin oleh Don Luis Requesens dan Don Àlvaro de Bazàn dari Kerajaan Spanyol, dan Gianandrea Doria dari Genoa. Ikut dalam rombongan itu adik tiri Raja Spanyol, Don John of Austria.
Ia belum berpengalaman sama sekali dalam peperangan besar dan masih sangat muda. Tapi Paus Pius V mengangkatnya menjadi panglima armada perang. Kata Paus: “pergilah anakku, karena aku tahu Tuhan akan memberimu kemenangan. Rosario akan menjadi keselamatan kita”.
Paus Pius V memberkati setiap kapal dan seluruh armada diserahkan dalam perlindungan Bunda Maria Ratu Rosario. Semua orang yang ada dalam kapal setiap hari menerima Komuni Kudus dan berdoa Rosario berkali-kali dalam sehari.
Sejak Armada Kristen berangkat menyambut musuh, lonceng-lonceng Gereja di seluruh Italia dibunyikan tanpa henti di jam-jam tertentu. Para imam mengumpulkan umatnya berdoa Rosario.
Bapa Paus tinggal dalam kapel pribadinya dan terus berdoa Rosario. Dalam perangpun, Don John tetap menyuruh anak buahnya tidak berhenti berdoa Rosario.
Pada Oktober 1571, armada perang Turki yang luar biasa besar bergerak menuju Italia. Sasaran mereka adalah menghancurkan setiap kota di Italia, menduduki Kota Roma dan menghancurkan Kekristenan.
Don John beserta armadanya segera menyongsong. Kedua armada perang ini bertemu di dekat Yunani, suatu wilayah yang disebut Leponto. Terjadilah pertempuran laut yang sangat dahsyat, yang dikenang dengan nama “Pertempuran Leponto”.
Kekuatan armada keduanya sangat tidak seimbang, armada Turki jauh lebih unggul. Mereka memiliki 251 kapal perang dan 31.490 orang tentara. Sedangkan armada kristen hanya memiliki 212 kapal perang dan 28.500 orang tentara.
Dalam pandangan manusia, kemenangan bagi armada Kristen adalah hal yang mustahil. Pertempuran itu tampak mustahil dan tidak seimbang bagi armada Kristen. Armada Kristen yang kecil sepertinya gampang saja disapu bersih oleh musuh yang sangat besar.
Namun selama pertempuran itu berlangsung, Bapa Suci Paus Pius V bersama seluruh orang Katolik Italia terus menerus menggempur Surga dengan Rosario yang tanpa henti.
Namun tiba-tiba bertiuplah angin kencang yang membawa gelombang laut yang sangat besar ke arah armada Turki. Satu persatu kapal perang Turki pecah dan tenggelam ditelan gelombang dahsyat yang datang bersama angin kencang itu.
Menyadari armada perang Kristen dilindungi kekuatan tidak terlihat, para panglima Turki lari pontang-panting meninggalkan armada mereka yang porak poranda.
Dalam pertempuran itu tercatat dari pihak armada perang Turki; 20.000 orang meninggal, 137 kapal direbut, 50 kapal tenggelam dan 10.000 orang Kristen yang ditawan Turki dan dijadikan para pendayung, dibebaskan. Sementara dari pihak armada Kristen; 7.500 orang wafat dan 17 kapal hilang.
Pertempuran itu terjadi pada siang hari, Minggu 7 Oktober 1571, seharusnya berita kemenangan baru tiba di Roma beberapa hari kemudian. Namun, pada siang itu juga di Italia, Bapa Suci Paus Pius V tiba-tiba menghentikan doa Rosario dan keluar dari Kapel Pribadinya dengan wajah penuh syukur.
Ia memanggil semua orang dan berseru: “Cepat kemari,
ini bukan waktunya untuk bekerja. Mari kita bersyukur kepada Allah Yang Maha
Kuasa, karena armada laut kita telah memperoleh kemenangan besar!”
Dua minggu kemudian Panglima Don John tiba di Italia dan membawa berita kemenangan itu. Tapi ia sangat terkejut karena diberitahu bahwa Bapa Suci telah mengumumkan berita kemenangan itu sejak hari Minggu tanggal 7 Oktober 1571.
Sebagai ungkapan syukur atas doa-doa Bunda Maria, Bapa Suci Paus Pius V menetapkan Pesta Maria Ratu Rosario yang dirayakan setiap tanggal 7 Oktober.
Dalam masa kepemimpinannya Paus Pius V menyederhanakan cara hidup Kepausan di Vatikan, menginstruksikan pembaharuan cara hidup ordo-ordo dan imam projo, memberantas korupsi yang terjadi di Roma dan negara Kepausan Vatikan dan menginstruksikan pembangunan seminari-seminari di setiap keuskupan.
Paus Pius V wafat pada
tanggal 1 Mei 1572 di Roma Italia setelah 6 tahun menjadi pemimpin Gereja Katolik.
Dinyatakan Kudus oleh Paus Klemens XI pada 22 Mei 1712. Jasadnya dimakamkan di
Chapel of San Andrea, Saint Peter’s Basilica, Vatican City. Dan tetap utuh
ketika digali kembali untuk proses kanonisasi ratusan tahun kemudian.
Wah, panjang ya kisahnya. Tapi menakjubkan betapa besar kuasa Allah Bapa kita yang dinyatakan pada umat pilihan yang sungguh dikasihi-Nya. Kisah ini semakin meyakinkan saya betapa besar kuasa Doa. Ketika kita percaya dan tidak berhenti berdoa juga berserah pada kehendak-Nya, Allah Yang Maha Kuasa menjawab doa-doa kita secara ajaib.
Sampai bertemu di kisah yang berikutnya ya...
Referensi: katakombe.org, imankatolik.or.id, wikipedia.org




















































