Santo Paus Yohanes Paulus II
Salve sahabat Kristus, kalau kita seusia, sahabat pasti mengenal dengan baik siapa Paus Yohanes Paulus II yang kini telah menjadi seorang Santo dalam Gereja Katolik Roma. Beliau adalah Paus non-Italia pertama sejak Paus Adrianus VI, yang menjabat antara tahun 1522-1523.
Selama masa kepausannya, beliau aktif memerangi Komunisme, Kapitalisme yang tidak terkendali dan Penindasan Politik. Secara signifikan, beliau juga meningkatkan hubungan antara Gereja Katolik dengan Yahudi, Islam dan Gereja Ortodoks Timur.
Saya pribadi, walaupun tidak pernah bertemu atau terlibat langsung dengan bapak gereja kita ini, merasa sangat dekat dengan beliau karena karya-karya kerasulannya terasa nyata dalam hati semua orang, bahkan di daerah terpencil sekalipun. Jadi blog ini akan sangat panjang dan banyak isinya.
Masa Muda
Karol Józef Wojtyła adalah nama asli Paus Yohanes Paulus II. Beliau terpilih sebagai Paus di usia 58 tahun, dan menjabat sejak 16 Oktober 1978 hingga wafatnya pada tanggal 2 April 2005. Beliau memilih nama 'Yohanes Paulus' untuk menghormati pendahulunya, Paus Yohanes Paulus I, yang wafat 33 hari setelah Konklaf Kepausan Agustus 1978.
Karol lahir pada tanggal 18 Mei 1920 di Wadowice, Polandia Selatan. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Karol Wojtyla yang adalah seorang Opsir Tentara Austria Hungaria dan Emilia Kaczorowska, yang merupakan seorang keturunan Lituania.
Ibu Karol meninggal pada saat ia masih berusia delapan tahun, dan kakak perempuannya Olga, meninggal ketika masih bayi, sebelum Karol lahir. Sehingga Karol dekat dengan kakak laki-lakinya, Edmund, yang lebih tua 14 tahun. Karena pekerjaannya sebagai dokter, Edmund meninggal karena demam Scarlet pada 1932, hal ini sangat mempengaruhi kehidupan Karol.
Karol menerima Komuni pada usia 9 tahun. Masa remajanya, Karol adalah seorang atlit sepakbola. Di masa ini, kehidupan Karol terpengaruh kontak intensif dengan komunitas Yahudi. Pertandingan sepakbola sering diadakan antara tim Yahudi dan Katolik. Ia sering menawarkan diri sebagai penjaga gawang bila tim Yahudi kekurangan pemain.
Pada pertengahan tahun 1938, Karol dan ayahnya pindah ke Krakow, disana ia menjadi mahasiswa di Universitas Jagiellonian. Sambil belajar Filologi dan berbagai bahasa, ia menjadi pustakawan sukarela dan ikut serta dalam wajib militer di Legiun Akademik Resimen Infantri ke-36 Polandia.
Karol juga tampil di berbagai teater serta menjadi penulis naskah drama. Selama masa-masa itu, kemampuan bahasanya berkembang dengan baik, ia menguasai 12 bahasa asing, 9 diantaranya dipakai terus sampai ia menjadi seorang Paus.
Tahun 1939, pendudukan Nazi di Polandia membuat universitas tempat ia belajar ditutup. Sejak tahun 1940-1944, Karol harus bekerja keras untuk menghindar dari diangkut ke Jerman sekaligus menopang hidupnya. Ia mengerjakan berbagai pekerjaan, mulai dari pelayan restoran, pekerja tambang, hingga buruh di pabrik kimia.
Pada tahun 1941, ayah Karol meninggal dunia. Hampir 40 tahun kemudian, ia menceritakan kisahnya bahwa di usia 20 tahun ia telah kehilangan semua orang yang dikasihinya, dan ketika mereka meninggal ia tidak ada disamping orang-orang terkasih itu.
Menjadi Pastor
Menyadari akan panggilannya untuk menjadi seorang Imam sangat besar, pada Oktober 1942, Karol menemui Uskup Agung Krakow dan menyatakan keinginannya menjadi Pastor. Ia kemudian mulai belajar di Seminari yang dijalankan secara rahasia oleh Uskup Agung Krakow, Kardinal Adam Stefan Sapieha.
Setelah perang dunia II berakhir, Seminari Agung Krakow dibuka kembali. Karol menyelesaikan studi disana dan Studi teologinya di Universitas Jagiellonian, hingga pentahbisan imamatnya pada tanggal 1 November 1946, pada hari raya Semua Orang Kudus.
Setelah ditahbiskan, Kardinal Sapieha mengirim Karol ke Roma untuk belajar di Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas. Disana ia mendapat gelar Doktor Teologi Suci. Selama hari-hari liburnya, Karol menjalankan pelayanan pastoral di antara orang-orang Polandia yang bermigrasi ke Perancis, Belgia dan Belanda.
Karol adalah murid yang sangat cerdas, ia menulis banyak artikel penelitian, tulisan religius dan literatur asli selama periode Doktoratnya di Roma. Tahun 1948 ia kembali ke Polandia dan menjadi pastor pembantu di beberapa paroki di Krakow serta pastor mahasiswa di Universitas Krakow hingga 1951.
Menjadi Uskup dan Kardinal
Pastor Karol Wojtyla ditahbiskan menjadi Uskup pembantu di Krakow pada tanggal 28 September 1958 di Katedral Wawel oleh Uskup Agung Baziak. Ia menjadi Uskup termuda di Polandia pada usia 38 tahun.Setelah Uskup Baziak wafat, Wojtyla ditahbiskan oleh Paus Paulus VI menjadi Uskup Agung Krakow pada tanggal 13 Januari 1963. Kemudian tanggal 26 Juni 1967, Paus yang sama mengumumkan promosi Uskup Agung Karol Josef Wojtyla menjadi Kardinal.
Pada masa ini, Kardinal Wojtyla berperan penting dalam Konstitusi Gaudium et Spes, Ensiklik Humanae Vitae yang berkaitan dengan masalah pelarangan aborsi dan pengaturan kelahiran dalam KB. Ia juga mengambil bagian dalam persidangan Sinode para Uskup.
Menjadi Paus Yohanes Paulus II
Setelah wafatnya Paus Paulus VI, Kardinal Wojtyla menghadiri Konklaf Paus, yang memilih Albino Luciani, Kardinal Venesia, sebagai Paus Yohanes Paulus I. Namun tanpa diduga, 33 hari setelah menjabat, Paus Yohanes Paulus I wafat.
Konklaf kedua pata tahun 1978 diadakan pada tanggal 14 Oktober. Kardinal Karol Wojtyla memenangkan pemilihan sebagai kandidat kompromi pada putaran kedua. Untuk menghormati pendahulunya, ia mengambil nama Paus Yohanes Paulus II.
Ketika asap putih muncul di langit lapangan Santo Petrus untuk memberitahu umat bahwa seorang Paus telah terpilih, ia menerima pemilihannya dengan kata-kata: "Dengan ketaatan dalam iman Kristus, Tuhanku, dan dengan kepercayaan kepada Bunda Kristus dan Gereja, meskipun dalam kesulitan yang besar, Saya menerima".
Karol Josef Wojtyla menjadi Paus ke-264 dalam kronologis daftar Paus, dan menjadi Paus non-Italia pertama sejak 455 tahun. Di usia 58 tahun dia menjadi Paus termuda sejak Paus Pius IX, yang dilantik pada usia 54 tahun.
Ia meniadakan penobatan Kepausan Tradisional yang seperti pelantikan kerajaan dan mengambil pelantikan Gerejawi yang sederhana pada 22 Oktober 1978.
Karya Kepausan dan Perjalanan Pastoral
Paus Yohanes Paulus II telah menyelesaikan 104 Kunjungan Pastoral di luar Italia dan 146 di dalam Italia. Sebagai Uskup Roma, dia mengunjungi 317 paroki dari 332 paroki yang ada di Roma.
Dalam pengajaran, ia membuat berbagai dokumen penting termasuk 14 ensiklik, 15 himbauan apostolik, 11 konstitusi apostolik dan 45 surat apostolik. Sri Paus juga menyelesaikan 5 buah buku: "Menyeberangi Ambang Pintu Harapan (1994); Anugerah dan Misteri: Pada Ulang Tahun ke-50 Tahbisan Imamatku (1996); sebuah buku puisi "Meditasi-meditasi Triptik Romana" (2003); "Marilah Kita Berada Pada Jalan Kita" (2004); dan "Kenang-kenangan dan Identitas" (2005).
Yohanes Paulus II dalam masa Pontifikatnya telah memimpin 147 Upacara Beatifikasi dan 51 Upacara Kanonisasi. Dia telah menyelenggarakan 9 Konsistori dengan mengangkat 232 orang Kardinal, mengadakan 6 pertemuan kolegio para kardinal serta memimpin 15 Sinode Para Uskup.
Ia menjadi satu-satunya Paus yang telah bertemu dengan banyak tokoh di dunia dan lebih dari 17.600.000 orang peziarah telah mengambil bagian dalam Audiensi Umum di Lapangan Santo Petrus pada setiap hari Rabu.
Jumlah itu bahkan belum terhitung dengan Audiensi Khusus lain, Upacara Religius serta Kunjungan-kunjungan Pastoral yang telah diadakannya di Italia dan seluruh dunia.
Paus Yohanes Paulus II terkenal memiliki hubungan dekat dengan Kepemudaan Katolik. Sebelum menjadi Paus ia sering melakukan perkemahan dan perjalanan mendaki gunung dengan para pemuda Katolik, hal ini terus dilakukannya setelah menjadi Paus.
Ia menggagas 'Hari Pemuda Dunia' pada tahun 1984 untuk mengajak pemuda-pemudi Katolik di seluruh dunia merayakan keyakinannya. Pertemuan selama seminggu ini berlangsung setiap 2 atau 3 tahun sekali dan menarik minat jutaan kaum muda dari seluruh dunia.
Ia sangat memperhatikan pendidikan untuk Imam Baru dan melakukan kunjungan ke seminari-seminari Katolik Roma. Perhatiannya kepada keluarga-keluarga juga diungkapkannya pada Pertemuan Keluarga Dunia pada tahun 1994.
Jika sahabat Kristus sempat membaca biografinya di Wikipedia, kalian akan mengetahui betapa ia sangat gencar mengusahakan Perdamaian Dunia dan mengambil peranan penting pada setiap hal yang menyangkut di dalamnya. Sri Paus melakukan banyak perjalanan dan kunjungan kepada pemimpin serta penganut agama dan kepercayaan lain.
Ia menjalin komunikasi yang baik dan berjuang menemukan dasar yang sama dalam doktrin dan dogma. Pada hari Doa Sedunia untuk Perdamaian yang diadakan pada tanggal 27 Oktober 1986 di Asisi, ledih dari 120 wakil agama dan kepercayaan serta berbagai denominasi Kristen meluangkan waktu sehari bersama untuk berpuasa dan berdoa.
Percobaan Pembunuhan dan Akhir Hidupnya
Pada tanggal 13 Mei 1981, Sri Paus hampir kehilangan nyawanya setelah ditembak oleh seorang ekstremis Turki di Lapangan Santo Petrus. Dua hari setelah Natal, 27 Desember 1983, Paus menjenguk pembunuhnya di penjara.
Percobaan pembunuhan kedua terjadi di Fatima, Portugal yang dilakukan oleh seorang pastor ultrakonservatif, berhaluan keras, warga negara Spanyol. Adapula satu serangan terorisme massal di Manila dan sebuah bom bunuh diri yang berhasil dicegah.Sebagai mantan olahragawan sejati dan pemain bola, beliau terkenal sebagai Paus yang Sehat. Meskipun mengalami berbagai macam cidera karena percobaan pembunuhan dan kecelakaan kecil, ia selalu terlihat bugar dalam setiap pelayanannya.
Di hari-hari terakhir kehidupannya, cahaya lampu tetap dinyalakan di lantai atas Istana Apostolik. Puluhan ribu umat berkumpul di lapangan Santo Petrus dan jalan-jalan, untuk turut mendoakan serta memberi sang pemimpin kekuatan.
Santo Yohanes Paulus II wafat pada tanggal 2 April 2005, jam 9:37 malam, di Vatikan setelah mengatakan: "Biarkan aku pergi ke rumah Bapa". Pemakamannya dihadiri jutaan umat, ratusan kardinal dan banyak pemimpin negara dari seluruh dunia, di Lapangan Santo Petrus.
Santo Yohanes Paulus II dibeatifikasi oleh penerusnya, Paus Benediktus XVI pada tanggal 1 Mei 2011 dan dikanonisasi oleh Paus Fransiskus pada tanggal 27 April 2014. Pestanya dirayakan setiap tanggal 22 Oktober.
Sahabat Kristus, saya termasuk salah seorang yang sangat menghormati dan mengagumi Sri Paus yang satu ini bukan hanya karena sosok beliau yang luar biasa tapi juga karena devosinya yang mendalam kepada Bunda Maria sejak dari masa mudanya.
Dalam bukunya, ia menyebutkan bahwa Doa kesayangannya adalah Doa Rosario, sebuah Doa yang sangat mengagumkan karena kesederhanaan dan kedalamannya. Baginya Bunda Maria dan Doa Rosario memegang peranan penting dalam kehidupan Rohaninya.
Ketika menulis blog ini, saya merasa sangat terharu dan bangga, bahwa sangatlah beralasan saya menaruh hormat dan kagum yang tinggi padanya. Semoga kita semua memperoleh hikmat dari kisah ini ya... Salve sahabat Kristus...

.png)
.png)
.png)
.png)
.png)

.png)
.png)

.png)
.png)
.png)
.png)
.png)



.png)

.png)
.png)
.png)






.png)








