Rabu, 06 Desember 2023

Paus Yohanes Paulus II

Santo Paus Yohanes Paulus II

Salve sahabat Kristus, kalau kita seusia, sahabat pasti mengenal dengan baik siapa Paus Yohanes Paulus II yang kini telah menjadi seorang Santo dalam Gereja Katolik Roma. Beliau adalah Paus non-Italia pertama sejak Paus Adrianus VI, yang menjabat antara tahun 1522-1523.

Selama masa kepausannya, beliau aktif memerangi Komunisme, Kapitalisme yang tidak terkendali dan Penindasan Politik. Secara signifikan, beliau juga meningkatkan hubungan antara Gereja Katolik dengan Yahudi, Islam dan Gereja Ortodoks Timur.

Saya pribadi, walaupun tidak pernah bertemu atau terlibat langsung dengan bapak gereja kita ini, merasa sangat dekat dengan beliau karena karya-karya kerasulannya terasa nyata dalam hati semua orang, bahkan di daerah terpencil sekalipun. Jadi blog ini akan sangat panjang dan banyak isinya.

Masa Muda

Karol Józef Wojtyła adalah nama asli Paus Yohanes Paulus II. Beliau terpilih sebagai Paus di usia 58 tahun, dan menjabat sejak 16 Oktober 1978 hingga wafatnya pada tanggal 2 April 2005. Beliau memilih nama 'Yohanes Paulus' untuk menghormati pendahulunya, Paus Yohanes Paulus I, yang wafat 33 hari setelah Konklaf Kepausan Agustus 1978.

Karol lahir pada tanggal 18 Mei 1920 di Wadowice, Polandia Selatan. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Karol Wojtyla yang adalah seorang Opsir Tentara Austria Hungaria dan Emilia Kaczorowska, yang merupakan seorang keturunan Lituania.

Ibu Karol meninggal pada saat ia masih berusia delapan tahun, dan kakak perempuannya Olga, meninggal ketika masih bayi, sebelum Karol lahir. Sehingga Karol dekat dengan kakak laki-lakinya, Edmund, yang lebih tua 14 tahun. Karena pekerjaannya sebagai dokter, Edmund meninggal karena demam Scarlet pada 1932, hal ini sangat mempengaruhi kehidupan Karol. 

Karol menerima Komuni pada usia 9 tahun. Masa remajanya, Karol adalah seorang atlit sepakbola. Di masa ini, kehidupan Karol terpengaruh kontak intensif dengan komunitas Yahudi. Pertandingan sepakbola sering diadakan antara tim Yahudi dan Katolik. Ia sering menawarkan diri sebagai penjaga gawang bila tim Yahudi kekurangan pemain.

Pada pertengahan tahun 1938, Karol dan ayahnya pindah ke Krakow, disana ia menjadi mahasiswa di Universitas Jagiellonian. Sambil belajar Filologi dan berbagai bahasa, ia menjadi pustakawan sukarela dan ikut serta dalam wajib militer di Legiun Akademik Resimen Infantri ke-36 Polandia.

Karol juga tampil di berbagai teater serta menjadi penulis naskah drama. Selama masa-masa itu, kemampuan bahasanya berkembang dengan baik, ia menguasai 12 bahasa asing, 9 diantaranya dipakai terus sampai ia menjadi seorang Paus.

Tahun 1939, pendudukan Nazi di Polandia membuat universitas tempat ia belajar ditutup. Sejak tahun 1940-1944, Karol harus bekerja keras untuk menghindar dari diangkut ke Jerman sekaligus menopang hidupnya. Ia mengerjakan berbagai pekerjaan, mulai dari pelayan restoran, pekerja tambang, hingga buruh di pabrik kimia.

Pada tahun 1941, ayah Karol meninggal dunia. Hampir 40 tahun kemudian, ia menceritakan kisahnya bahwa di usia 20 tahun ia telah kehilangan semua orang yang dikasihinya, dan ketika mereka meninggal ia tidak ada disamping orang-orang terkasih itu. 

Menjadi Pastor

Menyadari akan panggilannya untuk menjadi seorang Imam sangat besar, pada Oktober 1942, Karol menemui Uskup Agung Krakow dan menyatakan keinginannya menjadi Pastor. Ia kemudian mulai belajar di Seminari yang dijalankan secara rahasia oleh Uskup Agung Krakow, Kardinal Adam Stefan Sapieha.

Setelah perang dunia II berakhir, Seminari Agung Krakow dibuka kembali. Karol menyelesaikan studi disana dan Studi teologinya di Universitas Jagiellonian, hingga pentahbisan imamatnya pada tanggal 1 November 1946, pada hari raya Semua Orang Kudus.

Setelah ditahbiskan, Kardinal Sapieha mengirim Karol ke Roma untuk belajar di Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas. Disana ia mendapat gelar Doktor Teologi Suci. Selama hari-hari liburnya, Karol menjalankan pelayanan pastoral di antara orang-orang Polandia yang bermigrasi ke Perancis, Belgia dan Belanda.

Karol adalah murid yang sangat cerdas, ia menulis banyak artikel penelitian, tulisan religius dan literatur asli selama periode Doktoratnya di Roma. Tahun 1948 ia kembali ke Polandia dan menjadi pastor pembantu di beberapa paroki di Krakow serta pastor mahasiswa di Universitas Krakow hingga 1951.

Menjadi Uskup dan Kardinal

Pastor Karol Wojtyla ditahbiskan menjadi Uskup pembantu di Krakow pada tanggal 28 September 1958 di Katedral Wawel oleh Uskup Agung Baziak. Ia menjadi Uskup termuda di Polandia pada usia 38 tahun. 

Setelah Uskup Baziak wafat, Wojtyla ditahbiskan oleh Paus Paulus VI menjadi Uskup Agung Krakow pada tanggal 13 Januari 1963. Kemudian tanggal 26 Juni 1967, Paus yang sama mengumumkan promosi Uskup Agung Karol Josef Wojtyla menjadi Kardinal.

Pada masa ini, Kardinal Wojtyla berperan penting dalam Konstitusi Gaudium et Spes, Ensiklik Humanae Vitae yang berkaitan dengan masalah pelarangan aborsi dan pengaturan kelahiran dalam KB. Ia juga mengambil bagian dalam persidangan Sinode para Uskup.

Menjadi Paus Yohanes Paulus II

Setelah wafatnya Paus Paulus VI, Kardinal Wojtyla menghadiri Konklaf Paus, yang memilih Albino Luciani, Kardinal Venesia, sebagai Paus Yohanes Paulus I. Namun tanpa diduga, 33 hari setelah menjabat, Paus Yohanes Paulus I wafat.

Konklaf kedua pata tahun 1978 diadakan pada tanggal 14 Oktober. Kardinal Karol Wojtyla memenangkan pemilihan sebagai kandidat kompromi pada putaran kedua. Untuk menghormati pendahulunya, ia mengambil nama Paus Yohanes Paulus II.

Ketika asap putih muncul di langit lapangan Santo Petrus untuk memberitahu umat bahwa seorang Paus telah terpilih, ia menerima pemilihannya dengan kata-kata: "Dengan ketaatan dalam iman Kristus, Tuhanku, dan dengan kepercayaan kepada Bunda Kristus dan Gereja, meskipun dalam kesulitan yang besar, Saya menerima".  

Karol Josef Wojtyla menjadi Paus ke-264 dalam kronologis daftar Paus, dan menjadi Paus non-Italia pertama sejak 455 tahun. Di usia 58 tahun dia menjadi Paus termuda sejak Paus Pius IX, yang dilantik pada usia 54 tahun. 

Ia meniadakan penobatan Kepausan Tradisional yang seperti pelantikan kerajaan dan mengambil pelantikan Gerejawi yang sederhana pada 22 Oktober 1978.  

Karya Kepausan dan Perjalanan Pastoral

Paus Yohanes Paulus II telah menyelesaikan 104 Kunjungan Pastoral di luar Italia dan 146 di dalam Italia. Sebagai Uskup Roma, dia mengunjungi 317 paroki dari 332 paroki yang ada di Roma.

Dalam pengajaran, ia membuat berbagai dokumen penting termasuk 14 ensiklik, 15 himbauan apostolik, 11 konstitusi apostolik dan 45 surat apostolik. Sri Paus juga menyelesaikan 5 buah buku: "Menyeberangi Ambang Pintu Harapan (1994); Anugerah dan Misteri: Pada Ulang Tahun ke-50 Tahbisan Imamatku (1996); sebuah buku puisi "Meditasi-meditasi Triptik Romana" (2003); "Marilah Kita Berada Pada Jalan Kita" (2004); dan "Kenang-kenangan dan Identitas" (2005).

Yohanes Paulus II dalam masa Pontifikatnya telah memimpin 147 Upacara Beatifikasi dan 51 Upacara Kanonisasi. Dia telah menyelenggarakan 9 Konsistori dengan mengangkat 232 orang Kardinal, mengadakan 6 pertemuan kolegio para kardinal serta memimpin 15 Sinode Para Uskup.

Ia menjadi satu-satunya Paus yang telah bertemu dengan banyak tokoh di dunia dan lebih dari 17.600.000 orang peziarah telah mengambil bagian dalam Audiensi Umum di Lapangan Santo Petrus pada setiap hari Rabu. 

Jumlah itu bahkan belum terhitung dengan Audiensi Khusus lain, Upacara Religius serta Kunjungan-kunjungan Pastoral yang telah diadakannya di Italia dan seluruh dunia.

Paus Yohanes Paulus II terkenal memiliki hubungan dekat dengan Kepemudaan Katolik. Sebelum menjadi Paus ia sering melakukan perkemahan dan perjalanan mendaki gunung dengan para pemuda Katolik, hal ini terus dilakukannya setelah menjadi Paus.

Ia menggagas 'Hari Pemuda Dunia' pada tahun 1984 untuk mengajak pemuda-pemudi Katolik di seluruh dunia merayakan keyakinannya. Pertemuan selama seminggu ini berlangsung setiap 2 atau 3 tahun sekali dan menarik minat jutaan kaum muda dari seluruh dunia.

Ia sangat memperhatikan pendidikan untuk Imam Baru dan melakukan kunjungan ke seminari-seminari Katolik Roma. Perhatiannya kepada keluarga-keluarga juga diungkapkannya pada Pertemuan Keluarga Dunia pada tahun 1994.

Jika sahabat Kristus sempat membaca biografinya di Wikipedia, kalian akan mengetahui betapa ia sangat gencar mengusahakan Perdamaian Dunia dan mengambil peranan penting pada setiap hal yang menyangkut di dalamnya. Sri Paus melakukan banyak perjalanan dan kunjungan kepada pemimpin serta penganut agama dan kepercayaan lain.

Ia menjalin komunikasi yang baik dan berjuang menemukan dasar yang sama dalam doktrin dan dogma. Pada hari Doa Sedunia untuk Perdamaian yang diadakan pada tanggal 27 Oktober 1986 di Asisi, ledih dari 120 wakil agama dan kepercayaan serta berbagai denominasi Kristen meluangkan waktu sehari bersama untuk berpuasa dan berdoa.

Percobaan Pembunuhan dan Akhir Hidupnya

Pada tanggal 13 Mei 1981, Sri Paus hampir kehilangan nyawanya setelah ditembak oleh seorang ekstremis Turki di Lapangan Santo Petrus. Dua hari setelah Natal, 27 Desember 1983, Paus menjenguk pembunuhnya di penjara.

Percobaan pembunuhan kedua terjadi di Fatima, Portugal yang dilakukan oleh seorang pastor ultrakonservatif, berhaluan keras, warga negara Spanyol. Adapula satu serangan terorisme massal di Manila dan sebuah bom bunuh diri yang berhasil dicegah.

Sebagai mantan olahragawan sejati dan pemain bola, beliau terkenal sebagai Paus yang Sehat. Meskipun mengalami berbagai macam cidera karena percobaan pembunuhan dan kecelakaan kecil, ia selalu terlihat bugar dalam setiap pelayanannya.

Di hari-hari terakhir kehidupannya, cahaya lampu tetap dinyalakan di lantai atas Istana Apostolik. Puluhan ribu umat berkumpul di lapangan Santo Petrus dan jalan-jalan, untuk turut mendoakan serta memberi sang pemimpin kekuatan. 

Santo Yohanes Paulus II wafat pada tanggal 2 April 2005, jam 9:37 malam, di Vatikan setelah mengatakan: "Biarkan aku pergi ke rumah Bapa". Pemakamannya dihadiri jutaan umat, ratusan kardinal dan banyak pemimpin negara dari seluruh dunia, di Lapangan Santo Petrus.

Santo Yohanes Paulus II dibeatifikasi oleh penerusnya, Paus Benediktus XVI pada tanggal 1 Mei 2011 dan dikanonisasi oleh Paus Fransiskus pada tanggal 27 April 2014. Pestanya dirayakan setiap tanggal 22 Oktober.

Sahabat Kristus, saya termasuk salah seorang yang sangat menghormati dan mengagumi Sri Paus yang satu ini bukan hanya karena sosok beliau yang luar biasa tapi juga karena devosinya yang mendalam kepada Bunda Maria sejak dari masa mudanya. 

Dalam bukunya, ia menyebutkan bahwa Doa kesayangannya adalah Doa Rosario, sebuah Doa yang sangat mengagumkan karena kesederhanaan dan kedalamannya. Baginya Bunda Maria dan Doa Rosario memegang peranan penting dalam kehidupan Rohaninya. 

Ketika menulis blog ini, saya merasa sangat terharu dan bangga, bahwa sangatlah beralasan saya menaruh hormat dan kagum yang tinggi padanya. Semoga kita semua memperoleh hikmat dari kisah ini ya... Salve sahabat Kristus...

Senin, 27 November 2023

Mengenal Para Kudus yang Menjadi Pendoa Setia bagi Jiwa-jiwa di Api Penyucian

Sahabat Kristus, bulan November bagi umat Katolik Roma di seluruh dunia adalah bulan penutupan tahun Liturgi Gereja, sekaligus merupakan bulan bagi kita untuk berdevosi bagi keselamatan jiwa-jiwa yang masih berada di Api Penyucian dan semua Orang Kudus.

Api Penyucian adalah suatu keadaan atau proses pemurnian bagi mereka yang sudah meninggal, khususnya jiwa-jiwa yang meninggal dalam keadaan rahmat, tapi belum mendapatkan hukuman sementara atas dosa-dosa semasa hidupnya. Sebelum akhirnya mereka mencapai kegembiraan surga.

Api Penyucian berasal dari bahasa Latin: "Purgatorium"; merupakan sebuah istilah dalam Teologi Katolik. Dengan demikian mereka tidak akan selamanya berada di sana, melainkan kelak, untuk waktu yang tidak kita ketahui, mereka semua akan memperoleh surga kekal.

Santo Alfonsus Liguori mengatakan; Hukum Alam akan membantu orang-orang yang malang, bahkan mereka yang terasing. Tetapi, kewajiban kita yang masih hidup, untuk mendoakan jiwa-jiwa malang di Api Penyucian jauh lebih besar.

Karena di antara jiwa-jiwa itu terdapat jiwa yang berhubungan dekat dengan kita, yang sangat kita kasihi, keluarga, orang tua, mereka yang pernah berjasa atau berbuat baik pada kita, yang mungkin saja sedang menderita. 

Santo Alfonsus mengatakan; upacara pemakaman yang besar dan mewah hanyalah penghiburan bagi yang masih hidup, tapi tidak berarti bagi yang sudah meninggal. Doa-doa dan silih, menjadi suatu pengorbanan yang bisa kita lakukan bagi jiwa-jiwa ini.

Para Kudus

Saya mengenal beberapa orang Kudus, yang selama hidup, mereka berdevosi penuh dengan perantaraan Bunda Perawan, bagi keselamatan jiwa-jiwa di api penyucian, ada di antara mereka yang memperoleh karunia melihat langsung surga, neraka dan api penyucian, bahkan merasakan penderitaan jiwa-jiwa malang itu.

Mari mengenal dan mencontohi cara hidup serta ketaatan mereka;

1. Santo Alphonsus Marie 'de Liguori

Santo Alfonsus de Liguori lahir di Marianela, Italia pada tanggal 27 September 1696. Ia adalah seorang uskup, pujangga gereja dan pendiri Konggregasi Redemptoris. 

Ia merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Don Joseph merupakan seorang perwira angkatan laut dan Komandan Kapal Perang Kerajaan, sementara ibunya adalah seorang wanita saleh berdarah Spanyol.

Alfonsus dan saudara-saudaranya dibesarkan dalam keluarga yang sangat taat beragama. Ia memperoleh gelar Doktor Hukum dari Universitas Naples, pada usia 16 tahun dan pada usia 19 tahun ia sudah menjadi seorang pengacara terkenal.

Pada tahun 1723, Alfonsus meninggalkan kehidupan pengacaranya karena suatu masalah dan sepenuhnya mulai mendedikasikan dirinya dalam kehidupan religius. Sebagai akibatnya, Alfonsus mendapatkan perlakuan buruk dari keluarganya. 

Setelah ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 21 Desember 1726, Alfonsus menjadi misionaris selama enam tahun dalam pelayanan di seluruh wilayah Naples. 

Pada tahun 1723, berkat persahabatan seumur hidupnya dengan Uskup Thomas Falcoia (Pendiri Konggregasi Pekerja Taat), serta seorang biarawati suci, Suster Mary Celeste yang berjasa mengarahkan jalan hidup religiusnya, Alfonsus berhasil mendirikan Konggregasi Redemptoris atau Sang Penebus Mahakudus. 

Santo Alfonsus menjalani tugas imamatnya dengan banyak memberikan pengarahan rohani yang bijaksana dan membawa damai bagi umatnya melalui Sakramen Rekonsiliasi. Ia selalu menekankan pentingnya kesadaran umat akan cinta kasih Tuhan dan iman mereka.

Ia menulis lagu puji-pujian dan buku-buku rohani, dimana dalam bukunya ia menjelaskan banyak hal tentang kewajiban kita mendoakan jiwa-jiwa di api penyucian, serta Devosinya yang amat mendalam kepada Bunda Perawan.

Pada tahun 1798, Paus Pius VI hendak mengangkatnya menjadi Uskup, namun Alfonsus menolaknya dengan halus. Di usia tuanya ia menderita banyak penyakit, kehilangan pendengaran, mengalami banyak kekecewaan serta pencobaan.

Santo Alfonsus de Liguori, seorang pribadi yang rendah hati ini, wafat pada tanggal 1 Agustus 1787, pada usia 91 tahun, dan dikanonisasi pada 26 Mei 1893, oleh Paus Gregorius XVI. Pestanya dirayakan setiap tanggal 1 Agustus.

2. Santa Katarina de Genoa

Santa Katarina Fieschi atau Santara Katarina dari Genoa, merupakan seorang Santa yang dihormati sebagai pelindung kota Genoa dan rumah sakit di Italia. Ia lahir dari keluarga bangsawan, pada usia 16 tahun, Katarina dijodohkan dan dinikahkan dengan seorang pemuda oleh keluarganya.

Ia dilahirkan di Genova, Italia pada tanggal 5 April 1447. Selama lima tahun pernikahannya, Katarina menanggung penderitaan batin yang luar biasa karena ulah suaminya, Yuliano Adorno. Mereka hidup berkelimpahan dan foya-foya namun batinnya tidak tentram.

Pada usia 36 tahun, Katarina melepaskan kesenangan duniawinya dan memulai pertobatan. Hal ini ternyata kemudian diikuti oleh suaminya. Keduanya pindah ke rumah yang lebih sederhana dan berkarya di sebuah rumah sakit. Katarina dan Yuliano hidup dalam pengabdian dalam cinta dan pengabdian penuh kepada Tuhan.

Pada tahun 1497, Yuliano meninggal dunia, Katarina tetap tekun melanjutkan karya amalnya, serta menjalin hubungan yang erat denga Tuhan dalam doa dan matiraga. Tuhan memberikan banyak karunia istimewa kepadanya dan kehidupan mistik yang tinggi.

Santa Katarina, mencurahkan perhatian yang besar terutama kepada Jiwa-jiwa di Api Penyucian. Menurutnya, penderitaan mereka jauh lebih besar karena dianggap belum berkenan kepada Tuhan secara sempurna. 

Santa Katarina menulis banyak kutipan mengenai jiwa-jiwa malang di api penyucian. Katanya; Hidup bersama Tuhan di Surga merupakan kelanjutan dan kesempurnaan hidup bersama Tuhan yang dimulai di bumi. 

Santa Katarina Fieschi de Genoa, wafat pada tanggal 15 September 1510 di Genova, Italia dan dikanonisasi oleh Paus Klemens XII pada tahun 1737. Pestanya dirayakan setiap tanggal 15 September.

3. Santa Maria Magdalena de Pazzi

Santa Maria Magdalena de Pazzi adalah seorang suster dan Mistikus Karmelit Italia. Lahir sebagai putri tunggal dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya terkemuka di Renaissence Florence, Italia, pada tanggal 1556. Ayahnya bernama Gery de Pazzi dan ibunya Maria Buondelmonti.

Sejak masa kanak-kanak, Katarina de Pazzi, nama kecilnya, sudah menunjukkan hidup yang luhur dan religius. Di usia sembilan tahun, ia bermeditasi tentang Sengsara Kristus dan melakukan praktek penyiksaan daging dengan mencambuk dirinya serta mengenakan pakaian dari kain kasar juga mahkota duri yang ia buat sendiri.

Pada usia 10 tahun, Katarina masuk sekolah asrama biara, disana ia mulai mencintai kehidupan religius dan menerima Komuni pertamanya dengan penuh cinta kepada Tuhan. Namun ayahnya berniat menikahkan dia.

Pada tanggal 30 Januari 1583, Katarina menerima jubah biara Karmel, Santa Maria dari Para Malaikat, dan mengambil nama Maria Magdalena. Ketika seorang pastor meletakkan salib di tangannya, wajah Maria Magdalena bersinar dengan cahaya yang aneh dan hatinya dipenuhi semangat untuk menderita selama sisa hidupnya bagi Sang Penyelamatnya.

Pada masa Novisiat, Magdalena diijinkan untuk mengucapkan Kaul Religius lebih cepat dari peraturan pada umumnya, karena ia sakit parah dan menderita sangat berat. 

Dalam kesakitannya, Magdalena tidak pernah mengeluh, ia berkata bahwa, Tuhan Yesus yang menderita di salib karena kasih-Nya pada manusia, telah memberikan kekuatan yang sama dalam kelemahannya.

Sepanjang hidupnya, Santa Maria Magdalena mengalami banyak serta pencobaan yang berat. Namun ia mempersembahkan semua penderitaan itu kepada Yesus dan Bunda Maria, sebagai silih bagi para pendosa dan orang-orang yang tidak percaya.

Allah membalas kasih Magdalena dan pengorbanannya dengan memberikan berbagai macam karunia, ia mampu membaca pikiran orang lain dan meramal masa depan. 

Santa Maria Magdalena sering menampakkan diri kepada orang-orang di tempat yang jauh dan memberikan penyembuhan. Ia juga sering mengalami ekstase. 

Santa Maria Magdalena de Pazzi wafat dengan penderitaan yang sangat berat pada tanggal 25 Mei 1607, pada usia 41 tahun. Jasadnya yang masih utuh disimpan di gereja biaranya di Florence. Santa Maria Magdalena dikanonisasi oleh Paus Klemens IX pada tahun 1669. Pestanya dirayakan setiap tanggal 25 Mei.

4. Sister Josefa Menendez

Suster Yosefa Menendez lahir pada tanggal 4 Februari 1890 di Madrid, Spanyol. Sejak kecil ia mengalami banyak penderitaan hidup. Pada usia 20 tahun, ia hendak bergabung dengan Ordo Hati Kudus, namun karena situasi ekonomi keluarga hal itu tidak terjadi.

Pada tanggal 5 Februari 1920, Yosefa bergabung dengan Serikat Hati Kudus di Poitiers, Perancis. Seluruh hidupnya di biara dilakukan dalam pelayanan dan ketaatan pada otoriter Ordonya. Ia sangat pendiam, lemah lembut, tidak bisa bahasa Perancis dan lebih suka menyendiri di tempat yang sunyi.

Dalam kesederhanaannya, Allah menganugerahkan rahmat Spiritual berupa penglihatan akan situasi neraka disertai penderitaan fisik yang ia rasakan juga akan penyiksaannya, dan komunikasi mendalam dengan Tuhan Yesus

Yesus Kristus sendiri menyampaikan pesan melalui Suster Yosefa, yang ia tulis dalam buku catatannya, dan kemudian diterbitkan dengan judul 'Jalan Cinta Ilahi'. 

Melalui tulisannya, suster Yosefa menunjukkan kepada dunia kekuatan Kerahiman Tuhan bagi mereka yang benar-benar mau bertobat. Hal itu membuatnya sangat dibenci oleh iblis, karena banyaknya jiwa yang diselamatkan karena tulisannya. 

Kehidupannya di biara yang penuh kerendahan hati dan kesederhanaan, membuat semua pengalaman itu tidak diketahui teman-temannya, sampai kematiannya. Misinya justru benar-benar terlaksana setelah kematiannya.

Suster Yosefa Menendez, wafat pada tanggal 29 Desember 1923, pada usia 33 tahun, 3 tahun setelah ia bergabung dalam biara Hati Kudus. Proses Beatifikasinya telah dibuka secara resmi pada tanggal 26 November 1948, dan diberi gelar 'Hamba Tuhan'.

5. Santo Stanislaus Kostka

Santo Stanislaus adalah Santo yang sangat terkenal di Polandia dari Serikat Yesus. Ia dilahirkan pada tanggal 28 Oktober 1550 di Rostkowo, Polandia. Stanislaus adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Kakaknya, Paul Kotska, masih hidup pada upacara Beatifikasi Stanislaus pada tahun 1605. 

Ayahnya Yohanes Kotska, adalah seorang Senator Kerajaan dari keluarga Bangsawan Zakroczym, dan ibunya bernama Margareth Kryska. Dua bersaudara ini dididik dalam keluarga yang sangat taat dan saleh. Stanislaus tumbuh menjadi pribadi yang sangat saleh, rendah hati, sederhana dan penuh ketaatan.

Ia mempersembahkan dirinya sepenuhnya pada kehidupan spiritual yang tinggi, menurut kesaksian Paul, hal ini membuat Stanislaus sering tidak sadarkan diri. 

Sikap hidup ketaatan Stanislaus yang luar biasa ini, membuat kakaknya jengkel dan sering  memperlakukan dia dengan kasar. Stanislaus menderita akibat cacian dan pukulan Paul, kakaknya. 

Namun di mata teman-teman dan pimpinan biaranya, Stanislaus adalah contoh pribadi yang sangat sempurna karena keramahan, keceriaaan dan sangat religius. Seluruh hidup dan penderitaannya, dia persembahkan kepada Bunda Perawan Maria.

Pada tanggal 25 Oktober 1567, Stanislaus, bergabung dengan Pusat Serikat Jesuit di Kota Roma. Jarak ribuan kilometer antara Wina dan kota Roma, ditempuh Stanislaus dengan berjalan kaki. 

Ia memakai pakaian seperti pengemis, berjalan tanpa bekal, kendaraan ataupun seorang pemandu. Perjalanan berbahaya itu ia tempuh demi niatnya bergabung dengan Serikat Jesuit. Devosinya yang sangat mendalam kepada Bunda Maria, banyak memberinya tanda Ilahi dan mujizat.

Pada hari Perayaan Santo Laurentius, beberapa hari sebelum wafatnya, Santo Stanislaus demam tinggi. Ia menulis surat kepada Bunda Maria, meminta-Nya membawanya ke atas langit, agar bisa bersama merayakan Pesta Maria Diangkat ke Surga.

Pada tanggal 15 Agustus 1568, sekitar pukul empat dinihari, saat Stanislaus sedang berdoa, jiwanya meninggalkan tubuhnya, wajahnya bercahaya dengan penuh ketenangan.

Santo Stanislaus Kotska, dikanonisasi pada tanggal 31 Desember 1726, dan digelari sebagai Santo Pelindung Para Novisiat oleh berbagai institusi religius di Polandia. 

Ia sering digambarkan sedang menerima komuni suci dari tangan para malaikat, digambarkan sedang menerima tubuh bayi Yesus dari tangan Bunda Maria atau ia digambarkan sedang berada di tengah peperangan untuk mengusir para musuh dari tanah airnya. 

6. Santa Gertrudis de Helfta

Santa Getrudis de Hefta atau Santa Gertrudis Agung, adalah seorang Santa yang hidup pada abad ke-13, beliau terkenal sebagai seorang Santa yang rajin mendoakan keselamatan jiwa-jiwa di api penyucian. Ia terkenal dengan devosinya yang sangat dalam kepada Hati Kudus Yesus yang terluka, karena menurut pemahamannya, dari situlah bersumber penebusan bagi umat manusia.

Santa Gertrudis, mendapatkan sebuah doa untuk jiwa-jiwa malang itu dari Tuhan Yesus sendiri, yang mengajarkan kepadanya dalam sebuah penglihatan mistik. Tuhan Yesus berjanji kepadanya, bahwa 1000 jiwa akan dilepaskan dari Purgatorium setiap kali doa ini didaraskan.

Santa Gertrudis lahir pada hari raya Epiphany (hari raya penampakan Tuhan), 6 Januari 1256 di Eisleben, Thuringia, Jerman. Pada usia 4 tahun, Gertrudis bergabung dengan sekolah religius biara St. Mary di Helfta. Banyak kisah mengatakan bahwa pada masa ini, Gertrudis sudah menjadi seorang yatim piatu.

Pada usia 10 tahun, Gertrudis resmi bergabung dengan komunitas biara Benediktin. Ia terkenal sangat rajin belajar, suka menulis dan pandai berbahasa Latin. Gertrudis bergaul akrab dengan Kitab Suci serta para Bapa Gereja, terutama Santo Agustinus dari Hippo dan Santo Gregorius Agung.

Pada tahun 1281, di usia 25 tahun, Gertrudis mengalami penglihatan pertamanya dari seluruh rangkaian penglihatan sampai akhir hidupnya, dan pengalaman itu merubah jalan hidupnya.

Sejak itu, Gertrudis mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari Kitab Suci dan Teologi. Ia menghabiskan waktunya dengan berdoa dan meditasi pribadi, serta mulai menulis hal-hal spiritual untuk kepentingan sesama biarawati.

Santa Gertrudis menjadi Mistikus terbesar abad ke-13, bersama teman-teman dan gurunya dalam biara, mereka memperaktekan Spiritualitas yang disebut "Pernikahan Mistis", yakni melihat diri sebagai mempelai Kristus.

Santa Getrudis de Hefta atau Santa Getrudis Agung wafat pada tanggal 17 November 1302, dalam usia 46 tahun, di Helfta dekat Saxony, Jerman. Dikanonisasi oleh Paus Innosensius XI pada tahun 1677 dan diberi gelar Agung oleh Paus Benediktus XIV. 

Pestanya dirayakan setiap tanggal 16 November, Santa Gertrudis Agung sering digambarkan sebagai seorang biarawati yang sedang membaca sebuah buku besar dan di dadanya tergambar bayi Yesus memegang hatinya yang bercahaya.

7. Santa Anna Schaffer

Santa Anna Schaffer lahir di Mindelstettan, Bavaria, Jerman pada tanggal 18 Februari 1882, anak ketiga dari enam bersaudara. Ayahnya adalah seorang tukang kayu sederhana. 

Pada usia 14 tahun, setelah ayahnya meninggal, Anna putus sekolah dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk menopang ekonomi keluarga. Kerinduannya untuk menjadi biarawati untuk sementara ia kesampingkan karena kebutuhan keluarga.

Pada tahun 1898, Anna mendapatkan penglihatan tentang Kristus, dimana ia diberitahu bahwa ia ditakdirkan untuk menanggung penderitaan yang panjang dan menyakitkan selama hidupnya. Sejak usia 16 tahun Anna memiliki hubungan yang sangat intim dengan Bunda Allah, yang memberinya kekuatan untuk bertahan.

Pada tanggal 4 Februari 1901, Anna mengalami kecelakaan kerja, saat sedang menangani cucian. Anna terpeleset dan jatuh ke dalam ketel yang mendidih, ia dibawa ke rumah sakit dalam kondisi yang sangat parah. Berbagai operasi dilakukan untuk mengatasi luka bakar yang menyakitkan, bahkan pencangkokan kulit, namun kakinya tidak kunjung sembuh, Anna dipulangkan karena tidak ada lagi yang bisa dilakukan.

Anna tidak bisa bergerak sama sekali, untuk membalut luka-lukanya pun terasa sangat menyakitkan. Rasa sakit awal sejak kecelakaan tidak pernah menghilang, lubang-lubang terbuka pada kakinya mulai membusuk secara permanen. Anna menderita sampai akhir hayatnya, berbaring di atas tempat tidur dan harus dirawat oleh ibunya.

Di tengah penderitaanya, Anna sangat sabar dan ceria. Ia memiliki devosi mendalam kepada Hati Yesus yang Mahakudus dan Bunda Maria. Sikapnya yang ceria membuat Anna sangat terkenal di kotanya. Orang-orang sering datang mengunjunginya untuk mendengarkan kata-kata imannya yang memberi penghiburan.

Ia menghabiskan waktu untuk berdoa, memberi kekuatan kepada orang yang datang mengunjunginya, merajut pakaian untuk teman-temannya dan menulis banyak surat kepada siapa saja yang membutuhkan penguatan.

Sejak tahun 1910, Anna semakin sering mengalami fenomena mistis berupa stigmata dan penglihatan, yang di kemudian hari diketahui dari tulisan-tulisannya. Bunda Maria selalu datang mengunjunginya sampai pada akhir hayatnya.

Santa Anna Schaffer wafat pada tanggal 5 Oktober 1925, setelah menerima komuni Kudus terakhirnya. Ia dikanonisasi pada tanggal 21 Oktober 2012 oleh Paus Benediktus XVI. Pesta perayaan Santa Anna Schaffer dirayakan setiap tanggal 5 Oktober.   

8. Beata Anna Maria Taigi

Anna Maria Taigi bukanlah biarawati melainkan seorang ibu rumah tangga, istri dari Domenico Taigi, seorang kepala pelayan di rumah bangsawan Chigi, yang berwatak keras. Anna Maria lahir di Sienna, Italia tanggal 28 Mei 1769. 

Ayahnya, Luigi Gianetti, adalah seorang apoteker di kota kecil Sienna, namun pada tahun 1774 usahanya bangkrut. Luigi kemudian membawa keluarganya pindah ke Roma, dimana ia bekerja sebagai pembantu. Disana Anna Maria bersekolah di sebuah sekolah yang dikelolah oleh Suster-suster Filipini.

Pada usia 21 tahun, Anna menikah dan dikaruniai tujuh orang anak. Ia merawat rumah tangganya dengan sangat sabar dan setia. Dimana ia harus merawat 15 anggota keluarga sekaligus, ibunya, suaminya, 7 orang anak dan 6 cucu dari anaknya Shopia, yang cepat menjadi janda dan kembali tinggal bersamanya.

Anna Maria menjadi malaikat pelindung dalam rumah tangganya, seluruh pekerjaan rumah ia bereskan dengan sabar dan senang hati. Pada hari beatifikasi, Domenico menceritakan betapa ia sering memperlakukan Anna dengan buruk, namun ia sangat mengasihi istrinya itu karena merasa bahwa keluarganya seperti Firdaus, dan hatinya sungguh berbahagia.

Anna Maria mengalami rangkaian ekstase sepanjang hidupnya dan penglihatan. Ia memperoleh karunia dari Tuhan kemampuan membaca batin dan masa depan orang serta karunia menyembuhkan. 

Dalam kesibukannya merawat keluarganya dengan kasih sayang, Anna menjadi anggota Tritunggal Sekuler di gereja San Carlo Fontane. Ia mengunjungi rumah sakit dan menyembuhkan pasien tanpa bayaran, semua itu ia lakukan dengan sukacita. 

Ia menjalin persahabatan dengan beberapa tokoh penting dan menjadi penasihat spiritual yang baik bagi mereka, termasuk Kardinal Carlo Maria Pedicini.

Santa Anna Maria Taigi menjadi orang Kudus Allah bukan hanya karena ekstase dan penglihatan yang dialaminya, tapi juga karena kebaikan hati, kerendahan hati, kesederhanaan serta kerelaannya untuk menderita bagi keselamatan jiwa-jiwa.

Santa Anna Maria Taigi wafat pada tanggal 9 Juni 1837, dalam usia 68 tahun di Roma, Italia. Proses beatifikasi Anna Maria Taigi dibuka pada tahun 1863 oleh Paus Pius IX. Dan dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XV pada tanggal 30 Mei 1920.

 

Sahabat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran penting dari cara hidup para Kudus Allah ini. Cara mereka menanggapi

saya sungguh berbahagia memiliki waktu dan kesempatan untuk mengenal dan menceritakan kisah para santo dan santa ini, saya berjanji akan menceritakan kisah mereka dengan lebih detail pada kesempatan lain.

Rabu, 15 November 2023

Santo Padre Pio dari Pietrelcina

Santo Padre Pio

Sahabat Kristus, di Blog ini, saya berbagi kisah tentang Orang Kudus Allah dalam Gereja Katolik yang disebut sebagai Santo dan Santa. Para Kudus ini adalah mereka yang sudah meninggal, dipercaya sudah berada di surga, dan telah terbukti menjalani cara hidup dengan kebajikan yang heroik atau suci.

Doa-doa yang disampaikan melalui perantaraan para Orang Kudus ini, telah diakui mendatangkan banyak mujizat dan penyembuhan. Dengan mengenal mereka, kita juga didorong untuk mengikuti cara hidup yang kudus, penuh ketaatan dan pengorbanan bagi Allah Bapa.

Detail mengenai bagaimana mereka semua diproses menjadi orang-orang pilihan Allah melalui Gereja Katolik sebenarnya sudah sering saya jelaskan, tapi mungkin saya akan mengambil sebuah judul tersendiri mengenai proses itu.

Saat ini kita akan membaca kisah tentang seorang Mistikus Besar yang menerima karunia Stigmata (stigmata; (yunani) luka-luka penderitaan Kristus yang muncul secara tiba-tiba pada seseorang), hampir sepanjang usia hidupnya. Hal ini mendatangkan banyak minat dan kontroversi di sekelilingnya, beliau adalah Santo Pius atau Santo Padre Pio.

Kita telah menonton dan membaca banyak kisah fiksi tentang Stigmata, terakhir saya menonton film Korea yang diperankan oleh Park Seo Jin tentang seorang atlit yang menerima karunia stigmata pada tangan kirinya. Namun kisah ini, bukan kisah fiksi, melainkan sungguh nyata terjadi.

Masa Muda

Santo Pio lahir di Pietrelcina, Italia Selatan, tanggal 25 Mei 1887 dengan nama Francesco Forgione. Ia adalah anak kelima dari delapan orang bersaudara, dari sebuah keluarga petani pasangan Grazio Forgione dan maria Giusseppa de Nunzio, atau biasa disebut mama Pepa.

Bagi ibunya, Francesco adalah anak yang sangat berbeda dari anak lain sejak kecil, ia sangat religius. Pada usia 9 tahun, Francesco pernah mencambuki dirinya sendiri agar serupa dengan Yesus Kristus. Francesco kecil sering melihat penampakan Tuhan Yesus, Bunda Maria bahkan setan.

Pada usia 16 tahun, di tahun 1903, Francesco meninggalkan keluarganya untuk bergabung dengan biara Kapusin. Ia menjadi Novis di biara itu dan diberikan nama Pius atau Pio. Aturan ketat biara membuat frater Pio sering sakit. Ia kemudian ditahbiskan lebih cepat karena pertimbangan kondisi kesehatannya.

Karunia Stigmata

Padre Pio mendapatkan stigmata pertama pada tanggal 7 September 1911, namun karena takut ia menemui pastor Paroki Pietrelcina, Monsigneur Salvatore Panullo untuk mendoakannya. Ajaibnya, semua luka-luka itu sembuh.

Pada hari Jumat pagi, tanggal 20 September 1918, saat Padre Pio sedang berdoa sendirian di depan salib Kristus dalam sebuah kapel tua, Padre Pio tiba-tiba melihat penampakan sosok-sosok seperti malaikat yang kemudian memberinya luka-luka stigmata yang tinggal tetap ditubuhnya selama setengah abad, segar dan berdarah.

Luka-luka itu terdiri dari, luka pada telapak tangan kanan dan kirinya, luka pada kedua kakinya dan lambungnya. Semua luka itu terbuka, segar dan mengeluarkan banyak darah. Hal itu membuat Padre Pio tidak bisa merahasiakannya, ceceran darah yang tumpah ke lantai membuat kepala biara mengetahuinya.

Seorang dokter yang dipanggil untuk mengobatinya mengatakan bahwa itu bukan luka-luka biasa. Padre Pio adalah imam pertama yang menerima karunia stigmata. Para superiornya berusaha merahasiakannya, namun berita cepat sekali tersebar.

Setiap pagi, sejak pukul empat dinihari, ratusan atau ribuan orang datang ke biara terpencil itu menunggunya. Ada yang sekedar ingin tahu atau memang orang saleh yang datang untuk berdoa. Padre Pio tidur tidak lebih dari 2 jam sehari dan tidak pernah mengambil cuti sepanjang 50 tahun imamatnya.

Padre Pio terbiasa bangun pagi-pagi buta untuk  mempersiapkan misa Kudus, selesai misa ia akan melewatkan seluruh harinya dalam doa dan memberikan Sakramen Pengakuan Dosa. Hidupnya penuh dengan berbagai karunia karismatik termasuk kemampuan membaca batin dan jamahan yang menyembuhkan. Darah yang mengalir dari luka-lukanya mengeluarkan bau yang harum mewangi seperti harum bunga-bungaan.

Penderitaan

Padre Pio mempersembahkan seluruh hidupnya, seutuhnya, untuk tugas imamatnya. Ia mendirikan kelompok-kelompok doa dan rumah sakit moderen yang ia sebut "Wisma untuk Meringankan Penderitaan".

Selama tahun-tahun itu, selain menanggung penderitaan fisik akibat luka-luka stigmata ditubuhnya yang terus menerus mengeluarkan darah segar, Padre Pio juga menderita karena perbuatan sesama manusia.

Pada tahun 1923-1931, Pater Agustinus Gemmeli, seorang ahli dari Fransiskan sekaligus pendiri Universitas Katolik "The Sacred Heart" menyerang Padre Pio. Ia menulis surat kepada vatikan dan menyebutkan bahwa apa yang dialami Padre Pio diakibatkan oleh kehidupan spiritual yang rendah. 

Beberapa Pastor di San Giovanni Rotondo, meyakinkan uskup Manfredonia untuk mengeluarkan pernyataan bahwa Padre Pio dikuasai oleh iblis dan menipu semua saudara sekomunitasnya.

Menanggapi hal ini, pada tanggal 31 Mei 1923, Vatikan mengumumkan bahwa kejadian-kejadian yang berhubungan dengan Padre Pio, bukan berasal dari kekuatan spiritual. Vatikan memerintahkan untuk menghentikan semua bentuk komunikasi yang dilakukan kepada Padre Pio. 

Mei dan Juni 1923, vatikan mengeluarkan perintah yang sangat keras, melarang Padre Pio merayakan misa, memberi kotbah dan pengakuan dosa. Semua ini terjadi sampai tahun 1931.

Mujizat

Padre Pio adalah seorang imam yang rendah hati, di tengah semua pengalaman itu ia menulis surat kepada pembimbing rohaninya bahwa ia merasa sungguh tidak layak menerima karunia sebesar itu. 

Dalam proses kanonisasi, terdapat daftar kesaksian tentang mujizat yang terjadi atas namanya. Seorang wanita yang menjadi anak rohani Padre Pio bernama Nyonya Cleonice menceritakan; pada masa perang dunia kedua, keponakannya menjadi tawanan perang.

Selama setahun seluruh keluarga tidak mendengar kabarnya sama sekali sehingga mereka beranggapan ia telah tewas. Ibunya datang kepada Padre Pio, dengan berlutut dan menangis meminta bantuan imam itu untuk mengetahui apakah anaknya masih hidup.

Padre Pio merasa iba kemudian mengatakan pada ibunya, berdirilah dan pergilah dalam damai. Nyonya Cleonice kemudian mendatangi Padre Pio dan memintanya melakukan sebuah mujizat. 

Dengan penuh percaya diri ia mengatakan kepada Padre Pio, bahwa ia akan menulis sebuah surat kepada ponakannya itu, Giovannino, namun ia hanya akan menulis namanya saja pada sampul surat, sebab ia tidak tahu dimana alamat ponakannya. Ia mengatakan, ia mempercayakan kepada Padre Pio dan malaikat pelindungnya untuk membawa surat itu kepada Giovannino dimanapun ia berada.

Sore hari sebelum tidur, ia menulis surat itu dan meletakkan di meja samping tempat tidurnya. Keesokan hari, ia terkejut, takut dan heran karena melihat surat itu tidak ada lagi disana. Ia pergi menemui Padre Pio dan berterima kasih, imam yang rendah hati itu mengatakan "Berterima kasihlah kepada Santa Perawan".

Lima belas hari setelah surat itu menghilang, keponakannya Givannino mengirimkan balasan surat. Maka bergembiralah hati semua orang dalam keluarga itu. Mereka sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dan juga Padre Pio.

Menjadi Seorang Santo

Santo Padre Pio adalah seorang Imam Biarawan Kapusin dari San Giovanni Rotondo, Italia yang sangat istimewah dan rendah hati. Ia adalah tokoh yang sangat terkenal di abad ke-20, khususnya di Italia.

Meskipun berbagai rintangan dan penderitaan menimpah, ia tetap sabar dan berserah kepada kehendak Allah Bapa. Santo Padre Pio wafat pada tanggal 23 September 1968, di usia 81 tahun. Kemudian dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II di Roma Italia, pada tanggal 2 Mei 1999.

Dan dikanonisasi oleh Paus yang sama pada 16 Juni 2002, hanya tiga tahun setelah beatifikasinya. Jasadnya yang sampai sekarang masih utuh, disemayamkan di San Giovanni Rotondo, Italia, tempat ia mengabdi sampai akhir hayatnya.

Santo Padre Pio menjadi pelindung sukarelawan pertahanan sipil dan para remaja. Pestanya dirayakan setiap tanggal 23 September.

Nah, sahabat Kristus, saya pribadi mendengar banyak hal Santo Padre Pio sejak saya masih kecil. Banyak foto-foto beliau juga beredar di media massa. Saya bersyukur Tuhan selalu punya cara untuk memuliakan umatnya yang setia dan taat pada rencana-Nya.

Terima kasih sudah membaca sampai selesai, Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria mendoakan.... 

Kamis, 09 November 2023

Para Kudus Yang Digelar Mistikus dalam Gereja Katolik

Para Kudus yang Digelar Gereja Katolik sebagai Mistikus 

 

Dalam gereja Katolik, kita mengetahui bahwa beberapa Orang Kudus Allah atau Santo dan Santa yang hidup dan doa-doa mereka kita teladani, juga digelar sebagai Mistikus Gereja. Pada tulisan ini, kita akan mengenal mereka dan memahami kenapa para Kudus ini sampai digelar sebagai Mistikus Gereja.

Sebenarnya kalau kita bicara tentang Mistik, tentu saja pikiran kita akan terarah kepada hal-hal yang berbau gaib, praktek okultisme, ilmu sihir dan sebagainya. Sementara semua hal itu dilarang dalam Ajaran Gereja, tapi kenapa para Kudus ini bisa mendapat gelar itu?

Arti

Mistikus adalah orang yang mengalami atau memiliki pengalaman yang melampaui pemahaman atau pengalaman manusia pada umumnya. Dalam tulisan ini, ada delapan orang Kudus yang saya kenal tapi bisa jadi ada lebih banyak dari itu.

Mistikus berasal, dari kata Mistik dimana dalam bahasa Indonesia artinya; hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia biasa. 

Sementara dalam Teologi Kristen, Mistisisme adalah tradisi, praktik, doktrin dan teologi dalam agama Kristen yang menekankan pada transformasi diri memiliki hubungan dengan Tuhan atau untuk menerima kehadiran Tuhan.

Hingga abad keenam Masehi, praktik yang sekarang disebut Mistisisme ini, dikenal dengan istilah teoria; yang berasal dari Bahasa Yunani Kuno theoria; artinya Memandang Tuhan.

Kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin menjadi Contemplatio, yang artinya Kontemplasi atau Permenungan. Kontemplasi ini merupakan permenungan jiwa akan kehadiran Tuhan di alam semesta, dan mengantarkan seseorang kepada pengudusan atau penyatuan mistik dengan Tuhan.

Dalam konteks Kristen Katolik, biasanya praktek Mistik atau Kontemplasi ini dilakukan melalui tiga disiplin: Doa (termasuk meditasi dan kontemplasi), Puasa (termasuk semua bentuk pantang dan penyangkalan diri) dan Sedekah sesuai ajaran Yesus dalam Kotbah di bukit (Matius 5-7).

Para Kudus

Menurut Alkitab; Kudus artinya bebas terhadap dunia dan  kemudian menjadi orang pilihan Allah (Yohanes 17:14-15). Orang Kudus Allah, adalah mereka yang selama hidupnya taat, setia dan berbakti pada penyelenggaraan Ilahi. 

Dan gereja Katolik meyakini orang-orang pilihan Allah yang telah meninggal dunia ini telah berada di surga karena cara hidup dan warisan yang mereka tinggalkan. Semua itu sudah terbukti dalam proses Kanonisasi.

Ada lebih dari seribu Santo dan Santa dalam Gereja Katolik Roma. Dari sekian banyak para Kudus ini, ada beberapa yang digelar sebagai Mistikus Gereja. Mereka adalah orang-orang yang terbukti menjalani hidup mereka dengan menghabiskan waktu berjam-jam dalam sehari untuk berdoa, bermeditasi, berpuasa dan pantang, serta merenungkan kitab suci dan semua aktifitas spiritual secara mendalam untuk mengenal Tuhan.

Berikut profil dan jalan hidup mereka:

1. Santo Ignatius dari Loyola

Santo Ignatius dari Loyola adalah seorang mantan Ksatria Spanyol keturunan bangsawan Basque yang menjadi teolog dan imam Katolik pendiri Ordo Serikat Yesus (Yesuit) dan menjadi superior jenderal pertama ordo tersebut.

Lahir pada tanggal 23 Oktober 1491, di Azpeitia, Loyola, Provinsi Basque, Spanyol dan dibaptis dengan nama Inigo Lopez dan merupakan anak bungsu dari tiga belas bersaudara.

Ibunya meninggal tidak lama setelah Ignatius lahir, kemudian ia dibesarkan oleh istri seorang pandai besi di kotanya. Ignatius adalah seorang pemuda yang suka berjudi, sangat suka perempuan, gemar berkelahi dan pandai membela diri. 

Dalam sebuah perselisihan, bersama saudara-saudaranya ia menyerang beberapa kaum religius anggota keluarga lain. Ketika dibawa ke pengadilan karena perkara itu, Ignatius membela dirinya bahwa dia adalah seorang religius sejak masa muda agar terhindar dari hukuman.

Pada usia 30-an, Ignatius menjadi tentara yang membela kubu-kubu kota Pamplona terhadap serangan Perancis. Pada sebuah pertempuran, sebuah bom kanon mengenai Ignatius dan membuat kedua kakinya patah. Tentara Perancis memulangkan Ignatius ke puri Loyola. Kondisinya memburuk dan para tabib mengingatkan dia untuk mempersiapkan diri akan kematian.

Secara tidak terduga, pada hari raya Santo Petrus dan Paulus, kondisinya membaik. Tapi ia harus menjalani hidupnya dengan pincang, karena kaki yang sebelah lebih panjang dan sebelahnya lebih pendek. 

Dalam proses pengobatannya, Ignatius yang merasa bosan mau tidak mau membaca dari buku-buku tentang hidup Kristus dan para Kudus yang ada di dalam kastil. Semakin banyak membaca, semakin ia merasa bahwa cara hidup para Kudus ini patut ditiru.

Pengalaman ini menjadi awal pertobatan Ignatius dan latihan spiritualnya. Ignatius mengalami pertobatan penuh dari keinginan-keinginan duniawi dan sembuh dari luka-lukanya. Ia memutuskan untuk pindah ke Yerusalem dan tinggal di tempat Tuhan menjalani hidup-Nya.

Dalam perjalanan ziarahnya, Ignatius menerima sakramen tobat dan berlutut sepanjang malam di depan altar Bunda Maria. Ia menanggalkan semua atribut ksatria, memberikan pakaiannya yang indah kepada orang miskin, lalu mengenakan pakaian dari kain kasar dengan sendal dan tongkat.

Ignatius tinggal di gua-gua, berdoa berjam-jam, melakukan penitensi yang ekstrim dan bekerja di balai perawatan orang sakit. Pada usia 33 tahun, Ignatius masuk seminari. Masa ini adalah masa-masa yang berat karena berbagai halangan dan tantangan yang dialaminya.

Pada tanggal 27 September 1540, Paus Paulus III memberikan persetujuan resminya kepada Ignatius dan teman-temannya atas terbentuknya tareket baru, Serikat Yesus. Dan dengan hasil pemungutan suara bulat, kecuali pilihan Ignatius sendiri tentunya, ia terpilih menjadi Superior Jenderal Pertama.

Ignatius mengabdikan diri sepenuhnya pada serikat barunya. Ia bekerja dari dalam kamarnya yang sempit dengan menuliskan Konstitusi Serikat serta ribuan surat ke seluruh penjuru dunia, menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kaum Yesuit dan memberikan pengarahan spiritual kepada kaum pria dan wanita. 

Santo Ignatius dari Loyola, Mistikus dan Pujangga Gereja ini wafat pada tanggal 30 Juli 1556. Jenasahnya disemayamkan dalam Gereja Gesu, Roma Italia.

Santo Ignatius dibeatifikasi oleh Paus Paulus V pada 27 Juli 1609 dan dikanonisasi pada tanggal 12 Maret 1622 oleh Paus Gregorius XV. Pestanya dirayakan setiap tanggal 31 Juli dan dihormati sebagai Santo Pelindung para tentara atau prajurit.

2. Santa Theresia Avilla

Terlahir dari keluarga kaya di Avilla, Spanyol pada tanggal 28 Maret 1515, dan dibaptis dengan nama Theresa Sanchez de Cepeda y Ahumada. Ibunya mendidik mereka menjadi orang Kristen yang saleh, bersama kakaknya Rodrigo, Theresa suka membaca riwayat para Kudus dan Martir.

Pada usia remaja, ketertarikan Theresa beralih pada hal-hal dunia. Namun, setelah mengalami sakit berat, dan membaca buku tentang St. Hieronimus yang hebat, Theresa bertekad mempersembahkan hidupnya untuk Kristus.

Pada usia 20 tahun, Theresa meninggalkan rumah dan masuk biara karmel. Setelah mengucapkan Kaul pertama dan mengalami sakit berat yang kedua kalinya, Theresa mengalami penglihatan dan ekstase rohani. Sejak itu ia semakin bertekad hidup hanya bagi Yesus saja, tidak peduli seberapa besar pengorbanan yang harus ia lakukan.

Teman-temannya mengatakan bahwa pengetahuan Theresa berasal dari setan. Ia menjalani penyiksaan diri dan mortifikasi fisik. Tapi bapa pengakuannya, Santo Francis Borgia serta imam Ordo Dominikan dan Serikat Yesus sepakat menyatakan bahwa semua penglihatan yang diterima suster Karmel Theresa adalah benar dan kudus.

Pada hari raya Santo Petrus, 1559, Yesus Kristus menampakkan diri secara fisik kepadanya, walau tak terlihat. Penglihatan itu berlangsung selama dua tahun tanpa putus. Theresa menulis bahwa, dalam penglihatan itu seorang Serafim menusukkan tombak emas berulang kali ke hatinya, yang menyebabkan sakit fisik dan batin yang luar biasa. 

Kejadian ini membuatnya semakin berhasrat untuk mengikuti penderitaan Yesus. Suster Theresa memelopori gerakan pembaharuan peraturan dalam biara Karmel, yang ia rasa terlalu longgar. Bersama Santo Yohanes dari Salib, mereka berjuang memperbaharui semangat spiritualitas Ordo Karmel  melalui kehidupan biara yang suci dalam doa, puasa dan pantang yang sangat ketat.

Santa Theresa dari Yesus wafat pada tanggal 4 Oktober 1582, pada usia 67 tahun. Santa Theresa dibeatifikasi oleh Paus Paulus V pada tanggal 24 April 1614, dan dikanonisasi pada 12 Maret 1622 oleh Paus Gregorius XV. Pestanya dirayakan setiap tanggal 15 Oktober.

3. Santo Padre Pio

Nama kecilnya Francesco Forgione, terlahir di Pietrelcina, Italia Selatan, pada tanggal 25 Mei 1887. Francesco adalah anak kelima dari delapan bersaudara dari sebuah keluarga petani sederhana. Ayahnya Grazio Forgione dan ibunya Maria Giuseppa de Nunzio.

Sejak usia 5 tahun, Francesco sering melihat penampakkan Yesus, Bunda Maria dan bahkan Malaikat jahat. Di usia 9 tahun ia mencambuk dirinya sendiri agar serupa dengan Kristus.

Pada usia 16 tahun, Francesco masuk biara Kapusin dari diberi nama Pio. Aturan ketat biara membuat Padre Pio sering sakit. Ia ditahbiskan dalam usia yang masih muda karena pertimbangan sakit yang mengancam nyawanya.

Pada suatu sore di tanggal 7 September 1911, Padre Pio telah mendapat karunia stigmata pertamanya. Namun karena takut, ia didoakan oleh pastor paroki Pietrelcina, dan luka-luka itu sembuh.

Pada tanggal 20 September 1918, ketika sedang sendirian di kapel tua, Padre Pio menerima stigmata yang sesungguhnya. Luka-luka itu terdiri dari luka pada tangan kiri dan kanan, kedua kakinya dan pada lambungnya. Luka itu tetap selama setengah abad hidupnya, segar dan berdarah.

Padre Pio adalah imam pertama yang menerima karunia Stigmata. Para superiornya berusaha merahasiakan kejadian itu, namun berita cepat sekali menyebar. Setiap hari ratusan orang datang ke biara terpencil itu.

Padre Pio tidur hanya dua jam sehari, ia bangun pagi-pagi sekali dan menyiapkan misa kudus, setelah misa ia menghabiskan harinya dengan berdoa dan menerima pengakuan dosa. Hidupnya penuh dengan karunia mistik, jamahan yang menyembuhkan dan membaca batin. Darah yang mengucur dari stigmatanya mengeluarkan bau harum bunga-bungaan.

Selama 50 tahun hidup imamatnya, ia tidak pernah mengambil cuti seharipun, ia menghabiskan waktunya untuk pelayanan imamat, mendirikan kelompok doa dan memprakarsai pembangunan sebuah rumah sakit moderen, yang ia beri nama "Wisma untuk meringankan penderitaan".

Selain oleh penderitaan fisik yang ia alami dari luka-lukanya, Padre Pio juga mengalami penderitaan dari sesama sejawatnya. Ia dianggap dikuasai iblis dan menipu saudara sekomunitas. Vatikan bahkan sempat mengeluarkan perintah keras melarang Padre Pio melakukan tugas Imamatnya. 

Santo Padre Pio wafat pada tanggal 23 September 1968 pada usia 81 tahun di San Giovanni Rotonda, Italia. Dibeatifikasi pada  tanggal 2 Mei 1999 oleh Paus Yohanes Paulus II dan dikanonisasi oleh paus yang sama pada tanggal 16 Juni 2002. Pestanya dirayakan setiap tanggal 23 September.

4. Santa Brigita dari Swedia

Santa Brigita lahir pada tahun 1302 di Swedia. Keluarganya termasuk tuan tanah kaya dan saleh. Sejak remaja Brigita sudah menunjukkan kecenderungan yang teguh pada hal-hal rohani. 

Di usia 10 tahun Tuhan mengaruniakan penampakan Yang Tersalib pada Brigita. Dan hal itu sangat mempengaruhinya, sehingga ia sering menangis sambil merenungkan sengsara Kristus.

Karena kepatuhannya pada sang sayah, pada tahun 1316, Brigitta menikah dengan pangeran Ulf. Seorang penguasa saleh dan memiliki berbagai keutamaan hidup yang sama dengan Brigitta. Keduanya dikaruniai delapan orang anak yang dibesarkan dalam kesalehan dan takut akan Allah. Dari antara mereka nantinya akan dikenal sebagai Santa Katarina dari Swedia.

Brigitta dan suaminya hidup suci dalam pelayanan penuh dan kedermawanan kepada sesama yang miskin dan menderita. Hal ini membuat mereka sangat terkenal luas di daerah itu. Dalam sebuah perjalanan ziarah ke Santiago de Compostela, suami Brigitta menderita sakit keras, dan ketika sembuh ia memutuskan masuk biara.

Setelah kematian suaminya di biara Cistercians, Alvastra tahun 1344, Brigitta mengabdikan diri sepenuhnya pada kehidupan spiritual. Ia membagi-bagikan harta kekayaannya di antara anak-anaknya dan orang miskin. Brigitta mengenakan pakaian dari kain kasar dan tali di pinggang.

Brigitta menjalani hidup yang sangat keras dan mendirikan biara Ordo Sang Penebus di Vadstena. Pada tahun 1371, Brigitta berziarah ke Tanah Suci atas perintah Tuhan sendiri. Di sana ia memperoleh rahmat luar biasa dan anugerah pengetahuan perihal misteri-misteri-Nya yang Kudus.

Sekembalinya ke Italia, Brigitta mengalami sakit keras, dan menderita sepanjang tahun. Santa Brigitta meninggal karena sakit keras pada 23 Juli 1373, di usia 71 tahun. Jenasahnya dimakamkan di biara para Klaris di St Laurensius, Panisperna. 

Pada tahun 1373, makamnya dipindahkan oleh anaknya Santa Katarina, ke Vadstena Swedia. Santa Brigitta dikanonisasi oleh Sri Paus Bonivasius IX pada tahun 1391.

5. Santa Veronika Yuliani

Santa ini pernah saya ceritakan di Blog dan Vlog saya sebelumnya, tentang Santo dan Santa Katolik yang jasadnya masih utuh. Beliau adalah seorang Santa dan Mistikus terbesar abad ke-18 dari Italia. Lahir pada tanggal 27 Desember 1660 di wilayah Mercatello dan dibaptis dengan nama Ursula.

Santa Veronika adalah jiwa yang terpilih oleh Tuhan sejak masa kecilnya untuk mencapai rahmat mistik tertinggi. Seluruh harta surgawi yang diperolehnya, dibuat dalam bentuk buku diary, yang ia tulis dibawah bimbingan bapa pengakuannya; Pastor Gerollamo Bastianelli.

Di usia tiga tahun Ursula telah menunjukkan nilai-nilai keluhuran, ketertarikan besar pada komunikasi Ilahi dan simpati kepada orang miskin. Ia menyisihkan makanan dan pakaiannya untuk setiap orang miskin yang ditemuinya.

Ibunya adalah seorang wanita saleh yang selalu menceritakan sengsara Kristus dan kisah para Kudus padanya dan empat saudaranya. Semua itu membangkitkan rasa cintanya yang besar akan sengsara dan luka-luka Tuhan. Ia berkeinginan kuat melakukan penebusan dosa yang agak berat dan menderita demi cintanya kepada Yesus, mengikuti teladan Santa Rosa dari Lima.

Pada usia 17 tahun, Ursula bergabung dengan biara Kontemplatif Kapusin di Citta, Castilo, Italia dan diberi nama Veronika. Pada tahun 1693, ia memasuki tahapan baru dalam kehidupan spiritual setelah mendapat penglihatan tentang Cawan, yang melambangkan sengsara Kristus. Sejak saat itu suster Veronika mengalami penderitaan spiritual yang hebat.

Pada tahun 1694, suster Veronika mendapat stigmata berupa tanda mahkota duri. Lukanya nyata dan sakitnya tetap tanpa henti. Berdasarkan perintah uskup, suster Veronika mendapatkan perawatan medis namun lukanya tidak kunjung sembuh.

Sejak awal suster Veronika sangat prihatin dengan nasib orang berdosa dan melakukan penebusan dosa besar-besaran untuk mendapatkan pertobatan mereka. Ia juga banyak mendapat gangguan dari si jahat sejak awal masuk biara.

Suster Veronika menjalani hidupnya di biara dengan penderitaan hebat karena penyakit dan gangguan yang dialaminya. Namun ia tetap sepenuh hati menghidupi kaul dan ketaatannya pada konggregasi.

Santa Veronika Yuliani wafat pada tanggal 9 Juli 1727 di Citta, Castello karena sakit. Ia dibeatifikasi pada tanggal 17 Juni 1804 oleh Paus Pius VII, dan dikanonisasi pada 26 Mei 1839 oleh Paus Gregory XVI. Pestanya dirayakan setiap tanggal 9 Juli. 

6. Santa Faustina Kowalska

Terlahir dengan nama Helena Kowalska, di Glogowiec, Polandia pada tanggal 25 Agustus 1905. Helena adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara, dalam sebuah keluarga petani sederhana yang hidup miskin dan menderita pada masa penjajahan Rusia di Polandia. Ayahnya adalah yang seorang petani dan juga merangkap tukang kayu, bernama Stanislau Kowalski dan Ibunya bernama Mariana Babel.

Helena adalah anak yang rajin, taat, rendah hati dan sangat lembut. Setiap hari ia menggembalakan sapi sambil membaca cerita Santo dan Santa. Kemudian ia akan mengumpulkan teman-temannya untuk menceritakan riwayat Orang Kudus yang sudah dibacanya.

Sejak kecil Helena suka berdoa, ia sering terbangun di malam hari dan berdoa selama berjam-jam.  Jika ibunya menegur, ia berkata malaikat pelindungnya membangunkannya untuk berdoa.

Helena bergabung menjadi biarawati Konggregasi Bunda Allah Kerahiman di Warszawa, dengan nama Suster Maria Faustina. Ia menjalankan tugasnya sebagai biarawati di dapur, kebun ataupun sebagai penerima tamu di pintu biara, dengan penuh kerendahan hati. 

Pada tanggal 22 Februari 1931, Santa Faustina menerima pesan Kerahiman Ilahi dari Kristus yang harus disebar luaskan ke seluruh dunia. Santa Faustina dengan rela mempersembahkan penderitaan pribadinya dalam persatuan dengan Kristus, sebagai silih atas dosa-dosa manusia.

Dalam hidup sehari-hari ia menjadi pelaku belas kasih, pembawa sukacita dan damai bagi sesama. Santa Faustina, selama empat tahun, mencatat wahyu-wahyu Ilahi, pengalaman-pengalaman mistik juga pemikiran dari lubuk hatinya sendiri, pemahaman serta doa-doanya dalam buku hariannya yang berjudul "Kerahiman Ilahi dalam Jiwaku".

Buku itu menunjukkan contoh luar biasa dalam menanggapi belas kasih Allah dan mewujudkannya dalam relasi dengan sesama. Devosinya yang besar kepada Santa Perawan Maria Tak Bercela, Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat, memberikan Santa Faustina kekuatan untuk menanggung penderitaan yang dipersembahkannya kepada Tuhan atas nama Gereja, bagi pertobatan para pendosa berat dan mereka yang berada di ambang maut.

Santa Maria Faustina Kowolska dari Sakramen Mahakudus, Rasul Kerahiman Ilahi, Mistikus dan Pujangga Gereja, wafat pada 5 Oktober 1938 di Krakow, dalam usia 33 tahun karena penyakit TBC yang dideritanya. Jenasahnya dimakamkan di Kapela Konggregasi Bunda Maria Berbelaskasih yang kemudian dijadikan Sanctuarium Reliqui Abdi Allah Suster Faustina Kowolska oleh Uskup Agung Krakow, yang kelak menjadi Santo Yohanes Paulus II.

Santa Faustina Kowolska dibeatifikasi pada Pesta Kerahiman Ilahi, 18 April 1993 oleh Paus Yohanes Paulus II dan dikanonisasi pada tanggal 30 April 2000 oleh Paus yang sama. Pestanya dirayakan setiap tanggal 5 Oktober.   

7. Santa Katarina dari Siena

Santa Katarina dilahirkan di Siena, pada tanggal 24 Maret 1347. Katarina adalah anak ke-24 dari 25 bersaudara, ayahnya Giacomo di Benincasa, seorang pewarna baju dan ibunya Lapa.

Santa Katarina bergabung menjadi anggota Ordo Ketiga Dominikan. Ia menghidupi kesederhanaan, berpuasa dan menahan diri dari keduniawian.

Pada tahun 1366, Katarina mengalami apa yang digambarkan dalam suratnya sebagai 'pernikahan mistik' dengan Yesus. Pada tahun 1370 segera setelah Katarina menerima anugerah penglihatan tentang neraka, purgatorium dan surga, ia meninggalkan kehidupan doanya. 

Katarina mulai menulis surat kepada raja dan ratu, serta menemui para penguasa untuk meminta berdamai dengan Paus agar mencegah peperangan. Di masa itu Gereja mengalami banyak sekali masalah, banyak pertikaian yang terjadi di seluruh Italia.

Katarina meminta Paus kembali ke Roma untuk memimpin gereja, karena itulah yang dikehendaki Allah. Sri Paus mendengarkan nasihat Katarina dan melakukannya. Melalui Katarina, Yesus menyembuhkan orang-orang sakit yang dirawatnya dan menghibur para tahanan yang dikunjunginya di penjara.

Santa Katarina wafat di Roma pada tanggal 29 April 1380 dan dikanonisasi oleh Paus Pius II pada tahun 1461. Pestanya dirayakan setiap tanggal 29 April. 

8. Santo Yohanes dari Salib

Lahir di Fontiveros, sebuah desa kecil dekat Avilla, Spanyol pada tanggal 24 Juni 1542, dengan nama Juan de La Cruz. Yohanes belajar di sebuah sekolah Yesuit pada masa mudanya, kemudian di usia 21 tahun ia bergabung dengan Ordo Karmel dan mengambil nama Br. Juan de Santo Matia.

Disana Yohanes hidup dengan saleh dan taat. Ia tekun berdoa dan bermatiraga. Karena kecerdasannya, pemimpin biara menyekolahkan Yohanes di Universitas Salamanca Spanyol. Ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1567 dalam usia 25 tahun.

Yohanes menjadi prior pertama susteran Karmelit dan mengambil nama resmi, Yohanes dari Salib. Namun usahanya untuk membaharui spiritualitas ordo dianggap gangguan oleh rekan-rekan se-ordo, sehingga ia dikurung dalam sel biara selama sembilan bulan dan diperlakukan semena-mena.

Pengalaman dalam sel biara itu justru memberinya pemahaman akan Salib Penderitaan Tuhan Yesus. Yohanes sering mengalami ekstase, ia mampu menggubah kidung-kidung rohani, mengalami banyak peristiwa mistik, dan semakin memahami secara mendalam teologi dan ajaran-ajaran iman Kristiani.

Santo Yohanes terkenal atas kerjasama dengan Santa Theresa de Jesus dalam mereformasi Ordo Karmel dan juga tulisannya-tulisannya yang sangat bermanfaat bagi kehidupan membiara. Penderitaan dan pergumulan rohaninya tercermin dalam tulisan-tulisan yang ia buat semasa hidupnya.

Santo Yohanes dari Salib wafat pada tanggal 14 Desember 1591, di usia 49 tahun. Santo Yohanes dibeatifikasi pada 25 Januari 1675 oleh Paus Klemens X dan dikanonisasi pada tanggal 27 Desember 1726 oleh Paus Bendiktus XIII. Pestanya dirayakan setiap tanggal 14 Desember.



Nah, sahabat Kristus, mungkin ada lebih banyak Santo dan Santa Mistikus Gereja Katolik, dari yang sudah saya ceritakan dalam tulisan ini. Tapi untuk sekarang, hanya 8 pribadi inilah yang saya ketahui dengan pasti. Salah satu alasan kenapa saya menulis tentang ini adalah karena saya juga sangat penasaran tentang cara hidup dan warisan yang mereka tinggalkan, sehingga Gereja menggelar mereka sebagai Mistikus.

Pada akhirnya, kembali lagi, bahwa hanya kekaguman dan pujian bagi Allah, Tuhan kita Semesta Alam, yang memungkinkan semua itu bisa terjadi. Betapa mengagumkan cara Allah bekerja dalam diri umat pilihannya.

Bulan November ini adalah bulan yang dikhususkan oleh Gereja Katolik untuk menghormati Orang Kudus dan juga menjadi bulan devosi bagi jiwa-jiwa di api penyucian. Saya berharap, dengan membaca kisah hidup para Kudus Allah ini, kita mau mengikuti jejak mereka untuk mendoakan sesama baik yang masih hidup, yakni mereka yang belum bertobat, maupun yang sudah meninggal yakni jiwa-jiwa di api penyucian.

Agar kita semakin diilhami oleh Roh Kudus untuk hidup benar di hadapan Allah dan mewartakan belas kasih-Nya yang besar. Salve.... Semoga Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria mendoakan...  

Paus Yohanes Paulus II

Santo Paus Yohanes Paulus II Salve sahabat Kristus, kalau kita seusia, sahabat pasti mengenal dengan baik siapa Paus Yohanes Paulus II yang ...