Sahabat Kristus, bulan November bagi umat Katolik Roma di seluruh dunia adalah bulan penutupan tahun Liturgi Gereja, sekaligus merupakan bulan bagi kita untuk berdevosi bagi keselamatan jiwa-jiwa yang masih berada di Api Penyucian dan semua Orang Kudus.
Api Penyucian adalah suatu keadaan atau proses pemurnian bagi mereka yang sudah meninggal, khususnya jiwa-jiwa yang meninggal dalam keadaan rahmat, tapi belum mendapatkan hukuman sementara atas dosa-dosa semasa hidupnya. Sebelum akhirnya mereka mencapai kegembiraan surga.
Api Penyucian berasal dari bahasa Latin: "Purgatorium"; merupakan sebuah istilah dalam Teologi Katolik. Dengan demikian mereka tidak akan selamanya berada di sana, melainkan kelak, untuk waktu yang tidak kita ketahui, mereka semua akan memperoleh surga kekal.
Santo Alfonsus Liguori mengatakan; Hukum Alam akan membantu orang-orang yang malang, bahkan mereka yang terasing. Tetapi, kewajiban kita yang masih hidup, untuk mendoakan jiwa-jiwa malang di Api Penyucian jauh lebih besar.
Karena di antara jiwa-jiwa itu terdapat jiwa yang berhubungan dekat dengan kita, yang sangat kita kasihi, keluarga, orang tua, mereka yang pernah berjasa atau berbuat baik pada kita, yang mungkin saja sedang menderita.
Santo Alfonsus mengatakan; upacara pemakaman yang besar dan mewah hanyalah penghiburan bagi yang masih hidup, tapi tidak berarti bagi yang sudah meninggal. Doa-doa dan silih, menjadi suatu pengorbanan yang bisa kita lakukan bagi jiwa-jiwa ini.
Para Kudus
Saya mengenal beberapa orang Kudus, yang selama hidup, mereka berdevosi penuh dengan perantaraan Bunda Perawan, bagi keselamatan jiwa-jiwa di api penyucian, ada di antara mereka yang memperoleh karunia melihat langsung surga, neraka dan api penyucian, bahkan merasakan penderitaan jiwa-jiwa malang itu.
Mari mengenal dan mencontohi cara hidup serta ketaatan mereka;
1. Santo Alphonsus Marie 'de Liguori
Santo Alfonsus de Liguori lahir di Marianela, Italia pada tanggal 27 September 1696. Ia adalah seorang uskup, pujangga gereja dan pendiri Konggregasi Redemptoris.
Ia merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Don Joseph merupakan seorang perwira angkatan laut dan Komandan Kapal Perang Kerajaan, sementara ibunya adalah seorang wanita saleh berdarah Spanyol.
Alfonsus dan saudara-saudaranya dibesarkan dalam keluarga yang sangat taat beragama. Ia memperoleh gelar Doktor Hukum dari Universitas Naples, pada usia 16 tahun dan pada usia 19 tahun ia sudah menjadi seorang pengacara terkenal.
Pada tahun 1723, Alfonsus meninggalkan kehidupan pengacaranya karena suatu masalah dan sepenuhnya mulai mendedikasikan dirinya dalam kehidupan religius. Sebagai akibatnya, Alfonsus mendapatkan perlakuan buruk dari keluarganya.
Setelah ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 21 Desember 1726, Alfonsus menjadi misionaris selama enam tahun dalam pelayanan di seluruh wilayah Naples.
Pada tahun 1723, berkat persahabatan seumur hidupnya dengan Uskup Thomas Falcoia (Pendiri Konggregasi Pekerja Taat), serta seorang biarawati suci, Suster Mary Celeste yang berjasa mengarahkan jalan hidup religiusnya, Alfonsus berhasil mendirikan Konggregasi Redemptoris atau Sang Penebus Mahakudus.
Santo Alfonsus menjalani tugas imamatnya dengan banyak memberikan pengarahan rohani yang bijaksana dan membawa damai bagi umatnya melalui Sakramen Rekonsiliasi. Ia selalu menekankan pentingnya kesadaran umat akan cinta kasih Tuhan dan iman mereka.
Ia menulis lagu puji-pujian dan buku-buku rohani, dimana dalam bukunya ia menjelaskan banyak hal tentang kewajiban kita mendoakan jiwa-jiwa di api penyucian, serta Devosinya yang amat mendalam kepada Bunda Perawan.
Pada tahun 1798, Paus Pius VI hendak mengangkatnya menjadi Uskup, namun Alfonsus menolaknya dengan halus. Di usia tuanya ia menderita banyak penyakit, kehilangan pendengaran, mengalami banyak kekecewaan serta pencobaan.
Santo Alfonsus de Liguori, seorang pribadi yang rendah hati ini, wafat pada tanggal 1 Agustus 1787, pada usia 91 tahun, dan dikanonisasi pada 26 Mei 1893, oleh Paus Gregorius XVI. Pestanya dirayakan setiap tanggal 1 Agustus.
2. Santa Katarina de Genoa
Santa Katarina Fieschi atau Santara Katarina dari Genoa, merupakan seorang Santa yang dihormati sebagai pelindung kota Genoa dan rumah sakit di Italia. Ia lahir dari keluarga bangsawan, pada usia 16 tahun, Katarina dijodohkan dan dinikahkan dengan seorang pemuda oleh keluarganya.Ia dilahirkan di Genova, Italia pada tanggal 5 April 1447. Selama lima tahun pernikahannya, Katarina menanggung penderitaan batin yang luar biasa karena ulah suaminya, Yuliano Adorno. Mereka hidup berkelimpahan dan foya-foya namun batinnya tidak tentram.
Pada usia 36 tahun, Katarina melepaskan kesenangan duniawinya dan memulai pertobatan. Hal ini ternyata kemudian diikuti oleh suaminya. Keduanya pindah ke rumah yang lebih sederhana dan berkarya di sebuah rumah sakit. Katarina dan Yuliano hidup dalam pengabdian dalam cinta dan pengabdian penuh kepada Tuhan.
Pada tahun 1497, Yuliano meninggal dunia, Katarina tetap tekun melanjutkan karya amalnya, serta menjalin hubungan yang erat denga Tuhan dalam doa dan matiraga. Tuhan memberikan banyak karunia istimewa kepadanya dan kehidupan mistik yang tinggi.
Santa Katarina, mencurahkan perhatian yang besar terutama kepada Jiwa-jiwa di Api Penyucian. Menurutnya, penderitaan mereka jauh lebih besar karena dianggap belum berkenan kepada Tuhan secara sempurna.
Santa Katarina menulis banyak kutipan mengenai jiwa-jiwa malang di api penyucian. Katanya; Hidup bersama Tuhan di Surga merupakan kelanjutan dan kesempurnaan hidup bersama Tuhan yang dimulai di bumi.
Santa Katarina Fieschi de Genoa, wafat pada tanggal 15 September 1510 di Genova, Italia dan dikanonisasi oleh Paus Klemens XII pada tahun 1737. Pestanya dirayakan setiap tanggal 15 September.
3. Santa Maria Magdalena de Pazzi
Santa Maria Magdalena de Pazzi adalah seorang suster dan Mistikus Karmelit Italia. Lahir sebagai putri tunggal dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya terkemuka di Renaissence Florence, Italia, pada tanggal 1556. Ayahnya bernama Gery de Pazzi dan ibunya Maria Buondelmonti.
Sejak masa kanak-kanak, Katarina de Pazzi, nama kecilnya, sudah menunjukkan hidup yang luhur dan religius. Di usia sembilan tahun, ia bermeditasi tentang Sengsara Kristus dan melakukan praktek penyiksaan daging dengan mencambuk dirinya serta mengenakan pakaian dari kain kasar juga mahkota duri yang ia buat sendiri.
Pada usia 10 tahun, Katarina masuk sekolah asrama biara, disana ia mulai mencintai kehidupan religius dan menerima Komuni pertamanya dengan penuh cinta kepada Tuhan. Namun ayahnya berniat menikahkan dia.
Pada tanggal 30 Januari 1583, Katarina menerima jubah biara Karmel, Santa Maria dari Para Malaikat, dan mengambil nama Maria Magdalena. Ketika seorang pastor meletakkan salib di tangannya, wajah Maria Magdalena bersinar dengan cahaya yang aneh dan hatinya dipenuhi semangat untuk menderita selama sisa hidupnya bagi Sang Penyelamatnya.
Pada masa Novisiat, Magdalena diijinkan untuk mengucapkan Kaul Religius lebih cepat dari peraturan pada umumnya, karena ia sakit parah dan menderita sangat berat.
Dalam kesakitannya, Magdalena tidak pernah mengeluh, ia berkata bahwa, Tuhan Yesus yang menderita di salib karena kasih-Nya pada manusia, telah memberikan kekuatan yang sama dalam kelemahannya.
Sepanjang hidupnya, Santa Maria Magdalena mengalami banyak serta pencobaan yang berat. Namun ia mempersembahkan semua penderitaan itu kepada Yesus dan Bunda Maria, sebagai silih bagi para pendosa dan orang-orang yang tidak percaya.
Allah membalas kasih Magdalena dan pengorbanannya dengan memberikan berbagai macam karunia, ia mampu membaca pikiran orang lain dan meramal masa depan.
Santa Maria Magdalena sering menampakkan diri kepada orang-orang di tempat yang jauh dan memberikan penyembuhan. Ia juga sering mengalami ekstase.
Santa Maria Magdalena de Pazzi wafat dengan penderitaan yang sangat berat pada tanggal 25 Mei 1607, pada usia 41 tahun. Jasadnya yang masih utuh disimpan di gereja biaranya di Florence. Santa Maria Magdalena dikanonisasi oleh Paus Klemens IX pada tahun 1669. Pestanya dirayakan setiap tanggal 25 Mei.
4. Sister Josefa Menendez
Suster Yosefa Menendez lahir pada tanggal 4 Februari 1890 di Madrid, Spanyol. Sejak kecil ia mengalami banyak penderitaan hidup. Pada usia 20 tahun, ia hendak bergabung dengan Ordo Hati Kudus, namun karena situasi ekonomi keluarga hal itu tidak terjadi.
Pada tanggal 5 Februari 1920, Yosefa bergabung dengan Serikat Hati Kudus di Poitiers, Perancis. Seluruh hidupnya di biara dilakukan dalam pelayanan dan ketaatan pada otoriter Ordonya. Ia sangat pendiam, lemah lembut, tidak bisa bahasa Perancis dan lebih suka menyendiri di tempat yang sunyi.
Dalam kesederhanaannya, Allah menganugerahkan rahmat Spiritual berupa penglihatan akan situasi neraka disertai penderitaan fisik yang ia rasakan juga akan penyiksaannya, dan komunikasi mendalam dengan Tuhan Yesus.
Yesus Kristus sendiri menyampaikan pesan melalui Suster Yosefa, yang ia tulis dalam buku catatannya, dan kemudian diterbitkan dengan judul 'Jalan Cinta Ilahi'.
Melalui tulisannya, suster Yosefa menunjukkan kepada dunia kekuatan Kerahiman Tuhan bagi mereka yang benar-benar mau bertobat. Hal itu membuatnya sangat dibenci oleh iblis, karena banyaknya jiwa yang diselamatkan karena tulisannya.
Kehidupannya di biara yang penuh kerendahan hati dan kesederhanaan, membuat semua pengalaman itu tidak diketahui teman-temannya, sampai kematiannya. Misinya justru benar-benar terlaksana setelah kematiannya.
Suster Yosefa Menendez, wafat pada tanggal 29 Desember 1923, pada usia 33 tahun, 3 tahun setelah ia bergabung dalam biara Hati Kudus. Proses Beatifikasinya telah dibuka secara resmi pada tanggal 26 November 1948, dan diberi gelar 'Hamba Tuhan'.
5. Santo Stanislaus Kostka
Santo Stanislaus adalah Santo yang sangat terkenal di Polandia dari Serikat Yesus. Ia dilahirkan pada tanggal 28 Oktober 1550 di Rostkowo, Polandia. Stanislaus adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Kakaknya, Paul Kotska, masih hidup pada upacara Beatifikasi Stanislaus pada tahun 1605.
Ayahnya Yohanes Kotska, adalah seorang Senator Kerajaan dari keluarga Bangsawan Zakroczym, dan ibunya bernama Margareth Kryska. Dua bersaudara ini dididik dalam keluarga yang sangat taat dan saleh. Stanislaus tumbuh menjadi pribadi yang sangat saleh, rendah hati, sederhana dan penuh ketaatan.
Ia mempersembahkan dirinya sepenuhnya pada kehidupan spiritual yang tinggi, menurut kesaksian Paul, hal ini membuat Stanislaus sering tidak sadarkan diri.
Sikap hidup ketaatan Stanislaus yang luar biasa ini, membuat kakaknya jengkel dan sering memperlakukan dia dengan kasar. Stanislaus menderita akibat cacian dan pukulan Paul, kakaknya.
Namun di mata teman-teman dan pimpinan biaranya, Stanislaus adalah contoh pribadi yang sangat sempurna karena keramahan, keceriaaan dan sangat religius. Seluruh hidup dan penderitaannya, dia persembahkan kepada Bunda Perawan Maria.
Pada tanggal 25 Oktober 1567, Stanislaus, bergabung dengan Pusat Serikat Jesuit di Kota Roma. Jarak ribuan kilometer antara Wina dan kota Roma, ditempuh Stanislaus dengan berjalan kaki.
Ia memakai pakaian seperti pengemis, berjalan tanpa bekal, kendaraan ataupun seorang pemandu. Perjalanan berbahaya itu ia tempuh demi niatnya bergabung dengan Serikat Jesuit. Devosinya yang sangat mendalam kepada Bunda Maria, banyak memberinya tanda Ilahi dan mujizat.
Pada hari Perayaan Santo Laurentius, beberapa hari sebelum wafatnya, Santo Stanislaus demam tinggi. Ia menulis surat kepada Bunda Maria, meminta-Nya membawanya ke atas langit, agar bisa bersama merayakan Pesta Maria Diangkat ke Surga.
Pada tanggal 15 Agustus 1568, sekitar pukul empat dinihari, saat Stanislaus sedang berdoa, jiwanya meninggalkan tubuhnya, wajahnya bercahaya dengan penuh ketenangan.
Santo Stanislaus Kotska, dikanonisasi pada tanggal 31 Desember 1726, dan digelari sebagai Santo Pelindung Para Novisiat oleh berbagai institusi religius di Polandia.
Ia sering digambarkan sedang menerima komuni suci dari tangan para malaikat, digambarkan sedang menerima tubuh bayi Yesus dari tangan Bunda Maria atau ia digambarkan sedang berada di tengah peperangan untuk mengusir para musuh dari tanah airnya.
6. Santa Gertrudis de Helfta
Santa Getrudis de Hefta atau Santa Gertrudis Agung, adalah seorang Santa yang hidup pada abad ke-13, beliau terkenal sebagai seorang Santa yang rajin mendoakan keselamatan jiwa-jiwa di api penyucian. Ia terkenal dengan devosinya yang sangat dalam kepada Hati Kudus Yesus yang terluka, karena menurut pemahamannya, dari situlah bersumber penebusan bagi umat manusia.
Santa Gertrudis, mendapatkan sebuah doa untuk jiwa-jiwa malang itu dari Tuhan Yesus sendiri, yang mengajarkan kepadanya dalam sebuah penglihatan mistik. Tuhan Yesus berjanji kepadanya, bahwa 1000 jiwa akan dilepaskan dari Purgatorium setiap kali doa ini didaraskan.
Santa Gertrudis lahir pada hari raya Epiphany (hari raya penampakan Tuhan), 6 Januari 1256 di Eisleben, Thuringia, Jerman. Pada usia 4 tahun, Gertrudis bergabung dengan sekolah religius biara St. Mary di Helfta. Banyak kisah mengatakan bahwa pada masa ini, Gertrudis sudah menjadi seorang yatim piatu.
Pada usia 10 tahun, Gertrudis resmi bergabung dengan komunitas biara Benediktin. Ia terkenal sangat rajin belajar, suka menulis dan pandai berbahasa Latin. Gertrudis bergaul akrab dengan Kitab Suci serta para Bapa Gereja, terutama Santo Agustinus dari Hippo dan Santo Gregorius Agung.
Pada tahun 1281, di usia 25 tahun, Gertrudis mengalami penglihatan pertamanya dari seluruh rangkaian penglihatan sampai akhir hidupnya, dan pengalaman itu merubah jalan hidupnya.
Sejak itu, Gertrudis mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari Kitab Suci dan Teologi. Ia menghabiskan waktunya dengan berdoa dan meditasi pribadi, serta mulai menulis hal-hal spiritual untuk kepentingan sesama biarawati.
Santa Gertrudis menjadi Mistikus terbesar abad ke-13, bersama teman-teman dan gurunya dalam biara, mereka memperaktekan Spiritualitas yang disebut "Pernikahan Mistis", yakni melihat diri sebagai mempelai Kristus.
Santa Getrudis de Hefta atau Santa Getrudis Agung wafat pada tanggal 17 November 1302, dalam usia 46 tahun, di Helfta dekat Saxony, Jerman. Dikanonisasi oleh Paus Innosensius XI pada tahun 1677 dan diberi gelar Agung oleh Paus Benediktus XIV.
Pestanya dirayakan setiap tanggal 16 November, Santa Gertrudis Agung sering digambarkan sebagai seorang biarawati yang sedang membaca sebuah buku besar dan di dadanya tergambar bayi Yesus memegang hatinya yang bercahaya.
7. Santa Anna Schaffer
Santa Anna Schaffer lahir di Mindelstettan, Bavaria, Jerman pada tanggal 18 Februari 1882, anak ketiga dari enam bersaudara. Ayahnya adalah seorang tukang kayu sederhana.
Pada usia 14 tahun, setelah ayahnya meninggal, Anna putus sekolah dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk menopang ekonomi keluarga. Kerinduannya untuk menjadi biarawati untuk sementara ia kesampingkan karena kebutuhan keluarga.
Pada tahun 1898, Anna mendapatkan penglihatan tentang Kristus, dimana ia diberitahu bahwa ia ditakdirkan untuk menanggung penderitaan yang panjang dan menyakitkan selama hidupnya. Sejak usia 16 tahun Anna memiliki hubungan yang sangat intim dengan Bunda Allah, yang memberinya kekuatan untuk bertahan.
Pada tanggal 4 Februari 1901, Anna mengalami kecelakaan kerja, saat sedang menangani cucian. Anna terpeleset dan jatuh ke dalam ketel yang mendidih, ia dibawa ke rumah sakit dalam kondisi yang sangat parah. Berbagai operasi dilakukan untuk mengatasi luka bakar yang menyakitkan, bahkan pencangkokan kulit, namun kakinya tidak kunjung sembuh, Anna dipulangkan karena tidak ada lagi yang bisa dilakukan.
Anna tidak bisa bergerak sama sekali, untuk membalut luka-lukanya pun terasa sangat menyakitkan. Rasa sakit awal sejak kecelakaan tidak pernah menghilang, lubang-lubang terbuka pada kakinya mulai membusuk secara permanen. Anna menderita sampai akhir hayatnya, berbaring di atas tempat tidur dan harus dirawat oleh ibunya.
Di tengah penderitaanya, Anna sangat sabar dan ceria. Ia memiliki devosi mendalam kepada Hati Yesus yang Mahakudus dan Bunda Maria. Sikapnya yang ceria membuat Anna sangat terkenal di kotanya. Orang-orang sering datang mengunjunginya untuk mendengarkan kata-kata imannya yang memberi penghiburan.
Ia menghabiskan waktu untuk berdoa, memberi kekuatan kepada orang yang datang mengunjunginya, merajut pakaian untuk teman-temannya dan menulis banyak surat kepada siapa saja yang membutuhkan penguatan.
Sejak tahun 1910, Anna semakin sering mengalami fenomena mistis berupa stigmata dan penglihatan, yang di kemudian hari diketahui dari tulisan-tulisannya. Bunda Maria selalu datang mengunjunginya sampai pada akhir hayatnya.
Santa Anna Schaffer wafat pada tanggal 5 Oktober 1925, setelah menerima komuni Kudus terakhirnya. Ia dikanonisasi pada tanggal 21 Oktober 2012 oleh Paus Benediktus XVI. Pesta perayaan Santa Anna Schaffer dirayakan setiap tanggal 5 Oktober.
8. Beata Anna Maria Taigi
Anna Maria Taigi bukanlah biarawati melainkan seorang ibu rumah tangga, istri dari Domenico Taigi, seorang kepala pelayan di rumah bangsawan Chigi, yang berwatak keras. Anna Maria lahir di Sienna, Italia tanggal 28 Mei 1769.
Ayahnya, Luigi Gianetti, adalah seorang apoteker di kota kecil Sienna, namun pada tahun 1774 usahanya bangkrut. Luigi kemudian membawa keluarganya pindah ke Roma, dimana ia bekerja sebagai pembantu. Disana Anna Maria bersekolah di sebuah sekolah yang dikelolah oleh Suster-suster Filipini.
Pada usia 21 tahun, Anna menikah dan dikaruniai tujuh orang anak. Ia merawat rumah tangganya dengan sangat sabar dan setia. Dimana ia harus merawat 15 anggota keluarga sekaligus, ibunya, suaminya, 7 orang anak dan 6 cucu dari anaknya Shopia, yang cepat menjadi janda dan kembali tinggal bersamanya.
Anna Maria menjadi malaikat pelindung dalam rumah tangganya, seluruh pekerjaan rumah ia bereskan dengan sabar dan senang hati. Pada hari beatifikasi, Domenico menceritakan betapa ia sering memperlakukan Anna dengan buruk, namun ia sangat mengasihi istrinya itu karena merasa bahwa keluarganya seperti Firdaus, dan hatinya sungguh berbahagia.
Anna Maria mengalami rangkaian ekstase sepanjang hidupnya dan penglihatan. Ia memperoleh karunia dari Tuhan kemampuan membaca batin dan masa depan orang serta karunia menyembuhkan.
Dalam kesibukannya merawat keluarganya dengan kasih sayang, Anna menjadi anggota Tritunggal Sekuler di gereja San Carlo Fontane. Ia mengunjungi rumah sakit dan menyembuhkan pasien tanpa bayaran, semua itu ia lakukan dengan sukacita.
Ia menjalin persahabatan dengan beberapa tokoh penting dan menjadi penasihat spiritual yang baik bagi mereka, termasuk Kardinal Carlo Maria Pedicini.
Santa Anna Maria Taigi menjadi orang Kudus Allah bukan hanya karena ekstase dan penglihatan yang dialaminya, tapi juga karena kebaikan hati, kerendahan hati, kesederhanaan serta kerelaannya untuk menderita bagi keselamatan jiwa-jiwa.
Santa Anna Maria Taigi wafat pada tanggal 9 Juni 1837, dalam usia 68 tahun di Roma, Italia. Proses beatifikasi Anna Maria Taigi dibuka pada tahun 1863 oleh Paus Pius IX. Dan dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XV pada tanggal 30 Mei 1920.
Sahabat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran penting dari cara hidup para Kudus Allah ini. Cara mereka menanggapi
saya sungguh berbahagia memiliki waktu dan kesempatan untuk mengenal dan menceritakan kisah para santo dan santa ini, saya berjanji akan menceritakan kisah mereka dengan lebih detail pada kesempatan lain.

.png)
.png)

.png)
.png)
.png)
.png)
.png)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar