Minggu, 18 April 2021

Santo Luigi Orione (Kisah Hidup Para Kudus Allah Part - 18)

Shalom Sahabat Tuhan Yesus…

Kembali lagi dengan kisah para Santo dan Santa yang Jasadnya masih utuh sampai saat ini. Kali ini, saya akan bercerita tentang Santo Luigi Orione dari Italia.

Sebelumnya, saya sangat ingin tahu, apakah sahabat sudah menyempatkan melihat atau membaca blog saya tentang Para Kudus Allah yang lainnya? Saya sangat ingin tahu, apa saja yang sudah sahabat renungi tentang cara hidup dan ketaatan mereka? Apakah ada yang berpengaruh dalam cara hidup atau menambah iman sahabat?

Kalau belum, kita mungkin bisa memulainya lagi ya kan…? Lahir baru dengan mengalami pertemuan pribadi dengan Tuhan Yesus memang bukanlah hal yang mudah, butuh banyak perjuangan dan kesetiaan menanti ‘Waktu Tuhan’ menemukan kita…

Ayo tetap semangat….

Santo Luigi Orione

Luigi Giovanni Orione adalah seorang imam Italia yang terkenal sangat aktif melakukan kegiatan sosial di negaranya, ketika Italia menghadapi pergolakan sosial di akhir abad ke-19. Untuk tujuan mulia itu, Santo Luigi mendirikan sebuah lembaga keagamaan untuk para pria.

Luigi Giovanni Orione dilahirkan pada tanggal 23 Juni 1872  dalam sebuah keluarga miskin di Pontecurone, Provinsi Alessandria, di wilayah Piedmont Italia.

Ia dibabtis sehari kemudian dengan nama seturut nama dua orang kudus yang menjadi sumber devosi keluarganya; yaitu Santo Luigi Gonzaga (Aloysius Gonzaga) dan Santo Giovanni Batista (Yohanes Pembabtis).

Ayahnya, Vittorio Orione,  adalah seorang tukang batu  yang pendiam dan ibunya bernama Carolina adalah seorang ibu rumah tangga yang saleh dan selalu menanamkan semangat hidup rohani dalam diri  Luigi kecil.

Di usia tiga belas tahun  Luigi  masuk Seminari Fransiskan di Voghera (Pavia), namun setahun kemudian ia dikeluarkan karena kesehatannya yang buruk.  Ia kemudian melanjutkan studinya di Oratorium Valdocco di Turin yang di kelola oleh para Salesian Don Bosco yang kala itu masih dipimpin oleh Santo Yohannes Bosco



Pribadi Luigi Orione yang pendiam dan saleh, mendapat perhatian khusus dari Don Bosco dan merupakan salah seorang murid favoritnya.  

Pada tahun 1888 Don Bosco wafat.  Luigi bersama para siswa Oratorium dan ribuan masyarakat Turin hadir pada misa penguburan Don Bosco.

Pada saat berlutut dan memberikan penghormatan terakhir didepan Jenazah Don Bosco, sebuah mujizat terjadi pada Luigi Orione.  Berbagai penyakit yang dideritanya selama bertahun-tahun seketika itu juga sembuh secara ajaib.

Setahun setelah mujizat itu terjadi, Luigi lulus dari Oratorium Don Bosco dan melanjutkan pendidikannya ke Seminari Tinggi Diosesan di Tortona.  



Frater Luigi kemudian terlibat dalam banyak kegiatan amal dan menjadi relawan dari Komunitas Sukarelawan
San Marziano dan komunitas Relawan Santo  Vincent de Paul.  Bersama dua komunitas relawan ini, Frater Luigi banyak berkarya menolong dan memperhatikan orang lain.

Pada tahun 1892, terinspirasi oleh Oratorium Salesian Don Bosco, dimana ia pernah bersekolah, Frater  Luigi  yang saat itu baru berusia 20 tahun membuka sebuah lembaga pendidikan bagi anak-anak orang miskin di Tortona.

Tahun berikutnya ia memulai sebuah sekolah asrama dengan biaya murah untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu. Orang tua para siswa hanya menyumbang bahan makanan sebanyak yang mampu mereka berikan dan Frater Luigi bersama beberapa orang frater akan mengajar anak-anak di sekolah itu dengan sukarela.

Ditengah kesibukkannya membantu anak-anak dari keluarga miskin,  Frater Luigi ditahbiskan menjadi seorang imam praja pada tanggal 13 April 1895.



Melihat perkembangan yang cukup baik pada lembaga yang didirikan oleh pater Luigi, Uskup Tortona lalu memperbolehkan sejumlah frater untuk turut membantu karya pelayanan pater Luigi.  

Inilah awal berdirinya Konggregasi FDP (Figli della Divina Providenza / Sons of Divine Provvidence) yakni Konggregasi Karya Penyelenggaraan Ilahi.

Kongregasi diresmikan pada 21 Maret 1903 oleh Uskup Tortona Mgr. Igino Bandi dan berkembang pesat dari tahun ke tahun. Para imam Kongregasi ini berkarya untuk menghantar dan menyatukan semua orang, termasuk orang miskin, kepada Tuhan dan Gereja.

Pada tahun 1915 Luigi mendirikan klinik kesehatan murah di Turin dan Cottolengo untuk menolong orang-orang miskin. Para pasien yang datang akan digolongkan menurut jenis penyakitnya dan dirawat dengan penuh kekeluargaan.

Di tahun ini  juga Luigi mendirikan susteran Little Missionary Sisters of Charity atau Susteran Misionaris. Para biarawati ini  berkarya dalam bidang pendidikan kanak-kanak, panti asuhan, pastoral,  pendidikan untuk perempuan, pertolongan pada orang miskin dan sakit.  

Dengan demikian semakin banyak muda-mudi yang ingin bergabung mengikuti semangat  pater Luigi Orione.

Saat ini misi FDP telah menyebar ke seluruh dunia dan berkarya kurang lebih di 23 Negara di berbagai benua.

Pada musim dingin tahun 1940,  Don Luigi Orione menderita sakit jantung dan paru yang cukup parah. Ia lalu diminta pergi ke Sanremo untuk menjalani perawatan intensif. 

Pada malam keberangkatannya ke Sanremo,  Don Orione mengatakan kepada rekan-rekannya,  "Saya tidak ingin wafat di antara pohon-pohon palma”, katanya. “Saya ingin wafat diantara orang-orang miskin yang adalah Yesus".   

Empat hari kemudian, dengan dikelilingi oleh para imam FDP,  pater Luigi Orione menutup mata untuk selamanya.  Kata-kata terakhirnya adalah: 

"Yesus, Yesus! Yesus!  aku datang ..."

Pater Luigi Orione meninggal pada tanggal 12 Maret 1940 di Sanremo Italia karena sakit yang dideritanya.

Santo Luigi Orione Dibeatifikasi pada tanggal 26 Oktober 1980 oleh Paus Yohanes Paulus II dan Dikanonisasi oleh Paus yang sama pada tanggal 16 Mei 2004. 

Jasad utuh Santo Luigi Orione disemayamkan di Suaka Nostra Signora della Guardia, di Tortona , Italia.

Sekian kisah kita kali ini. Shalom…. Tuhan memberkati…




Senin, 15 Maret 2021

Santa Bernadette Soubirous (Part-17)

Santa Bernadette Soubirous

Shalom sahabat Tuhan Yesus… Kita telah sampai di bagian ke-17 kisah Para Santo dan Santa yang Jasadnya Masih Utuh sampai Saat ini. Ini adalah kisah kedua yang saya ceritakan tentang Orang Kudus yang mengalami Penampakan Bunda Allah, Ibu Tuhan kita Yesus Kristus. Kisah kita kali ini tentang :

Santa Bernadette Soubirous dari Lourdes

Santa Bernadette dilahirkan Pada tanggal 7 Januari 1844 di Lourdes, Hautes-Pyrénées, Perancis, dengan nama Marie Bernarde Soubirous. Ia terlahir dari keluarga yang sangat bersahaja. Karena sejak kecil Bernarde memiliki perawakan yang mungil, ia dipanggil Bernadette yang artinya Bernarde kecil.

Ayahnya Francois Soubirous adalah seorang pengusaha penggilingan gandum yang bangkrut dan jatuh miskin, ibunya Louise Casterot adalah seorang tukang cuci.

Sejak bayi kesehatan Bernadette kurang baik. Ia menderita sakit kolera dan juga asma yang menyiksanya sepanjang hidupnya.  Bukannya mengeluh, tetapi Bernadette mempersembahkan semua penderitaannya kepada Tuhan, ia rajin berdoa Rosario dan memiliki prilaku yang luhur.

Bagi Bernadette, sakit juga bukan berarti bebas dari segala tugas dan kewajiban. Ia tetap harus membantu ibunya mengasuh kelima adiknya. Dan ketika Bernadette telah dianggap cukup umur, ia pun harus bekerja sebagai pembantu dan penggembala ternak.

Suatu hari, pada tanggal 11 Februari 1858, suatu peristiwa yang luar biasa terjadi. Ketika ia bersama seorang adik dan seorang temannya sedang mencari kayu bakar di padang, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya di sebuah gua yang disebut Massabielle (artinya Batu Besar), di tepi sungai Gave dekat kota Lourdes.

Bernadette tidak tahu siapa wanita cantik itu dan apa yang ia inginkan. Bunda Maria menampakkan diri kepadanya sebanyak 18 kali. Pada tanggal 25 Maret 1858, pada penampakannya yang ke-16, Bunda Maria mengungkapkan siapa dirinya, "Akulah yang Dikandung Tanpa Dosa." ('Que Soy Era Immaculada Conceptiou' atau 'I Am The Immaculate Conception')

Dalam sebuah suratnya santa Bernadette menuliskan pengalamannya saat bunda maria menampakkan diri kepadanya : 

"Suatu hari saya dan dua gadis lain pergi ke pinggir sungai Gave. Tiba-tiba saya mendengar bunyi gemerisik. Saya mengarahkan pandangan ke arah padang yang terletak di sisi sungai, tetapi pepohonan di sana tampak tenang dan suara itu jelas bukan datang dari sana. 

Kemudian saya mendongak dan memandang ke arah gua di mana saya melihat seorang perempuan mengenakan gaun putih yang indah dengan ikat pinggang berwarna terang. Di atas masing-masing kakinya ada bunga mawar berwarna kuning pucat, sama seperti warna biji-biji rosarionya.

Saya menggosok-gosok mata saya, kemudian saya tergerak untuk memasukkan tangan saya ke dalam lipatan baju saya di mana tersimpan rosario. Saya ingin membuat tanda salib, tetapi tidak bisa, tangan saya lemas dan jatuh kembali. Kemudian perempuan itu membuat tanda salib. Setelah usaha yang kedua saya berhasil membuat tanda salib meskipun tangan saya gemetar.

Kemudian saya mulai berdoa rosario sementara perempuan itu menggerakkan manik-manik di antara jari-jarinya tanpa menggerakkan bibirnya sama sekali. Setelah saya selesai mendaraskan Salam Maria, perempuan itu tiba-tiba menghilang.

Saya bertanya kepada kedua gadis yang lain apakah mereka melihat sesuatu, tetapi mereka mengatakan tidak. Tentu saja mereka ingin tahu apa yang telah terjadi. Saya katakan kepada mereka bahwa saya melihat seorang perempuan mengenakan gaun putih yang indah, namun saya tidak tahu siapa dia. 

Saya minta mereka untuk tidak menceritakan hal itu kepada siapa pun. Mereka mengatakan saya bodoh karena memikirkan yang bukan-bukan. Saya katakan bahwa mereka salah, dan saya merasa terdorong untuk kembali lagi ke sana hari Minggu berikutnya.

Ketiga kalinya saya ke sana, perempuan itu berbicara kepada saya dan meminta saya untuk datang selama lima belas hari. Saya katakan saya bersedia datang. Kemudian perempuan itu meminta saya untuk menyampaikan kepada imam agar sebuah kapel dibangun di sana. Ia juga meminta saya minum dari sumber air. 

Saya pergi ke sungai Gave, satu-satunya sungai yang ada di sana. Tetapi perempuan itu menyadarkan saya bahwa bukan Gave yang ia maksudkan. Ia menunjuk ke sebuah aliran air kecil di dekat situ.

Ketika saya sampai di sana, saya hanya dapat menemukan beberapa tetes air dan banyak lumpur. Saya menadahkan tangan untuk mendapatkan lebih banyak air, tetapi tidak berhasil. Karenanya saya menggali tanah. Saya berhasil memperoleh beberapa tetes air, baru setelah usaha yang keempat saya mendapatkan cukup air untuk diminum. Kemudian perempuan itu menghilang dan pulanglah saya ke rumah.

Saya datang setiap hari selama lima belas hari, dan setiap kali, kecuali hari Senin dan Jum'at, perempuan itu menampakkan diri. Ia meminta saya mencari aliran sungai dan membersihkan diri di sana serta pergi kepada imam meminta agar sebuah kapel didirikan di sana. 

Saya juga harus berdoa, katanya, untuk pertobatan orang-orang berdosa. Berkali-kali saya bertanya kepadanya apa arti semua itu, tetapi perempuan itu hanya tersenyum. Akhirnya, dengan tangannya terentang dan matanya memandang ke langit, ia berkata bahwa dialah "Immaculate Conception" (Yang Dikandung Tanpa Dosa).

Selama lima belas hari itu, ia mengungkapkan tiga buah rahasia kepada saya, tetapi saya tidak boleh mengatakannya kepada siapa pun juga, dan sejauh ini saya taat kepadanya."

Setelah peristiwa penampakan itu Bernadette semakin banyak menderita, baik karena kecurigaan orang-orang yang tidak mau percaya, oleh perhatian berlebihan dari mereka yang percaya serta ancaman dari penguasa setempat. Semuanya itu ditanggungnya dengan tabah dan sabar.

Pada usia 22 tahun, Bernadette menggabungkan diri dengan Suster-suster Karitas di Nevers, Perancis. Tiga belas tahun lamanya ia tinggal di biara dan sebagian besar dari waktu tersebut dihabiskannya di tempat tidur karena sakit yang dideritanya.

Bernadette seorang yang sangat rendah hati. Lebih dari apa pun, ia tidak ingin dipuji. Suatu ketika seorang suster bertanya kepadanya apakah ia merasa bangga karena dipilih oleh Bunda Maria. "Bagaimana mungkin," Bernadette cepat-cepat menjawab, "Bunda Maria memilih saya justru karena saya inilah yang paling hina." Suatu jawaban dari kerendahan hati yang paling dalam!

Bernadette wafat pada tanggal 16 April 1879 dalam usia 35 tahun karena penyakit tuberculosis. Pada tahun 1909, sehubungan dengan diajukannya permohonan beatifikasi, makam Bernadette kemudian digali dan jenazah diangkat dari dalam tanah. 

Uskup Gauthey dari Nevers, bersama dengan para wakil dan pejabat Gereja dan  semua yang hadir merasa takjub melihat jenazah Bernadette yang tampak persis sama seperti pada hari ia meninggal. Tubuhnya utuh sempurna, tak tercium bau busuk, pun tak didapati tanda-tanda kerusakan pada tubuh mungil yang terbaring dalam peti jenazah.

Pada tanggal 14 Juni 1925, Paus Pius XI memaklumkan Bernadette Soubirous sebagai `Beata', lalu pada tahun 1933 dikanonisasi  oleh Paus Pius XI. Pesta peringatannya dirayakan setiap tanggal 16 April dan tanggal 18 February di Perancis.

Jenazah Santa Bernadette yang sampai saat ini masih utuh tersebut kini disemayamkan di  The Marian shrine at Nevers (Bourgogne, France). Santa Bernadette Soubiros diangkat oleh Gereja Katolik menjadi Santa Pelindung Orang Sakit.

Saat ini Kapela yang dibangun atas permintaan Bunda Maria pada Santa Bernadette di Gua Massabielle, Lourdes, menjadi salah satu Tempat Ziarah terbesar di dunia. Setiap hari jutaan pengunjung dari seluruh dunia datang ke tempat itu dan diberitakan banyak terjadi mujizat disana.

Sahabat Tuhan Yesus, di Vlog sebelumnya saya telah bercerita tentang Santa Katharina Laboure yang didatangi Bunda Tuhan untuk menyampaikan tugas perutusannya dari Allah. Di Vlog ini, Santa Bernadette juga mengalami hal yang sama, bertemu Bunda Maria dan mendapatkan tugasnya.

Kedua Santa ini memiliki pribadi yang mirip, sama2 bersahaja dan sangat rendah hati, malah Santa Bernadette berkata bahwa Bunda Maria memilihnya karena ia adalah orang yang paling hina. Dalam ketenangan dan kesederhanaan, mereka menghidupi Firman Tuhan, bermatiraga dan tetap bersukacita dalam penderitaan. Kemudian dipercayakan Tuhan untuk melakukan Tugas Mulia.

Roma 5:3-5 Dan bukan itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekukan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.

Saya merasa, Allah Bapa kita tidak memandang siapapun kita untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Semua yang kita banggakan di dunia ini, status, pendidikan, jabatan, kekayaan, ketenaran, semua itu hanyalah untuk dunia, tidak ada artinya di hadapan Allah.

Sebaliknya, harusnya kita menjadikan hubungan kita yang akrab dan intim dengan Allah melalui Putera-Nya yakni Tuhan Yesus dan Bunda Maria sebagai kebanggaan dalam hidup kita. Jangan takut menanggung penderitaan sebesar apapun, jangan pernah merasa bahwa menjadi sederhana dan rendah hati adalah hal yang hina, tetaplah percaya dan milikilah iman yang teguh kepada Allah Bapa seperti yang dimiliki para Kudus Allah ini.

Ingatlah bahwa Tuhan Yesus, Putera Allah yang tidak berdosa, bahkan pernah mengalami penderitaan serta penghinaan yang lebih berat dan kejam hanya demi cinta-Nya pada kita, yang tak akan mungkin mampu kita tanggung. 

Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. (Ibrani 12:6)

Sampai bertemu di Vlog yang berikutnya… Shalom, Tuhan Yesus memberkati…



jangan Lupa kunjungi Vlog saya di Youtube : https://www.youtube.com/channel/UCDOdlk6kRi8eJtulUF_SKiQ

Kamis, 04 Februari 2021

SANTA KATARINA LABOURE (16)

 

Salve sahabat Tuhan Yesus dan Bunda Maria… 

Ini adalah kisah ke enam belas, dari para Kudus Allah atau Santo dan Santa Katolik yang saya kisahkan dalam Blog saya. Mereka adalah umat beriman Katolik yang sudah meninggal, diyakini telah masuk surga dan telah melalui proses Penyelidikan atau Kanonisasi oleh Vatikan untuk disebut sebagai umat pilihan Allah, Orang Kudus.

Dimana, para Kudus yang saya ceritakan ini adalah mereka yang setelah bertahun-tahun, bahkan ratusan tahun meninggal dunia, ketika proses Kanonisasi dan kubur mereka dibongkar, jasad para Kudus ini masih utuh, bahkan sampai dengan saat ini. 

Untuk dipahami, Jasad yang masih utuh disini maksudnya adalah, didapati tubuh fisiknya masih baik dan utuh. Karena sewajarnya orang yang telah meninggal bertahun-tahun lamanya, tubuh fisiknya akan hancur. 

Sesuai tradisi Katolik, awalnya setelah meninggal para Kudus ini dimakamkan sebagaimana biasanya. Ketika pembongkaran makam oleh para penyelidik dan jenasah didapati  masih utuh, inilah mujizat yang sudah selayaknya dinyatakan.

Sehingga mereka telah mendapatkan anugerah Allah, menjadi Orang Kudus pilihan-Nya, tubuh fisik mereka akan dirawat dengan proses yang lebih baik, kemudian dipindahkan ke peti kaca agar bisa menjadi bukti Kemuliaan Allah bagi umat beriman yang lain. 

Itulah kenapa, kebanyakan dari para Kudus Allah yang tubuh fisiknya masih utuh, disemayamkan di tempat yang bisa terlihat atau dijadikan tempat berziarah oleh umat beriman Katolik. 

Sebagai orang percaya, melalui ini, kita semakin diyakinkan akan kebesaran dan kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus. Bukan berarti tanpa semua itu kita menjadi tidak percaya, tapi biarlah itu menjadi cara Tuhan menyatakan kebesaran dan kemuliaan-Nya yang kekal. 

Dalam Mazmur 16:10 dikatakan : sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.

Santa Katarina Laboure

Santa Katarina Laboure, dilahirkan dengan nama Zoe Laboure. Ia lahir di desa Fainles Mautiers, Prancis pada tanggal 2 Mei 1806. Zoe adalah anak dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Pierre Laboure, seorang petani yang sangat bersahaja dan saleh. Ibunya, Louise Madeleine Gontard, juga adalah seorang katolik yang sangat taat.

Louise Madeleine meninggal ketika Zoe masih berusia sembilan tahun. Dikisahkan setelah pemakaman ibunya, Zoe mengambil patung Santa Perawan Maria kemudian menciumnya dan berbisik; "Sekarang engkaulah ibuku."  

Sepeninggal sang ibu, Zoe bekerja sebagai pelayan dan tinggal dengan bibinya  di Saint-Rémy. Karena tertarik dengan kehidupan religius; Zoe kemudian memutuskan untuk  masuk biara Suster-suster “Puteri Kasih”  yang didirikan oleh Santo Vincentius de Paul

Setelah mengucapkan Kaul, Zoe diberi nama yang baru, yakni “Katarina”. Suster Katarina adalah seorang biarawati sederhana, saleh, rajin serta penuh pengabdian pada konggregasinya. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah belajar membaca dan menulis.

Beberapa hari setelah menjadi postulan di biara Rue de Bac, Paris, Bunda Maria menampakkan diri kepada Katarina.  Pada tengah malam tanggal 18/19 Juli 1830, suster Katarina terjaga dari tidurnya karena sebuah suara ajaib yang memanggil namanya, sebanyak tiga kali.  

Ia terbangun dan melihat di hadapannya, seorang anak kecil berusia kira-kira 4 atau 5 tahun. Anak kecil ini mengajaknya berjalan ke kapela biara.  


Anak kecil itu mengatakan bahwa Bunda Maria menunggunya di Kapela. Dengan ragu-ragu dan takut, Suster Katarina mengikutinya itu ke kapel. Seketika suster Katarina melihat bahwa semua pintu kapel terbuka dengan sendirinya, lilin-lilin dan lampu-lampu di dalam kapel itu menyala dengan ajaib tanpa ada yang menyalakannya.

Lalu anak kecil itu menunjuk Bunda Maria yang datang dan berlutut menyembah Sakramen Mahakudus. Suster Katarina segera mendekatinya dan meletakkan tangannya di atas pangkuan Bunda Maria. Lebih dari dua jam lamanya Bunda Maria berbicara dengan Katarina perihal tugas perutusan yang dipercayakan Tuhan kepadanya.

Pada tanggal 27 November 1830, jam setengah enam malam, sekali lagi Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dalam rupa sebuah gambar. Bunda Maria tampak sedang berdiri di atas bola bumi dengan berkas-berkas cahaya ajaib memancar dari tangannya.

Bola bumi itu dikelilingi sebuah tulisan yang berbunyi : "Oh Maria yang dikandung tanpa noda dosa, doakanlah kami yang berlindung kepadamu!". Gambar itu lalu membalik dan menampakkan huruf "M"; di atasnya terdapat sebuah hati dan salib yang saling berhubungan.


Terdengar suara Bunda Maria yang memintanya membuat sebuah medali, berbentuk bulat lonjong seperti yang tergambar dalam penampakan itu. Bunda Maria berjanji bahwa semua orang yang mengenakan medali ini pada akan memperoleh karunia khusus.

Katarina, meneruskan pesan tersebut kepada pimpinan biara. Lalu dibuatlah medali tersebut dan segera disebarluaskan kepada umat. Banyak permohonan yang terkabul karena medali tersebut, misalnya penyembuhan, pertobatan dan masih banyak lagi.

Penampakan itu terus berlanjut, sampai bulan September 1881. Dengan bimbingan Pastor Aladel, Bapa Pengakuannya, juga penyelidikan dari keuskupan tentang keabsahan penampakan itu, Uskup Agung de Quelen di Paris memberikan restu dan izin bagi pembuatan medali tersebut. Medali inilah yang sekarang disebut 'Medali Wasiat'. Kata 'wasiat' me


Katarina melanjutkan cara hidupnya dalam kesederhanaan dan kerendahan hati dengan melakukan tugasnya sebagai penjaga pintu dan tukang masak di biara Enghien-Reuilly. 

Rahasia penampakan Bunda Maria yang dialaminya, tidak diketahui oleh rekan-rekannya sebiara. Delapan bulan sebelum kematiannya, barulah ia menceritakan beberapa penampakan yang dialaminya kepada Suster Dufes, Superiornya.

Suster Katarina Laboure meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1876 dalam usia 70 tahun. Pada tahun 1933 makamnya digali kembali untuk proses beatifikasi dan tubuhnya ditemukan tetap utuh.


Saat ini tubuh Santa Katarina yang masih utuh tersebut disemayamkan dalam sebuah peti mati kaca di samping altar Kapela Santa Maria dari Medali Ajaib, Paris;  tempat di mana Bunda Maria pernah menampakkan diri kepadanya.

Santa Katarina Laboure dibeatifikasi pada tanggal 28 Mei 1933 oleh Paus Pius XI dan dikanonisasi oleh Paus Pius XII pada tanggal 27 Juli 1947. Pesta peringatannya dirayakan setiap tanggal 28 November.

Sahabat, Tuhan membutuhkan seorang yang saleh dan sederhana, untuk mengirimkan ibu-Nya datang berkunjung. Seringkali kita memikirkan hal yang rumit, padahal yang dibutuhkan Tuhan hanyalah kesalehan, ketaatan dan kesederhanaan.


Ketika saya memulai Vlog yang berkisah tentang para Kudus ini, yang saya rasakan hanyalah kekaguman. Kagum pada cara Tuhan menyatakan Kemuliaan dan Belas Kasihnya pada manusia, dan kagum pada kekuatan iman, harapan, cinta serta pengorbanan yang dilakukan oleh orang-orang pilihan-Nya.

Santo Silvan. Kita mulai dari Santo Silvan. Bersama saudara-saudara dan ibunya, Silvanus mempertahankan iman kepada Yesus Kristus. Sekalipun pilihan itu akhirnya harus mereka bayar dengan nyawa dan dengan cara yang keji. 

Santo Silvan dan 6 orang saudaranya, beserta ibu mereka, Santa Felisitas, dibunuh dengan bengis pada masa pemerintahan Kaisar Antonius Pius di Roma Italia. Silvanus kemudian diangkat oleh Gereja menjadi Santo Pelindung Para Pelayan dan Pembantu Rumah Tangga.

Santa Klara dari Asisi. Clara yang terpesona dengan kotbah Santo Fransiskus, merasa hatinya berkobar-kobar untuk memenuhi panggilan Tuhan, menjadi biarawati. Clara berhasrat hidup miskin dalam kerendahan hati demi Tuhan Yesus. 

Seorang putri bangsawan Asisi, yang hidup dalam kemewahan, meninggalkan kehidupan lamanya dan di kemudian hari menjadi pendiri Serikat Klaris dan Santa Pelindung bagi Para Penderita Penyakit Mata.

Santa Imelda Lambertini. Seorang gadis kecil putri tunggal keluarga bangsawan dari Bologna Italia berusia 9 tahun, yang penuh kerinduan pada Ekaristi Kudus. Santa yang murni dan lembut ini memperoleh karunia istimewah, ia menerima Komuni Kudus langsung dari Tuhan Yesus sendiri.

Santa Imelda kemudian diangkat oleh Gereja Katolik menjadi Santa Pelindung anak-anak calon Penerima Komuni Pertama.

Santa Rita de Cascia. Seorang ibu bersahaja, yang dengan kesabaran dan doa-doanya berhasil mempertobatkan suaminya, seorang mafia besar serta dua putranya, sebelum mereka meninggal. 

Di kemudian hari, Santa Rita menjadi pendamai bagi banyak konflik yang terjadi di wilayahnya. Ia memperoleh anugerah Stigmata pada keningnya. Dan menjadi Santa Pelindung Perkawinan dan Kasus yang Mustahil.

Santa Angela Merici. Seorang gadis bangsawan dari Descenzano Italia. Dalam usia yang masih sangat muda, Angela harus menanggung penderitaan kehilangan kakak dan kedua orangtuanya. Angela kemudian hidup dalam pengasuhan pamannya. 

Santa Angela beralih dari kehidupan yang mewah, dan hidup dalam kemiskinan dan ketaatan pada Tuhan. Ia mendirikan Serikat Santa Ursula dan hidup dalam pengabdian penuh pada konggregasinya sampai akhir hayat.

Santo Fransiskus Xaverius. Pemuda bangsawan cerdas dari Spanyol yang meninggalkan kesenangan hidupnya, ia menjadi Abdi Allah perintis Agama Salib di Asia. 

Santo Fransiskus disebut sebagai Santo Terbesar setelah Santo Paulus. Ia diangkat oleh gereja Katolik menjadi Santo Pelindung Karya Misi. Ia mempertobatkan dan mempermandikan banyak orang di berbagai benua termasuk Asia.

Santo Pius V. Seorang anak gembala miskin dari Bosko, Italia, yang kemudian menjadi Paus, Pemimpin Gereja Katolik Dunia. Kepercayaan dan cintanya yang sangat besar kepada Salib Suci Kristus dan Bunda Maria Ratu Rosario, membuatnya mampu melewati berbagai persoalan. 

Santo Pius V, terkenal dalam kisahnya yang mendukung armada perang Kristen memenangkan perang Leponto. Ia membuka banyak seminari, mendirikan yayasan dan rumah sakit, dan dengan wewenangnya sebagai seorang Paus, ia menggunakan dana kepausan untuk membantu orang miskin.

Santo Robertus Belarminus. lahir di Tuscany Italia, seorang penulis, pengkotbah dan pengajar yang sangat berbakat. Salah seorang figure dalam gereja Katolik yang cerdas dan sangat menonjol di masa pontifikat Sri Paus Klemens VIII.

Santo Vinsensius de Paul, anak petani miskin dari Prancis yang cerdas dan berambisi mengubah hidupnya, kemudian memilih meninggalkan kenyamanan hidupnya dan menjadi Bapak bagi Orang Miskin.

Santo Karolus de Sezze, seorang bruder dari Italia penjaga pintu biara yang menjadi mistikus Fransiskan dan pembuat mujizat. Ia hidup dalam kerendahan hati  dan ketaatan penuh pada regula ordo Fransiskan.

Santa Veronika Yuliani, Mistikus Italia terbesar abad ke-18. Santa Veronika memiliki kerinduan besar untuk menderita bersama Tuhan Yesus agar bisa memperoleh penebusan bagi pertobatan orang-orang berdosa dan kemudian menerima karunia Stigmata dari Tuhan Yesus berupa tanda mahkota duri di kepala dan hatinya.

Santa Maria Goreti, seorang Martir Perawan dari Italia dan merupakan salah satu dari orang-orang Kudus termuda yang telah dikanonisasi. Santa Maria Goreti menjadi Santa Pelindung Kemurnian, Korban Perkosaan, anak-anak perempuan, Kaum Muda, Gadis Remaja, Kemiskinan dan Pengampunan.

Santa Yoakima Vedruna Vidal de Mas, seorang ibu 9 anak dari Spanyol yang kemudian mendirikan Ordo Suster-suster Cinta Kasih Karmel yang didedikasikan bagi pendidikan dan karya-karya amal.

Santo Petrus Yulianus Eymard, seorang anak dari keluarga miskin Prancis yang kemudian menjadi pendiri Konggerasi Sakramen Mahakudus dan Konggregasi Abdi Allah dari Sakramen Mahakudus karena kecintaan dan penghormatannya yang besar pada Sakramen Mahakudus.

Santo Yohanes Maria Vianney dari Perancis Selatan, seorang pribadi yang lamban dan lemah tapi pantang menyerah dan penuh ketulusan. Ia hidup dalam kemiskinan dan kesederhanaan. Santo Yohanes Maria Vianney adalah Pelindung Surgawi bagi Para Imam dan Pastor Paroki.

Santo Yohanes Bosco, seorang anak petani miskin Italia yang bersemangat membantu orang muda menjadi pribadi yang lebih baik bagi Tuhan dan sesama. Ia menjadi Santo Pelindung Kaum Muda yang memiliki banyak pengikut dari orang muda, beberapa di antaranya sedang dalam proses dan sudah diakui oleh Gereja sebagai Orang Kudus.

Belajar dari cara hidup para Kudus ini sangat perlu kita lakukan untuk mengetahui lebih dalam keinginan Tuhan dalam hidup kita, dan tetap beriman bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan kita untuk sampai kepada Allah Bapa.

Sampai bertemu di kisah yang selanjutnya, Shalom.. Tuhan Yesus Memberkati…

Minggu, 17 Januari 2021

SANTO YOHANES DON BOSCO, Pelindung Orang Muda

 

SYALOM SAHABAT TUHAN YESUS dan Bunda Maria…

Dalam gereja Katolik, setiap orang yang akan menjadi anggota gereja harus menerima pembaptisan. Pembaptisan adalah sakramen pertama yang akan diterima oleh setiap anggota Gereja dan merupakan pintu masuk bagi sakramen lainnya dalam iman Katolik.

Dengan dibaptis, kita terlahir kembali menjadi manusia baru. Terbebas dari dosa asal, menjadi anak Allah yang serupa dengan Kristus. Ketika menerima Sakramen Pembaptisan ini, setiap anggota Gereja Katolik memiliki nama baptis yang akan disandang sebagai identitasnya seumur hidup. 

Dengan nama ini, orang tua beserta seluruh anggota gereja berharap mereka menyandang karakter keutamaan, kesucian dan keteladanan para orang Kudus terdahulu, terutama yang namanya dipakai dalam pembaptisan, agar menjadi pribadi yang pantas di hadapan Allah.  

Adakah di antara sahabat yang memiliki nama baptis dari Santo Yohanes Don Bosco? Nah, untuk diketahui, Don adalah Romo dalam bahasa Italia, sehingga seharusnya Santo yang istimewah ini dikenal dengan nama Santo Yohanes Bosco. 

Santo Yohanes Bosco

Masa Kecil

Santo Yohannes Bosco, nama kecilnya adalah; Giovanni Melchiorre Bosco, adalah seorang kudus yang mendirikan Kongregasi istimewa untuk melayani kaum muda yang bernama Serikat Salesian. 

Nama Salesian diambil dari nama Santo Fransiskus de Sales, yang menjadi teladan mereka akan kebaikan hati dan kelemah-lembutannya. Kongregasi ini tersebar diseluruh dunia dan mengelola berbagai lembaga pendidikan.

 

Yohanes Bosco merupakan satu-satunya Orang Kudus, dimana pengikutnya, hampir 20 orang pengikut dari kalangan orang muda, diakui oleh gereja dan sedang menjalani proses untuk menjadi orang kudus. 

Beberapa dari mereka, malah sudah mendapatkan gelar Kudusnya. Dikemudian hari gereja mengangkat Santo Yohanes Bosco sebagai Pelindung Kaum Muda.  Salah seorang pengikut Santo Bosco yang cukup terkenal adalah Santo Dominic Savio yang merupakan Orang Kudus yang paling muda usianya. 

Dominic Savio wafat ketika berusia 14 tahun dan merupakan salah seorang murid yang mendapat pengajaran langsung dari Yohanes Bosco.

Santo Yohanes Bosco lahir pada tanggal 16 Agustus 1815,  di Becchi, sebuah dusun kecil di Castelnuovo d'Asti. Dusun itu sekarang bernama Castelnuovo Don Bosco, Italia. 

Ayahnya, Francesco, adalah seorang petani miskin. Francesco mempunyai tiga orang putera: yakni Antonio, dari isteri pertamanya yang telah meninggal dunia, serta Yusuf dan Yohanes.

Setelah Francesco meninggal dunia, Margarita bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Kemiskinan, tidak menghalangi Margarita untuk senantiasa menceritakan kepada anak-anaknya segala kebaikan Tuhan. 

Diajarkannya kepada Yohanes kecil bagaimana mengolah tanah dan bagaimana menemukan Tuhan yang ada di surga yang indah, melalui panen yang berlimpah dan melalui hujan yang menyirami tumbuh-tumbuhan. 

Bagi Yohanes, berdoa berarti berbicara kepada Tuhan, dengan kaki berlutut di atas lantai dapur. Berdoa juga berarti berpikir tentang Tuhan, ketika ia sedang duduk di atas rerumputan, sambil menatap ke arah surga. 

Dari ibunya, Yohanes belajar melihat Tuhan dalam wajah sesama, yaitu mereka yang miskin, yang sengsara, yang datang mengetuk pintu rumah keluarganya sepanjang musim dingin, dan mereka yang diberikan tumpangan, sup hangat serta berbagi makanan dari kemiskinan mereka.

Penglihatan

Pada usia sembilan tahun untuk pertama kalinya Yohanes mendapat mimpi yang sangat menakjubkan, mimpi itu menggambarkan keseluruhan hidupnya kelak. Dalam mimpinya Yohanes sedang berada di lapangan yang luas. 

Ia melihat banyak sekali anak-anak di sana. Tampaklah “Seorang yang Agung”, berpakaian jubah putih dan wajah-Nya bersinar. Ia memanggil Yohanes dengan namanya, memintanya agar tenang serta menasehatinya:

“Bukan dengan kekerasan, tetapi dengan kelemahlembutan serta belas kasih, kamu akan menjadikan mereka semua teman-temanmu. Beritahukanlah kepada mereka keburukan dosa dan ganjaran kebajikan.”

“Tidak tahukah Engkau,”  bisik Yohanes kecil, “bahwa hal itu tidak mungkin?”

“Apa yang tampaknya tidak mungkin bagimu, kamu akan menjadikannya mungkin jika saja kamu melakukannya dengan ketulusan hati dan pengetahuan.”

“Di mana dan bagaimana aku memperoleh pengetahuan?”, tanya Yohanes

“Aku akan memberimu seorang Bunda, dengan bimbingan darinya saja seseorang akan menjadi bijaksana, tanpa bimbingannya semua pengetahuan tidak ada gunanya.”

“Tetapi siapakah Engkau yang berbicara seperti itu?” Yohanes bertanya lagi.

“Aku adalah Putera dari Surga. Ibumu telah mengajarkan kepadamu untuk menghormati-Ku tiga kali sehari.”

“Ibuku melarangku untuk berbicara dengan seseorang yang tidak aku kenal. Katakanlah siapa nama-Mu.”

“Tanyakan nama-Ku kepada ibu-Ku.”

Kemudian, tampaklah seorang wanita yang amat anggun. Ia mengenakan gaun panjang yang berkilau-kilauan, seolah-olah jubahnya itu terbuat dari bintang-bintang yang paling cemerlang. Wanita itu memberi isyarat kepada Yohanes untuk datang mendekat kepadanya. 

Dengan lembut diraihnya tangan Yohanes, katanya, "Lihatlah." Gerombolan anak-anak lenyap. Yang tampak oleh Yohanes sekarang ialah sekawanan binatang buas: kambing liar, harimau, serigala, beruang.   

“Inilah tempat di mana kamu harus bekerja. Jadikan dirimu rendah hati, kuat dan penuh semangat. Apa yang kamu lihat terjadi pada binatang-binatang buas ini, kamu harus melakukannya kepada anak-anakku.”

“Inilah tempat di mana kamu harus bekerja. Jadikan dirimu rendah hati, kuat dan penuh semangat. Apa yang kamu lihat terjadi pada binatang-binatang buas ini, kamu harus melakukannya kepada anak-anakku.”

Yohanes melihat bahwa binatang-binatang buas itu kini telah berubah menjadi sekumpulan besar anak domba yang jinak, berkerumun dan berdesak-desakan di sekitar Kedua Tamu Agungnya. 

Melihat itu Yohanes menangis dan minta penjelasan dari Si Wanita karena ia sama sekali tidak mengerti apa arti semua itu. Wanita itu membelainya dan berkata:

“Kamu akan mengerti semuanya jika waktunya telah tiba.”

Yohanes terbangun dan ia tidak dapat tidur kembali. Tahun-tahun mendatang dalam hidupnya telah dinyatakan dalam mimpi itu. Mama Margarita dan Yohanes percaya bahwa mimpi itu adalah gambaran jalan hidup Yohanes kelak.

Menjadi Pemain Sirkus

Sejak itu Yohanes senantiasa berusaha berbuat baik kepada teman-temannya. Yohanes dengan penuh semangat menyaksikan pertunjukkan atraksi sirkus dalam pesta lokal. Ia memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan mempelajari semua atraksi yang ditampilkan. 

Kemudian ia mulai meniru atraksi-atraksi yang ditampilkan. Ia terus berlatih hingga pada suatu hari Minggu sore, ia mempertunjukkan kebolehannya di hadapan anak-anak tetangga. Ia memperagakan keseimbangan tubuh dengan wajan dan panci di ujung hidungnya. 

Kemudian ia melompat ke atas tali yang direntangkan di antara dua pohon dan berjalan di atasnya diiringi tepuk tangan penonton. Sebelum pertunjukan yang hebat itu diakhiri, Yohanes mengulang khotbah yang ia dengar dalam Misa pagi kepada teman-temannya itu, dan mengajak mereka semua berdoa.

Kabar mengenai pertunjukan yang diselenggarakan Yohanes tersiar hingga ke desa-desa tetangga. Karena pada masa itu, jarang sekali ada pertunjukan yang demikian, segera saja anak-anak yang bermil-mil jauhnya pun datang untuk menyaksikan pertunjukan Yohanes. 

Jumlahnya hingga seratus anak lebih. Setiap kali sebelum memulai pertunjukkan, Yohanes akan mengajak semua anak-anak yang datang, untuk bersama-sama berdoa Rosario dan membaca Kitab Suci.

Permainan dan Sabda Tuhan mulai mengubah perilaku teman-temannya. Yohanes kecil mulai menyadari bahwa agar dapat berbuat baik untuk sedemikian banyak anak, ia perlu belajar dan menjadi seorang imam. 

Imam Castelnuovo melihat perkembangan iman Yohanes yang luar biasa, hingga ia mengijinkan Yohanes menrima komuni dua tahun lebih awal dari usia yang ditentukan Gereja.

Suatu ketika, seorang misionaris, Don Calosso atau Romo Calosso, datang ke desa Buttigliera untuk memberikan pelajaran agama. Yohanes memutuskan untuk mengikuti semua pelajaran agama yang diberikan olehnya, baik pagi maupun sore. Sekalipun itu berarti ia harus berjalan kaki sejauh 16 kilometer jauhnya.

Yohanes Meninggalkan Rumah

Antonio, kakak tiri Yohanes, menentang keras keinginan Yohanes untuk belajar. Menurutnya Yohanes harus bekerja. Oleh karena itu diambil keputusan: pagi hari Yohanes belajar di pastoran dengan Don Calosso, sesudahnya ia harus bekerja di sawah. 

Yohanes belajar dengan tekun. Ia membawa bukunya ke sawah dan belajar hingga larut malam. Antonio yang tidak suka hal itu membuang semua buku-buku Yohanes dan mencambuki adiknya itu dengan ikat pinggang

Demi keselamatan Yohanes, Mama Margarrita membuat suatu keputusan yang amat menyedihkan hatinya sendiri, ia menyuruh Yohanes pergi.

Di pagi yang dingin bulan Februari 1827, di usia 12 tahun, Yohanes pergi meninggalkan rumah dan berkelana untuk mencari pekerjaan. Sungguh sulit mencari pekerjaan di musim dingin, hanya pada musim panas saja pertanian membutuhkan banyak tenaga kerja. 

Setiap kali Yohanes selalu di tolak. Hingga tibalah ia di rumah Tn. Luigi Moglia, seorang petani kaya, dekat Moncucco.

Tergerak hatinya oleh belas kasihan, Tuan Luigi menerima Yohanes bekerja sebagai penggembala sapi. Yohanes amat gembira dan bekerja sebaik yang ia mampu. Ia menggembalakan sapi-sapinya di padang rumput, memerah susu, menumpuk jerami di palungan, dan membajak sawah.

“Mataku terbuka lebar-lebar jika aku sedang bekerja, dan aku tidak berhenti sampai tiba saatnya untuk tidur,” kenang Yohanes.

Tanpa ibu dan saudara, tanpa teman di sampingnya, Yohanes memusatkan diri sepenuhnya hanya kepada Tuhan Allah yang amat dikasihinya. Setiap hari Minggu Yohanes pergi ke gereja untuk mengikuti Misa. 

Dengan ijin dari Don Cottino, imam paroki setempat, Yohanes mengumpulkan anak-anak untuk bermain dan berdoa seperti yang dulu ia lakukan di desanya.

Tiga tahun kemudian Yohanes pulang kembali ke rumah dan melanjutkan sekolahnya. Guna membiayai pendidikannya, selain menerima sumbangan dari orang-orang yang bersimpati padanya, Yohanes Bosco juga bekerja. 

Segala macam pekerjaan dilakukan Yohanes. Mulai dari menjahit, menjadi tukang roti, menjadi tukang sepatu, tukang kayu, dan segala macam pekerjaan lainnya yang mampu ia lakukan akan dikerjakannya.

Menjadi Anak Seminari

Sebagai pelajar, Yohanes seorang remaja yang pandai dan cerdas. Ia adalah murid terbaik di antara semua murid sekolahnya. Ia mengumpulkan teman-temannya dan membentuk suatu kelompok religius yang diberinya nama Kelompok Sukacita. 

Yohanes menjadi penggerak utama bagi teman-temannya. Kepribadiannya terbuka, dinamis, vitalitas hidupnya tinggi, kadang ia kurang sabar dan terbawa emosi, namun ia masih bisa mengatasi itu.

Di sekolah ini, Yohanes memiliki seorang sahabat karib bernama Luigi Comollo. Dia adalah seorang anak yang tenang dan pendiam. Sikap Luigi yang amat tenang dan lembut itu membuat Yohanes sangat terkesan. 

Yohanes dan Luigi ibarat api dan air, seperti singa dan anak domba. Yohanes mengagumi Luigi dan darinya ia belajar untuk menguasai diri dan meredam kemarahannya.


Setalah tamat sekolahnya, pada usia dua puluh tahun, Yohanes Bosco mengambil keputusan yang amat penting dalam hidupnya. Ia memutuskan untuk masuk Seminari Chieri. Mama Margarita menegaskan kepadanya untuk selalu setia kepada panggilannya. 

Jika ia masih ragu-ragu dengan pilihannya, lebih baik diurungkannya saja niatnya itu. Daripada kelak menjadi seorang imam yang lalai dan acuh. Nasehat ibunya itu diingat dan dihormati oleh Yohanes sepanjang hidupnya. 

Ternyata, Luigi Comollo menyusulnya beberapa bulan kemudian ke seminari. Kepada Luigi, Yohanes selalu menceritakan semua cita-cita dan rencana masa depannya. Luigi sendiri tidak menyusun banyak rencana seperti Yohanes, ia merasa bahwa hidupnya akan segera berakhir. 

Tapi Luigi tidak pernah mengatakan itu kepada sahabatnya. Namun mereka berdua  berjanji, bahwa siapa pun kelak, yang terlebih dahulu meninggal dunia akan memohon kepada Tuhan untuk memberi ijin memberitahukan kepada sahabatnya yang masih di dunia, bahwa ia telah masuk dalam kebahagiaan abadi.

Ditinggalkan Sahabatnya

Tahun berikutnya, pada tanggal 2 April 1839, hari Kamis sesudah Paskah, Luigi meninggal dunia karena demam. Yohanes amat berduka, ia merasa bagian dari dirinya yang sangat berharga telah pergi. Malam sesudah pemakaman, dua puluh orang yang tidur dalam satu kamar asrama dengan Yohanes terbangun karena suara yang aneh. 

Suara itu seperti sebuah kereta kuda, sedang melaju di lorong asrama. Kereta itu menerjang dan menghantam, bagaikan gemuruh, dan menyebabkan lantai dan langit-langit asrama berguncang. 

Pintu kamar terbuka lebar dan masuklah ke dalam ruangan mereka suatu sinar yang sangt terang. Dalam keheningan, banyak dari mereka bersaksi mendengar suatu suara lembut, suara itu menyanyi dengan gembira. Tetapi hanya seorang saja yang mendengar perkataan ini:  “Bosco, aku selamat.”

Sinar menghilang dan pergi dengan cara yang sama seperti datangnya. Kemudian segala sesuatunya berakhir. Yohanes dipenuhi dengan sukacita dan syukur.

Pada tanggal 5 Juni 1841, Uskup kota Turin mentahbiskan Yohanes Bosco menjadi seorang imam di usia 26 tahun. Yohanes dan Mama Margarita sangat bahagia.

Memulai Misinya

Setelah ditahbiskan, Don Bosco (Romo Bosco)  bertugas di kota Turin di bawah bimbingan seorang imam yang saleh, Don Cafasso (kelak dikenal dengan nama Santo Yoseph Cafasso). Keadaan anak-anak jalanan segera menyentuh hatinya. Don Bosco menelusuri kota Turin dan menjadi sadar akan kondisi moral kaum muda. Ia sangat terpukul. 

Daerah pinggiran kota adalah daerah yang penuh dengan kekacauan, suatu tempat yang kumuh dan hancur akibat revolusi industri. Karena tidak memiliki pekerjaan dan merasa gelisah para remaja itu menjadi liar. Mereka menimbulkan kerusuhan di jalan-jalan.

Don Bosco melihat mereka bertaruh di pojok-pojok jalan, wajah mereka keras dan kaku, seolah-olah hendak mencapai segala keinginan mereka dengan jalan apa saja. Dekat dengan pasar kota, di daerah sekitar Porta Palazzo, berkerumun para pedagang, penyemir sepatu, pengurus kandang, pesuruh, meraka semua anak muda dari kaum miskin papa yang dengan susah payah mencari penghidupannya.

Tetapi, hal yang paling menyentuh hati Don Bosco adalah ketika ia mengunjungi penjara. Ia menulis demikian: 

"Melihat begitu banyak anak, dari usia 12 hingga 18 tahun, semuanya dalam keadaan sehat, kuat, cerdas, digigiti serangga, kekurangan makan baik makanan rohani maupun jasmani, sungguh sesuatu yang amat mengerikan bagi saya.  Saya harus, dengan segala prasarana yang ada, mencegah kehidupan para anak dan remaja itu berakhir di sini".

Don Bosco mendapatkan anaknya yang pertama pada Hari Raya Santa Perawan Maria yang Dikandung Tanpa Noda. Ia sedang mengenakan jubahnya untuk mempersembahkan Misa di Gereja Convitto, ketika seorang remaja jalanan berusia enam belas tahun melongok ke ruang sakristi. 

Dengan marah Koster mendorong anak itu ke luar karena mengira ia akan mencuri. Ia memukul kepalanya dengan sapu dan membanting pintu sakristi. Melihat itu Don Bosco marah dan mengatakan: 

Aku melarangmu untuk memperlakukan teman-temanku seperti itu”

Anak itu bernama  Bartolomeo Garelli. Hari Minggu berikutnya, Bartolomeo Garelli membawa enam anak lain bersamanya. Mereka semua acak-acakan, kotor dan dekil serta liar, tetapi mereka bersedia belajar agama. Tiga bulan kemudian jumlah anak-anak itu bertambah dan akhirnya jumlahnya mencapai seratus anak. 

Mereka adalah kuli jalanan, pemecah batu, tukang batu, tukang plester yang datang dari daerah-daerah yang jauh. Dari sanalah terbentuk komunitas kaum muda yang oleh Don Bosco disebut Oratorio.

Mereka semua bertemu pada hari Minggu. Mereka ikut ambil bagian dalam perayaan Misa, belajar agama dan bermain bersama. Kegiatan kelompok Oratorio tidak dibatasi pada hari Minggu saja. 

Bagi Don Bosco, Oratorio adalah hidupnya. Ia mencarikan pekerjaan bagi anak-anak yang belum memperoleh pekerjaan dan ia mengajar anak-anak itu setelah mereka selesai bekerja. Jumlah mereka bertambah dan bertambah terus hingga mencapai empat ratus orang.

Setiap malam Don Bosco menghendaki agar anak-anak itu mendaraskan tiga kali Salam Maria, mohon agar Bunda Maria membantu mereka untuk menjauhkan diri dari dosa. Ia juga mendorong mereka untuk menerima Sakramen Rekonsiliasi dan Komuni Kudus sesering mungkin dan dengan penuh cinta.

Mengatasi berbagai Rintangan dengan Kuasa Allah

Tuhan memberkati semua usaha Don Bosco dan memberikan karunia mukjizat kepadanya. Segala karunia mukjizat itu memperkuat bakat-bakat alaminya guna mendukung serta membimbing anak-anaknya

Hanya dengan campur tangan Allah saja, segala karunia dan bakat-bakatnya itu dapat bekerja sebaik-baiknya untuk mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan.

Berbagai macam halangan dan rintangan menghadang Don Bosco. Ia membutuhkan dana dan tempat yang cukup luas bagi keempat ratus anak itu. Sampai saat itu kemana pun mereka pergi, mereka selalu diusir. 

Empat ratus anak berandal berkeliaran, bernyanyi, bermain bola sambil berteriak-teriak sungguh merupakan gangguan bagi penduduk sekitarnya.

Imam-imam yang lain pun menganggap Don Bosco sudah menyimpang dari misinya. Dengan empat ratus anak kasar dan liar yang selalu mengikutinya, ia dianggap sudah tidak waras lagi. Oleh karena itu, dua orang imam mencoba membawanya ke rumah sakit jiwa. 

Mereka datang dengan kereta kuda dan berusaha menjebak Don Bosco untuk ikut bersama mereka. Dengan halus Don Bosco mempersilakan mereka masuk terlebih dahulu. Ketika kedua imam itu telah berada di dalam kereta kuda, Don Bosco segera membanting pintu dan berteriak kepada pak kusir: 

"Ke rumah sakit jiwa, cepat! Mereka ditunggu!”

Pak kusir melarikan keretanya sekencang-kencangnya. Kedua imam itu demikian marahnya, hingga ketika tiba di rumah sakit jiwa, para petugas mengira bahwa mereka benar-benar orang gila.

Halangan dan rintangan datang bertubi-tubi, tetapi Don Bosco memperoleh dorongan serta semangat melalui mimpi-mimpinya. Ia harus terus maju, berpegang teguh pada Tuhan dan misinya, maka ia akan tiba di tempat yang telah disediakan untuknya.

Yohanes kemudian diberkati Tuhan, ia menyewa Graha Pinardi di Voldocco, sebuah rumah yang tidak terpakai yang terletak di daerah terpencil. Pada pintunya, Don Bosco menulis sebuah pesan kebanggaan, yang dalam salah satu mimpinya dilihatnya Bunda Maria menaruh jarinya di atas tulisan itu. 

Tulisan itulah yang menjadi tulisan bersejarah di institusinya kelak. Tulisan itu berbunyi: Haec est Domus Mea; Inde Gloria Mea. Artinya: Inilah Rumah-Ku: darinyalah Kemuliaan-Ku akan terpancar.

Pada Pesta Paskah 12 April 1846, Kelompok Oratorio memiliki gereja mereka sendiri. Pada tanggal 3 November di tahun itu, Don Bosco memutuskan untuk tinggal di Valdocco. Ia meminta Mama Margarita yang telah berusia 59 tahun, untuk menjadi pengurus rumah tangga dan ibu bagi anak-anak asuhnya. 

Mama Margarita dengan sukacita melakukannya. Ia menjual semua barang berharganya, agar dapat membayar sewa rumah, biaya keperluan rumah tangga dan menyediakan makanan bagi anak-anak yang datang kepadanya.

Terkadang, Don Bosco juga ditipu oleh anak-anak berandal yang ditolongnya. Mereka datang ke tempat itu, kemudian membawa pergi seprei dan selimut yang ada di rumah setelah diberi makan dan tempat menginap. Namun Tuhan tetap memberkati semua karya dan usaha Don Bosco dan mama Margharita. 

Pada tahun 1851, sebuah kapel St.Fransiskus de Sales didirikan dekat dengan Graha Pinardi, kapel itu kemudian hari Don Bosco. Bangunan-bangunan itulah yang menjadi awal berdirinya Institut St. Fransiskus de Sales.

Tentang Grigio

Revolusi Perancis meletus dan pengaruhnya telah menyebar ke Eropa. Tuhan dan gereja mulai ditentang dan dihujat. Don Bosco melakukan segala upaya untuk menentang mereka. Khotbah-khotbah dan tulisan-tulisannya menghambat usaha musuh dan sangat menjengkelkan mereka. 

Mereka melakukan segala cara untuk melenyapkan Don Bosco. Menembakkan peluru melalui jendela kapel, mengirimkan minuman beracun, melemparkan api, dan berbagai macam usaha dilakukan. Namun Don Bosco selamat.

Pada suatu sore, di musim gugur tahun 1852, Don Bosco sedang dalam perjalanan pulang seorang diri melewati daerah yang kotor dan menyeramkan. Seekor anjing membuntutinya dari belakang, anjing itu besar dan mirip serigala. 

Anjing itu berjalan disamping Don Bosco, menemaninya sepanjang perjalanan, sampai ia tiba dengan selamat di depan pintu rumah. Kemudian anjing itu berbalik dan pergi.

Kejadian itu terus berulang. Jika Don Bosco pulang larut malam sendirian, ia dengan yakin mengetahui bahwa anjing itu akan datang untuk menemaninya. Don Bosco kemudian menamainya Grigio, artinya abu-abu.

Pernah suatu ketika, sebuah tembakan di arahkan kepada Don Bosco dan Grigio menyelamatkannya. Lalu dua orang berusaha melemparkan sebuah buntalan besar ke arah kepala Don Bosco, Grigio menyelamatkannya. Bahkan terjadi, dua belas orang datang untuk menyerang Don Bosco, dan Grigio menyelamatkannya pula.

Kadang-kadang Grigio datang ke rumah Don Bosco. Ia menolak makanan maupun minuman. Ia bermain dengan anak-anak, mereka sangat menyukainya. Ia seolah datang untuk memastikan bahwa Don Bosco sudah tiba di rumah. 

Pernah sekali waktu ia datang untuk mencegah Don Bosco pergi. Ia berbaring di ambang pintu dan menghalangi jalan keluar. Ketika Don Bosco menyuruhnya pergi, ia menggeram dan tidak segan-segan menggigit, jika Don Bosco bersikeras. 

Keesokan harinya, Don Bosco mengetahui, sore itu musuh-musuhnya telah menyiapkan perangkap untuk membunuhnya. Tapi Grigio menggagalkannya. Ketika keadaan sudah aman, Grigio tidak pernah datang lagi.

Grigio muncul kembali 10 tahun kemudian, ketika Don Bosco hendak mengunjungi keluarga Moglia. Dalam kegelapan malam, Don Bosco melihat Seekor anjing berlari-lari datang ke arahnya, melompat-lompat dan mengibas-ngibaskan ekornya dengan gembira. Grigio menemani Don Bosco hingga selamat tiba di tempat pertanian, lalu menghilang.

Pada tahun 1883 - 31 tahun sejak ia hadir pertama kalinya, Grigio muncul kembali di Bordighera untuk menunjukkan jalan kepada Don Bosco yang sedang tersesat. Don Bosco yakin bahwa Grigio adalah utusan dari surga.      

Mujizat dan Karya

Don Bosco berdoa menggandakan 15 roti untuk memberi makan 300 orang anak lebih. Ia memasukkan tangannya ke dalam keranjang roti dan mulai membagi-bagikan roti kepada tigaratus orang muridnya. Dan masih tersisa lima belas potong roti dalam keranjang. 

Don Bosco juga menggandakan kenari, Hosti Kudus, dan membangkitkan seorang anak dari kematian. Sama seperti Yesus, Don Bosco pun mengatakan, anak itu sedang tidur dan ia membangunkannya.

Anak itu bernama Charles. Ia mendapat kesempatan mengakukan dosa-dosanya dan hidup kembali selama dua jam lagi. Ketika Don Bosco bertanya kepadanya kemanakan akan ia pilih, tetap di dunia atau ke surga. Anak itu memilih ke surga. Sehingga Don Bosco mengatakan:

“Kalau demikian, sampai jumpa lagi anakku.”

Don Bosco menetapkan Kontrak Kerja Magang bagi anak-anaknya yang bekerja magang di kota. Semuanya ditandatangani oleh ketiga belak pihak, yakni majikan, murid magang dan Don Bosco. Namun pada kenyataannya yang terjadi selalu bertentangan dengan segala usaha dan kontrak-kontrak yang dibuat.

Oleh karena itu, Don Bosco mulai membentuk bengkel-bengkel sendiri di Valdocco. Ia membuat bengkel sepatu, bengkel jahit, bengkel kayu, bengkel kunci, penjilidan buku dan percetakan. 

Don Bosco menguasai semua bidang itu, ia memberikan pengajaran bagi anak-anak itu. Dengan demikian mereka menjadi anak-anak pekerja yang siap dan matang untuk memulai pekerjaan mereka di luar.

Di samping itu Don Bosco juga memberikan pelajaran khusus bagi mereka yang berminat untuk menjadi imam. Melalui mimpinya, Don Bosco mengetahui anak-anak mana yang akan meninggalkannya dan anak-anak mana yang akan tetap bersamanya. Ia bahkan bisa mengetahui masa depan mereka.

Pada suatu sore tanggal 6 Januari 1854 ia mengumpulkan mereka, melaksanakan Novena menyambut Pesta Santo Pelindung mereka, Fransiskus de Sales. Sejak hari itu, mereka menyebut diri mereka Salesian.

Kehilangan Ibu dan Gangguan

Pada musim dingin tahun 1856 Mama Margarita meninggal. Kepergiannya amat menyedihkan hati Don Bosco serta semua anak-anak asuhnya. Mama Margarita dikemudian hari, dimaklumkan oleh Gereja Katolik sebagai Vanerabilis pada tanggal 23 October 2006 oleh Paus Benedictus XVI.

Venerabilis dalam Gereja Katolik, adalah tahapan Kanonisasi untuk diusulkan sebagai Beatifikasi oleh Paus. Mereka disebut juga pelayan Tuhan atau Hamba Allah.

Dalam kesedihannya Don Bosco meminta Bunda Maria menjadi pengganti ibunya, menjaga anak-anaknya. Ia melihat Bunda Maria mengenakan mahkota dari bintang-bintang yang cemerlang dan berdiri di atas sebuah gereja yang besar. 

Beberapa tahun kemudian, sebuah gereja besar dibangun untuk dipersembahkan kepada Bunda Maria. Di atas kubah gereja ditempatkan patung Santa Perawan Maria Pertolongan Orang Kristen, persis seperti yang dilihatnya dalam penglihatan itu.

Di usianya yang keempat puluh tahun, Don Bosco menderita pemekaran pembuluh darah di kakinya. Tahun 1856 mata kanannya hampir buta. Sakit kepala, demam, rematik, muntah darah dan berbagai macam penyakit lainnya mulai dialaminya.

Awal tahun 1862 setan mulai mengganggu waktu tidurnya yang sebenarnya sudah sangat sedikit. Setiap kali Don Bosco tidur, setan membuat keributan. Badai mengamuk, derap prajurit, suara kapak menghantam kayu, semua perabotan menari-nari secara ajaib. 

Tempat tidurnya diguncang dan dibalikkan, kain sepreinya dikoyak, lidah-lidah api berlompatan dari perapian yang tidak menyala. Setan duduk di atasnya Don Bosco, mencengkeram pundaknya dan menyeretnya. Setan menggosok sikat es ke wajahnya, menginjak-injaknya dan melepaskan binatang-binatang liar menyerang Don Bosco.

Anak-anak asuhnya setia menjaga di pintu kamarnya. Tapi hanya sebentar mereka akan panik dan lari ketakutan. Namun mereka tetap berdoa dengan sungguh-sunguh memohon pertolongan dari surga agar gangguan itu segera dihentikan. Dua tahun gangguan para setan itu menyerangnya dan pada akhirnya musuh-musuhnya itu menyerah.


Mendirikan Konggregasi Puteri-puteri Maria dan Salesian Awam

Pada tahun 1856 seorang imam, Don Pestarino, membentuk sebuah kelompok kecil di bawah perlindungan Santa Perawan Maria yang Dikandung Tanpa Dosa. Kelompok tersebut beranggotakan para gadis yang bersedia melayani Tuhan. 

Salah seorang dari mereka yang kemudian menjadi Santa Maria Dominica Mazzarello. Kelompok kecil itu sebagian besar adalah anak yatim piatu. Mereka belajar menjahit, membaca, menulis dan berdoa. Mereka mencontoh apa yang dilakukan oleh Don Bosco dan kelompok Oratorio-nya. 

Suatu malam Don Bosco bermimpi, ia sedang menyusuri jalan kota Turin, tiba-tiba ia dikelilingi oleh banyak sekali anak perempuan. Tingkah mereka sama liar dan nakanya dengan anak laki-laki yang diasuh Do Bosco.

Mereka meminta, Don Bosco menerima mereka dalam rumahnya namun ia tidak peduli. Tiba-tiba Bunda Maria berdiri di hadapannya dan berkata dengan lembut: 

“Mereka ini juga anak-anakku. Ambillah. Aku memberikannya kepadamu.”

Pada tanggal 5 Agustus 1872, Uskup meresmikan Konggregasi Puteri-Puteri Maria Pertolongan Orang Kristen, Maria Mazzarello ditunjuk sebagai Priorin atau dalam bahasa Latin artinya pemimpin rumah biara. Rumah biara tersebut dibantun berhadapan dengan Institut Salesian.

Pada tahun 1876 Don Bosco juga membentuk Serikat Salesian Awam yang beranggotakan kaum awam, yang bersedia membantu Salesian dengan mencurahkan segala perhatian, waktu dan dana mereka. Serikat Salesian dan Serikat Salesian Awam saling berbagi karya, doa dan berkat.  

Mimpi dan Penglihatan

Pada tahun 1861 Don Bosco mendapat mimpi. Ia melihat suatu taman kota dengan sebuah roda raksasa di tengah-tengah taman. Suatu makhluk misterius, mungkin seorang malaikat, mulai memutar roda tersebut. Setiap putaran mewakili sepuluh tahun karya hidupnya. Roda yang berputar itu menimbulkan suara bising. 

Namun demikian pada putaran pertama, hanya Don Bosco saja yang mendengar suaranya. Pada putaran kedua seluruh kota mendengarnya, pada putaran ketiga seluruh Italia mendengarnya, pada putaran keempat seluruh Eropa mendengarnya, dan pada putaran kelima seluruh dunia mendengarnya.

Mimpi tersebut ditegaskan dengan suatu mimpi lain pada tahun 1872. Ia melihat suatu padang gurun yang amat luas. Penduduknya berjubah panjang dan sangat liar. Mereka berkelahi satu sama lain dan berperang dengan prajurit Eropa. Padang itu segera dipenuhi dengan mayat-mayat bergelimpangan.

Tiba-tiba ia melihat datangnya serombongan misionaris dari berbagai macam ordo. Orang-orang liar itu membunuh mereka. Kemudian datang lagi serombongan misionaris muda yang dengan sukacita siap sedia menjadi martir. Don Bosco terperanjat karena mereka adalah Serikat Salesian. 

Imam-imam muda itu merentangkan tangannya sambil tersenyum. Kasih dan sukacita imam-imam Salesian mempesona orang-orang liar itu. Mereka menjatuhkan senjata mereka dan menyambut para misionaris.

Pada tahun 1874, atas permintaan Uskup Agung Buenos Aires untuk mewartakan Injil di Tierra del Fuego. Don Bosco mengirim rombongan misionaris yang pertama. Rombongan itu terdiri dari empat imam dan enam awam, dipimpin oleh Don Cagliero.

Don Bosco juga membangun gereja-gereja, St. Yohanes Penginjil di Turin, Basilika Hati Kudus di Roma juga sekolah-sekolah dan rumah-rumah Salesian.

Dengan bantuan Bunda Maria, Don Bosco, menyembuhkan dan membantu banyak orang. Namun dengan rendah hati Ia mengatakan bahwa ia sama sekali tidak punya kuasa untuk melakukan itu semua.

Bapa Suci Pius IX mendukung karya Don Bosco. Don Bosco membalasnya dengan rasa hormat dan kesetiaannya. Ia mengirimkan doa-doa, nasehat-nasehatnya, bahkan pesan-pesan mistiknya kepada Bapa Suci Pius IX


Bapa Suci Paus Pius IX meminta Don Bosco menuliskan semua mimpi dan penglihatan yang dialaminya dengan teliti dan seksama. Paus yakin bahwa mimpi-mimpi Don Bosco adalah warisan serta sumber inspirasi bagi mereka yang terlibat dalam karyanya. 

Memenuhi perintah resmi Bapa Suci, Don Bosco menulis semua mimpi dan penglihatannya dalam buku "Dreams, Visions and Prophecies of Don Bosco".

Di usia 70 tahun, walaupun satu matanya sudah buta, dan berjalan dengan tongkat penyangga Don Bosco tetap pergi ke berbagai tempat, mengunjungi biara-biara, merayakan misa di gereja-gereja.

Dalam pesan terakhirnya kepada anak-anak yang berkumpul di sekeliling tempat tidurnya Don Bosco berkata: 

“Kasihilah satu sama lain seperti saudara. Berbuatlah baik kepada semua orang dan janganlah berbuat jahat kepada siapa pun. Katakanlah kepada anak-anak bahwa aku menanti mereka semua di Surga.”

Wafat dan Menjadi Seorang Santo

Pada tanggal 31 Januari 1888, Yohanes Bosco wafat di Turin, Italia, dalam usia 72 tahun.  Pesta perayaannya dirayakan setiap tanggal:  31 Januari

Santo Yohanes Bosco dibeatifikasi pada tanggal 2 Juni 1929 oleh Paus Pius XI dan dikanonisasi pada tanggal 1 April 1934 oleh Paus Pius XI.



Paus Yohanes Paulus II

Santo Paus Yohanes Paulus II Salve sahabat Kristus, kalau kita seusia, sahabat pasti mengenal dengan baik siapa Paus Yohanes Paulus II yang ...