Hai gengs.... it’s 19 of June 2019 (woww 19-19 right? I just realized it) and I want to talk about a different Movie, bukan movie juga sih
sebenarnya tapi sebuah drama Korea berjudul ‘On
The Way to the Airport’.
Menurut saya, para penulis skenario drama or Korean movie punya imajinasi yang sangat
tinggi dan kreatif gengs.. Mereka mampu menciptakan karakter dengan alur cerita
yang tidak terpikirkan sama sekali oleh manusia biasa seperti kita (yeahh...),
but menurut saya yang sering terjadi dalam drama Korea adalah they are all happy ending. Jadi, setelah
melewati proses belasan (kadang puluhan) episode yang menguras air mata, otak,
tenaga and then ending-nya pasti
simpel, mudah ditebak and everybody happy.
Coba ya sesekali ending-nya tu
ekstrim or yang tidak terlintas sama
sekali dalam pikiran orang. Anyway,
kalau saya yang jadi penulisnya belum tentu juga saya bisa kan ya?? (hehehe...)
Okay, On The Way to The
Airport dirilis pada September 2016. Berbeda dengan drama korea kebanyakan yang
mengangkat tema tentang kehidupan remaja or masa pacaran, drama ini mengusung persoalan
merried people yang pada dasarnya punya
kehidupan masing-masing lalu kemudian dipertemukan oleh nasib. Ada beberapa karakter
yang difokuskan dalam kisah ini, karena mereka berkaitan satu sama lain, like I said, nasib mempertemukan mereka.
Choi Soo-ah (Kim Ha-neul) seorang ibu
rumah tangga yang punya profesi sebagai pramugari senior memiliki pembawaan yang
tenang, hangat dan penyayang sebagai seorang teman, ibu maupun istri. Dia adalah pribadi yang sangat 'ibu' sekali ya gengs, walaupun profesinya pramugari, tapi sangat humble. Ada scene dalam drama ini ketika Soo-ah datang ke pembukaan cafe dan terpaksa meminjam dress temannya yang super thight, hahaha dia sangat risih karena merasa tidak layak lagi. Berbanding terbalik dengan suaminya
Park Jin-seok (Shin Sung-rok) seorang
kapten Pilot Pesawat tampan, hanya mencintai diri sendiri dan pekerjaannya, dia selalu menganggap seluruh urusan rumah tangga dan anak
adalah tanggung jawab istrinya dan akan terus menyalahkan istrinya jika ada
masalah, keduanya memiliki seorang anak perempuan bernama Park Hyo-eun, gadis
kecil lincah nan ceria juga sangat mengasihi ibunya.
Karena pertimbangan
tertentu, Hyo Eun disekolahkan di sebuah sekolah International di Kuala Lumpur
dan tinggal di sebuah asrama putri milik seorang wanita korea bernama Marie. Hyo
Eun kemudian mendapat teman sekamar yaitu Annie seorang anak pendiam dan sangat
baik hati yang juga berasal dari Korea. Walau baru beberapa waktu bersama,
Annie dan Hyo Eun sudah sangat dekat. Ayah Annie adalah seorang arsitek, Seo
Do-woo (Lee Sang-yoon), karakter
Do-woo adalah ayah yang penuh kasih pada anaknya sementara ibu Annie, Kim
Hye-won (Jang Hee-jin) adalah seorang
seniman kerajinan Korea dengan pribadi yang dingin. Dia mengabdikan seluruh
hidup dan kemampuannya untuk pekerjaannya dan tidak begitu peduli dengan Annie.
Awalnya saya tidak begitu paham tentang Hye-woon, sebagai seorang ibu dia
terlalu dingin, cenderung menyeramkan (huffft...).
Sebenarnya hidup mereka aman
sejauh ini, kelihatan bahwa Do-woo dan Soo-ah mampu menerima kekurangan
pasangan masing-masing. Atau mungkin mereka belum menyadarinya. Keduanya juga
tidak banyak protes saat pasangan mereka meminta menyekolahkan anaknya
masing-masing jauh di Malaysia padahal mereka tidak suka jauh2 dari anak2nya. Lalu sebuah peristiwa
mengubah segalanya. Berawal dari kecelakaan yang menewaskan Annie, niatnya
untuk pulang ke korea di hari ulang tahun sang nenek dihalangi oleh ibunya. Annie
berlari dengan perasaan sedih, disini dia sempat bertabrakan degan Soo-ah yang
sedang dalam perjalanan menuju pesawatnya, di luar bandara Annie tertabrak dan
meninggal di rumah sakit sebelum ayahnya sempat tiba di Malaysia. Peristiwa inilah
yang kemudian menyatukan Soo-ah dan Do-woo, kesedihan Do-woo kehilangan anaknya
lalu perlakuan istrinya yang seolah ingin melupakan segalanya tentang Annie
dipertemukan dengan kelemah lembutan Soo-ah yang hangat dan penuh empat, tapi
dibalik itu juga menyimpan kecewa tak terungkapkan pada keacuhan suaminya yang
menyebalkan menurut saya. Oiya, di episode pertama ini dengan berbagai kejadian,
Do-woo dan Soo-ah sama2 belum menyadari bahwa mereka sudah sering bertemu tapi belum
paham mereka orang tua dari anak2 yang saling berhubungan.
Eh, tapi saya suka
dramatisasi adegan pertemuan keduanya di pesawat saat Soo-ah menyadari bahwa
pria itu adalah ayahnya Annie, atau setiap kali mereka akan bertemu di bandara,
saat Soo-ah turun dengan eskalator dan Do-woo menunggu di tempat duduk, so romantic... Nah, dari sinilah semuanya
berawal. Kekecewaan masing-masing mendekatkan keduanya. Mereka nyaman, saling
mendukung dan menguatkan satu sama lain. Do-woo merasa didengarkan dan Soo-ah
merasa dipahami, seolah mereka menemukan teman untuk berbagi ketika mereka
tidak mendapatkannya di rumah dan menjadi seperti anak muda yang sedang jatuh
cinta. Kamu akan menemukan adegan2 di setiap episode yang menggambarkan
keduanya saling menyukai dan merasa terikat tapi status membuat mereka tidak
boleh memperlihatkan hal itu. Do-woo kecewa dengan istrinya yang tanpa
ekspresi, dingin2 saja menghadapi kematian anaknya bahkan memaksa Do-woo
menguburkan Annie di Malaysia saja, memaksa semua orang dalam rumah untuk tidak
membicarakan tentang anak itu lagi lalu membuang semua barang2nya. Sebenarnya awal
menonton drama ini saya tidak berpikir sama sekali bahwa Annie bukan anak kandung
Do-woo, tapi anak Hye-won dari pria di masa lalu yang tidak dicintainya. Fakta ini
sepertinya menjelaskan mengapa dia sangat membenci Annie. Setelah beberapa
episode saya baru menyadari banyak sekali yang disembunyikan oleh Hye-won dari
suaminya.
Seluruh keluarga Do-woo sangat mengasihi dan kehilangan Annie,
bertolak belakang dengan ibunya sendiri. Tanpa sepengetahuan Hye-won abu
jenasah Annie dibawa pulang ke Korea. Setelah kematian Annie, Soo-ah membawa
Hyo Eun pulang ke Korea dan mengurus kepindahan Hyo Eun dengan bantuan Do-woo. Soo-ah
sesungguhnya seorang wanita karier sekaligus ibu rumah tangga yang kesepian,
stress dengan hidupnya, selalu merasa bersalah atas segala hal dan berusaha
memendam perasaan kecewa pada suaminya yang menurut saya sama sekali tidak
mengerti cara berhubungan dengan anak dan istrinya sendiri untuk kemudian sibuk
mencari alasan agar bisa mengirimkan anak dan istrinya keluar dari rumahnya. Dia
menjadi idola di antara para pramugari, sangat narsis dan ia sama sekali tidak
mau kehilangan pesonanya. Ketika Do-woo dan Soo-ah saling menghibur dan
menguatkan, Hye-won dan Jin-seok terlalu sibuk dengan pekerjaan dan ambisi
mereka. Rasa syukur Do-woo atas kehadiran Soo-ah tergambar dari kata2nya “Keberadaanmu
saja sudah merupakan bantuan besar bagiku”, I
just wondering, kenapa bukan istrinya yang ada di posisi itu tetapi malah
orang asing, istri orang pula, kenapa bukan Hye-won yang menjadi orang terakhir
bertemu dengan Annie atau ibunya Do-woo sebelum mereka meninggal, kenapa justru
ikatan batin Do-woo lebih kuat dengan Soo-ah ketimbang Hye-won. Ketika Soo-ah
mulai menghindar dan merasa bersalah dengan hubungan mereka, Do-woo selalu
menemukan kata-kata untuk membenarkan semua itu atau membuat Soo-ah merasa
lebih baik juga seluruh alam semesta seolah tetap berinisiatif mempertemukan
mereka. Seperti kata temannya Do-woo ‘Annie, ibu dan seluruh dunia ingin kalian
bersama, aku rasa tidak ada yang bisa berbuat apa2’. Ibu mertua Soo-ah, menurut
saya sama menjengkelkan seperti suaminya. Sepertinya Do-woo jatuh hati ketika
melihat Soo-ah memeluk tas berisi abu jenasah Annie saat hujan dari bandara ke
mobil seolah dia sedang memeluk seseorang. Pada episode 4, Soo-ah menggambarkan
perasaannya ketika berada di sebuah situasi saat Hye-won hampir saja memergoki
meraka, dia merasa ‘Menakutkan dan menyedihkan’.
Saya menyadari pada dasarnya mereka
tidak ingin melakukannya, tapi tidak ada seorangpun yang ingin kehidupan yang
tidak bahagia, dan mereka hanya ingin merasakan lagi rasa yang sudah lama
hilang dari kehidupan mereka saat itu, mungkin itulah yang membuat mereka
berdua memilih untuk terus bertemu walau dibarengi dengan rasa bersalah. Hhh...
kalian harus benar-benar memperlakukan pasanganmu dengan baik yah gengs sebelum
kamu benar-benar kehilangan mereka dan menyesalinya.... O God, kalau cowoknya
sekeren Lee Sang-yoon, how can I refused (wkwkwkwwkk.... come on, kamu diperlakukan
semena-mena di rumah oleh suami dan mertuamu, tapi sangat dikagumi dan
diperlakukan begitu nyaman oleh pria tinggi, tampan, hangat dan penuh kasih
seperti itu bebs.... But, itu bukanlah pembenaran ya gengs, jangan diambil
hati, I just say it). Benar kata orang-orang, ketika kau melakukan kesalahan kemudian
merasa nyaman di dalamnya, kau tidak akan bisa membedakan mana yang benar mana
yang salah. Kematian ibu Do-woo malah memberikan alasan bagi keduanya untuk
semakin dekat, seperti saat Annie meninggal, Soo-ah membuatnya bisa bangkit
dari kesedihan. Sudah beberapa kali setelah itu mereka hampir tertangkap oleh
pasangan masing2. Tapi tidak membuat mereka berpisah, malah semakin terikat. Ketika
Hyo-eun sedang sakit, Soo-ah malah menginap semalaman dengan Do-woo lalu
bepergian ke sebuah perkampungan yang tenang berdua. Ada saat dimana Soo-ah menyadari
kedekatan mereka tidak benar, awalnya hanya saling curhat tentang anak2 atau
perasaan mereka sebagai orang tua, dimana hal ini tidak pernah bisa mereka
lakukan dengan pasangan sendiri, kemudian mulai menjurus menjadi berbahaya bagi
rumah tangga masing2 dan membuat segalanya menjadi buruk, tapi tetap saja kemudian
selalu ada alasan untuk bertemu lagi. Lalu ia memutuskan mengajukan pengunduran
diri dari pekerjaannya, meninggalkan suaminya dan berlibur ke pulau Jeju
bersama Hyo Eun. Ironisnya di masa2 rentan seperti itu, Do-woo malah semakin
banyak menemukan kebohongan istrinya.
Ketika pada akhirnya Do-woo dan Soo-ah memutuskan
tidak saling bertemu lagi, justru di saat mereka berusaha bangkit dari
keterpurukan karena kegagalan hubungan masing2. Sebenarnya ada banyak
peringatan dalam film ini, seperti kalimat “Tidak ada pria yang sukses setelah
menyingkirkan istrinya..’ atau ‘kau tidak bisa mempercayai pria yang sudah
menikah, mereka tidak akan memberikan hatinya. Mereka hanya memerlukan wanita
sebagai jaminan saja bahwa mereka masih berguna’. And you know what, ketika kau melakukan kesalahan, banyak hal dalam
hidupmu yang akan terbengkelai dan berjalan buruk, tidak akan ada rahasia yang
bisa disembunyikan selamanya. Yeahhh gengs, itu pelajaran penting buat kita
semua.
Oke, cukup segitu saja
ya gengs... (saya suka menggantung ketika mereview film yaa hahahaha saya hanya
mau kalian penasaran dan menontonnya. Apalagi drama Korea, kamu tidak akan
memahami endingnya jika kamu tidak mengikuti prosesnya bebs..) biasanya saya hanya
menulis 4 halaman untuk review, tapi ini sudah 6 halaman hahahha.... saya
menulis review ini sambil menonton drama ini lagi, untuk kedua kalinya karena
sudah lama sekali saat saya menontonnya, I
can’t remember all detail, so I watch
it and then I wrote this hehehe... Ada banyak sekali karakter menarik dan
konflik dalam drama ini (memang seperti itulah drama korea pada umumnya), ada
teman Soo-ah yang sangat cantik dan baik hati tapi ternyata pernah punya
hubungan dengan Park Jin-seok, ada juga seorang pramugari yang tergila-gila
dengan Jin-seok dan berusaha membuat Soo-ah merasa tidak berarti, kamu harus
menontonnya sendiri untuk bisa memahami jalan ceritanya, tenang, hanya 16
episode itu termasuk pendek ya untuk ukuran drama2 Korea pada umumnya. Oya, kamu
akan tahu betapa menarik neneknya Annie yang masih hidup secara tradisional dan
jatuh hati dengan kebaikan Soo-ah. Drama ini menampilkan gambar perumahan yang
bagus, dapur, kamar tidur, ruang tamu mereka seperti contoh2 interior rumah di
Instagram. Dan juga kita jadi tahu kehidupan seorang pramugari yang ternyata
tidak seindah kelihatannya. Akan tetapi, hanya karena menceritakan tentang dua
orang yang sudah menikah lalu tertarik dengan orang lain tidak menjadikan drama
ini terkesan murahan. Malah menurut saya pada akhirnya mereka menyelesaikan
dengan bijak dan merupakan yang terbaik buat semua orang, walaupun pada
dasarnya perpisahan dalam rumah tangga bukanlah sesuatu yang baik, kita semua bertanggung
jawab di dalamnya tidak ada yang patut disalahkan, tapi mungkin buat beberapa orang
itu baik agar bisa melanjutkan hidup dengan bahagia. Yah, kita tidaklah
berkompeten menghakimi hidup orang lain sebatas apa yang kita lihat kan? Semua orang
punya cerita, kita hanya harus menjalani hidup kita tanpa perlu mengurusi
kehidupan orang lain. Pemandangan Kuala Lumpur hanya terlihat sedikit saja,
lebih banyak lokasinya di sungai Han, Bandara, pesawat dan restoran milik
Do-woo. Oiya, kamu juga bisa melihat indahnya Rumah Tua Korea dimana pemiliknya
masih sangat mempertahankan keasliannya di tengah peradaban yang sudah maju. You know what, mereview drama ini
membuat saya jadi paham cara penulisan nama orang Korea (ya ampun, saya harus
bolak balik melihat di google biar
tidak salah tulis).
Saat menonton film ini saya merasakan 2 hal yang bertolak
belakang, di satu sisi saya menyalahkan Do-woo dan Soo-ah karena terus bertemu
walau sudah menyadari hubungan mereka salah, tapi di sisi lain saya berharap
mereka bisa bersama. Benar-benar menggambarkan realita hubungan terlarang pada
umumnya gengs... it’s clasic. Mungkin
seperti kata orang2, pernikahan membuat kita tahu sifat asli seseorang. Selama kamu
belum menikahinya ya hanya yang manis2 saja yang kamu lihat. Film ini
mengajarkan betapa pentingnya memperhatikan pasanganmu walau hanya hal2
sederhana seperti mengucapkan selamat malam. Anyway, kalau kamu penyuka drama2 Korea dan sudah berkeluarga atau
memiliki hubungan serius kalian harus nonton ya, banyak hal baik yang bisa kamu
pelajari disini.... Entah nasib (takdir) yang suka mempermainkan perasaan manusia
atau manusia itu sendiri yang senang bermain-main dengan perasaan, kamu bisa
memutuskan sendiri. Huffft saya betul2 terbawa dengan emosi drama ini, okay
gengs pada akhirnya kamu harus menonton sendiri drama ini, karena ceritanya
akan membuatmu berpikir dua kali untuk menggoda pasangan orang lain atau
bermain api dari pasangan kalian. See you
soon in next movie..







Tidak ada komentar:
Posting Komentar