Shalom sahabat Tuhan Yesus dan Bunda Maria…
Sebagai orang Katolik kita percaya bahwa keberadaan para Santo dan Santa, yakni mereka yang menjalani hidupnya dengan kebajikan yang heroik atau suci dan telah melalui berbagai proses Kanonisasi bertahun-tahun, adalah untuk menjadi perantara kita kepada Bapa Putera dan Roh Kudus, serta Bunda Maria sebagai ibu Tuhan Yesus. Cara hidup mereka dicatat dan menjadi contoh bagi generasi berikut untuk menjalani hidup sesuai kehendak Allah Bapa.
Ada lebih dari 1000 Para Kudus yang tercatat dalam
Gereja Katolik. Namun ingatlah bahwa sekuat apapun cara hidup mereka
mempengaruhi kita, tetaplah tujuan utama adalah tiga pribadi dalam Tritunggal
Mahakudus beserta sang Bunda. Jangan membiarkan kecintaan kita pada orang kudus
merubah Devosi kita yang sesungguhnya ya… kerinduan terbesar saya dengan
membuat Vlog dan Channel Youtube tentang para Kudus ini adalah agar semakin
banyak orang percaya akan betapa Besar dan Mulia cara Allah bekerja dalam diri
orang Beriman yang Taat dan hidup sesuai dengan Kehendak-Nya.
Masa
Kecil. Kali ini saya akan menceritakan kisah tentang Santa
Maria Goreti. Terlahir dengan nama Maria Theresia Goreti atau Marrieta, di
Corinaldo Provinsi Ancona, Italia pada tanggal 16 Oktober 1890. Ayahnya Bernama
Luigi Goretti dan ibunya Assunta Carlini. Marietta lahir dalam sebuah keluarga
petani, sebagai anak ke-3 dari 7 bersaudara.
Ketika usia Marietta menginjak 6 tahun, keluarganya jatuh miskin dan harus kehilangan pertanian mereka. Keluarga Luigi Goretti kemudian pindah ke Desa Nettuno, sebuah Desa berawa, lalu menetap disana dan bekerja bersama para petani lainnya. Di desa itu, keluarga Marietta tinggal di sebuah rumah pertanian dimana mereka tinggal berbagi dengan keluarga lain, yakni keluarga Serenelli. Dalam kehidupan sederhana yang keras dan berat, keluarga Marietta adalah keluarga yang periang, karena mereka adalah orang-orang beriman yang sungguh mempercayakan seluruh hidup mereka kepada Tuhan. Itulah yang membuat hubungan setiap anggota keluarga itu sangat erat satu sama lain.
Ayah
Meninggal. Ketika Marietta berusia 9 tahun, ayahnya meninggal
karena sakit Malaria. Sepeninggal sang ayah, hidup mereka semakin sulit. Untuk
membantu keluarganya, setiap hari Marietta mengerjakan berbagai tugas rumah,
seperti memasak, mencuci, menjahit serta menjaga adiknya, Theressa yang masih
kecil. Sementara ibu dan saudaranya yang lain bekerja di ladang, Marietta
dengan sabar dan telaten bekerja di rumah dan menjaga adiknya.
Gadis
yang Saleh. Di Tengah berbagai kesulitan hidup,
Marietta tumbuh menjadi gadis yang saleh, beriman dan tekun berdoa. Meskipun
hidup semakin sulit, semangat iman keluarga Marietta tidak pernah luntur.
Marietta tetap bersemangat dan penuh kerinduan menyambut Komuni Pertamanya.
Walau setiap hari, ia harus berjalan kaki bermil-mil jauhnya ke kota untuk
mengikuti Pelajaran agama. Ia menjalani hidupnya dengan doa dan kerja keras.
Dalam hatinya, Marietta berjanji untuk menjaga
Kemurniannya, ia tidak akan pernah menghina dan menodai Yesus yang dicintainya
dengan berbuat dosa. Ia berkata pada ibunya, “Lebih baik mati seribu kali dari
pada berbuat dosa satu kali.”
Ujian Marietta. Ujian bagi kesucian hatinya, datang pada suatu siang, tanggal 5 Juli 1902, pada usianya yang ke-11 tahun. Saat itu, Marietta sedang menjaga adiknya yang sedang sakit, ibu dan saudara-saudaranya sedang berada di ladang. Putera keluarga Serenelli, yakni Alessandro, yang sudah sejak lama menaruh hati pada Marietta, berusaha memaksakan niat jahatnya pada gadis itu. Berkali-kali Marietta telah menolak dan mendorongnya, namun Alessandro tidak menyerah dan terus memaksa.
Melihat betapa gigihnya Marietta mempertahankan diri, Alessandro
mengambil pisau dan mengancam. Namun ancaman itu tidak mempengaruhi Marietta.
Dalam hatinya ia berdoa meminta pertolongan dari Tuhan Yesus. Karena kalut,
Alessandro menusukkan pisau itu sebanyak 14 kali ke tubuh Marietta. Ketika
melihat gadis itu sudah tidak berdaya, Alessandro melarikan diri. Keluarga yang
datang kemudian menemukan Marietta dalam kondisi buruk, segera membawanya ke
rumah sakit. Karena luka-lukanya sangat parah, para dokter menyerah
mengoperasinya.
Pengampunan.
Keesokan hari, tanggal 6 Juli 1902, setelah menerima Sakramen Komuni dan
mendapatkan pengampunan dosa, Maria Theresia Goretti meninggal dunia. Dalam
Sakratul maut, ia memberikan pengampunannya kepada Alessandro dengan berkata,
“aku ingin agar kelak ia berada di dekatku di surga.” Seorang Jurnalis Bernama
Noel Crusz, mencatat semua kejadian itu secara rinci. Dalam tulisannya ia
mengatakan: “Marietta ditikam menggunakan mata pisau sepanjang 10 inchi
sebanyak 14 kali. Tikaman itu menembus tenggorokan, paru-paru dan diafragma. Para
ahli bedah di Orsenigo terkejut karena Marietta masih hidup ketika tiba di
rumah sakit.”
Dalam kondisi sekarat, Marietta menceritakan tentang kekerasan dan upaya pelecehan yang ternyata sudah beberapa kali ia alami. Ia tidak pernah berani menceritakan pada keluarganya, karena Alessandro mengancamnya. Alessandro kemudian ditangkap dan dipenjara. Pada tahun 1985, seorang sejarawan Italia Bernama Giordano Bruno Guerri melaporkan, bahwa ia bertemu Alessandro di penjara. Pemuda itu menceritakan padanya tentang serangan yang dilakukannya pada Marietta. Alessandro mengakui telah beberapa kali berusaha melecehkan dan mengancam membunuh Marietta. Ia bahkan menegaskan bahwa ia tidak pernah menuntaskan niat jahatnya pada Marietta, gadis itu meninggal sebagai seorang perawan.
Karena dianggap belum dewasa serta berasal dari
keluarga miskin yang melalaikannya, Alessandro yang semula dihukum seumur hidup
diringankan menjadi 3 tahun. Beberapa anggota keluarganya menderita gangguan
jiwa dan ayahnya seorang pecandu alkohol. Setelah dibebaskan, Alessandro
menemui Assunta, ibu Marietta dan mendapatkan pengampunan. Ia bertobat dari
semua dosa-dosanya dan kemudian menjadi seorang bruder. Setiap hari ia berdoa
memohon ampun atas perbuatannya kepada Marietta, yang ia sebut sebagai “Santa
kecil-ku..”
Menjadi ORANG KUDUS. Santa Maria Goretti kemudian
dibeatifikasi pada tanggal 27 April 1947 oleh Paus Pius XII, perayaan itu
dihadiri ibu Assunta di Basilika Santo Petrus. Melihat kehadirannya, Paus
mendekati ibu Assunta dan mengatakan: “Ibu yang berbahagia, ibu dari seorang
yang terberkati.”
Tiga tahun setelah Dibeatifikasi, pada tanggal 24 Juni 1950, Paus Pius XII mengkanonisasi Maria Goretti sebagai Orang Kudus. Upacara itu dihadiri oleh ibu dan semua saudaranya yang masih hidup serta Alessandro. Santa Maria Goretti adalah seorang Martir perawan Italia dan merupakan salah satu dari orang-orang Kudus termuda yang telah dikanonisasi. Jenasahnya disemayamkan di ruang bawah tanah Basilika Nostra Signora dele Gracia di Nettuno.
Pesta Peringatan Santa Maria Goretti dirayakan setiap
tanggal 6 Juli. Dia menjadi Santa pelindung Kemurnian, pelindung Korban Perkosaan,
pelindung anak-anak Perempuan, Kaum Muda, pelindung para Gadis Remaja,
pelindung Kemiskinan dan Pengampunan. Santa Maria Goretti sering digambarkan
sebagai seorang gadis muda berambut gelombang merah, memakai baju petani
berwarna putih dan memegang bunga lili. Warna putih dan bunga lili sering
dijadikan sebagai lambing kemurnian dan keperawanan.
Sebagai orang muda kesukaan Allah, Santa Maria Goretti
berhasil menahan berbagai serangan terhadap kemurniannya dengan bantuan Rahmat
Allah. Ia mengajarkan pada kita untuk taat pada perintahnya dan mengikuti apa yang
sangat Allah kehendaki, yakni Mengampuni. Karena Mengampuni orang yang berbuat
salah kepada kita sesungguhnya bukanlah untuk orang lain, melainkan untuk
membebaskan diri kita sendiri dari rasa benci, dendam, kemarahan dan
kehancuran. Dan kemudian akan membawa kita kepada sukacita, kedamaian dan
berkat yang berlimpah dari Allah Bapa. Kita diminta Tuhan Yesus sendiri untuk
mengampuni 70 kali 7 kali (Matius 8:21-22), yang artinya tidak terhingga. Dengan
Mengampuni kitapun akan diampuni.
Matius 6:14-15 berkata: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang lain, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Bayangkan jika Bapa di surga tidak mengampuni dosa kita, sudah berapa banyak dosa yang kita perbuat dan tetap tinggal dalam diri kita? Yesus mengajarkan kita untuk melihat dari cara pandang Allah melampaui ego dan kepentingan diri kita. Lukas 6:27-38 mengatakan: “Hendaklah kitapun bersikap murah hati, seperti Bapa kita di surga adalah murah hati.”
Tentang mengampuni saya punya pengalaman pribadi yang baru-baru
ini saya dan keluarga alami. Karena keegoisan dan ketidaksukaan beberapa orang,
suami saya diturunkan dari jabatan dan adik-adik saya harus kehilangan
pekerjaan. Sebagai bawahan atau pegawai biasa, tentu saja hal seperti ini
wajar, kapan saja kedudukan ataupun jabatan bisa diambil dari kita. Tapi sebagai
teman atau orang yang dipercaya hal ini sungguh menyakitkan, di saat mereka sebenarnya
punya kesempatan untuk membantu, malah tidak perduli sama sekali dan lebih memilih
untuk menyelamatkan diri dari pada harus berkorban dan kehilangan kesempatan
mereka. Tapi saya dan keluarga lebih memilih untuk mengampuni serta melihat
semua kesulitan ini sebagai proses untuk diangkat Tuhan lebih tinggi lagi,
tentu saja tidak mudah tapi harus melalui berbagai drama dan air mata, hehehe….
Tapi kami berhasil melaluinya, tidak membenci dan menyerahkan semua kepada
Tuhan.
Biarlah DIA yang memutuskan apa yang terbaik buat kami
dan mereka. Tuhan Yesus berkata, Dan jikalau kamu mengasihi orang yang
mengasihi kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun mengasihi juga orang yang
mengasihi mereka, (Lukas 6:32). Walaupun sulit, saya yakin kita semua mampu
melakukannya. Butuh kemurnian dan keberanian seperti yang dimiliki oleh Santa
Maria Goretti, seorang gadis kecil tapi memiliki hati yang sangat besar. Kata seorang
teman, memelihara kemarahan, kebencian dan dendam sama seperti kita menerima
menerima untuk minum racun yang diberikan oleh orang lain. Ketika kita menolak
meminumnya, artinya kita terbebas dari semua itu. Karena pada dasarnya orang
yang berbuat salah kepada kita sendiri sudah tersiksa dengan rasa bersalah
dalam dirinya, biarlah dia menanggung semua itu sendiri tanpa kitapun harus
terlibat di dalamnya.






