Selasa, 20 Agustus 2019

The Third Way of Love


Hayyy there... Why I’am so excited talk about movie, because I am movie lover... Dan tidak ada hal lain yang membuat saya bisa banyak berbicara seperti ini selain movies bebs... Maafkan saya jika semua film tidak saya selesaikan ceritanya, hanya ingin membuat kalian penasaran dengan endingnya dan ikut menonton sehingga kalian bisa memutuskan sendiri pendapat kalian tentang film tersebut.

Memang tidak semua movie yang saya bahas disini mempunyai kisah yang menarik ya gengs, menurut saya. But, yang sampai sekarang masih menjadi keinginan saya adalah membahas film Indonesia yang menarik. But, you know what, film Indonesia tidak gampang ditemukan di web2 movie, yang kan? Sementara di kota kecil kami yang tercinta ini tidak punya Bioskop, so, jadilah saya sangat tergantung dengan website movie, yang sepertinya ilegal setiap waktu berubah channel, harus dicari2 dulu seharian hahahaha.... Dimana web seperti ini tidak punya film Indonesia yang terbaru gengs.... Akhirnya saya memutuskan harus puas dengan film2 barat or asia yang ada saja, dari pada stress, ya kan??




Okay, let’s talk about Roman China yang dibuat tahun 2015, ‘The Third Way of Love’. I know, why love movie again??? Padahal, I don’t believe in love? Am I? No, I don’t believe in true love. Bebs, film ini katanya kisah cinta yang sangat sedih dimana mempertemukan oppa kesayanganku (you know.... I am oppa Korea lover too hehehe...) Song Seung Heun dengan artis China Liu Yi Fei. Maksudnya bahwa kedua orang ini dipertemukan dalam film ini dan kemudian menjadi kekasih di dunia nyata. Kayak, cinlok gitu... 


Please don’t judge me, okay?? Song Seung Heun adalah aktor Korea ter-hot (katanya cari cowok jangan yang hot, soalnya neraka juga hot, wkwkwkwkwk...) yang punya keahlian mendalami karakter luar biasa. Kita yang menonton seolah ikut main sama oppa cakep ini deh, suer! Beberapa filmnya yang sudah saya tonton, termasuk Obssesed 2014 (bebs, kalau kamu belum dewasa tidak boleh nonton film ini ya, full adult...).


Patut diakui, The Third Way of Love yang merupakan adaptasi dari Novel berjudul ‘Di San Zhong Ai Qing’ karangan Zi You Xing Zou tahun 2007 ini merupakan kisah cinta impian wanita, dengan ending yang berbeda tentu saja, karena di film ini endingnya sedih sekali. Berkisah tentang sepasang kekasih yang ditakdirkan melewati kisah cinta penuh masalah dan sangat complicated. Setelah bercerai dengan suami yang dinikahinya selama 3 tahun, Zou Yu (Liu Yi Fei) pulang dari Beijing dengan pesawat. Ia menangis sejadi2nya sepanjang perjalanan. Di samping tempat duduknya, Lin Qi Zheng (Song Seung Heun) merasa risih dengan tatapan mata semua penumpang pesawat yang curiga padanya, karena wanita yang menangis tanpa peduli orang di sekitarnya itu duduk tepat di sampingnya. Ia menyodorkan tissue pada Zou Yu, ia menatap gadis cantik itu penuh tanda tanya sampai tiba di bandara.


Sesampai di rumah, Zou Yu mendapati adiknya Zou Yue (Jia) melakukan percobaan bunuh diri. Penyebabnya sangat tidak masuk akal sebenarnya menurut saya. Ia jatuh cinta pada bos di tempat kerjanya dan merasa depresi setelah mengetahui bosnya ini akan menikah padahal bosnya sama sekali tidak pernah bertemu apalagi menjalin hubungan dengannya. Dokter yang merawatnya, menyarankan kepada Zou Yu agar menjaga kondisi Zou Yeo tetap tenang, karena hasrat untuk bunuh dirinya sangat rentan, bisa kumat lagi.


Zou Yu bekerja sebarai Lawyer dari Firma Hukum kecil. Perceraiannya membuat dia semakin mandiri dan tangguh menjalani hidupnya yang keras. Ia juga menjadi pengacara sukarela yang membantu para buruh miskin yang tidak bisa menyewa pengacara. Setelah menanyakan penyebab usaha bunuh diri pada adiknya, Zou Yu pergi menemui Qi Zheng, untuk menanyakan soal hubungannya dengan adiknya. Ia berharap pria itu mau bertanggung jawab. Tapi kemudian ia menyadari bahwa adiknyalah yang hidup dalam hayalan, terobsesi pada bos di kantornya yang hanya bisa dipandang dari jauh tapi tidak mungkin bisa dimiliki. Baru kemudian ia mengerti, ternyata si Lin Qi Zheng ini adalah pria yang digila-gilai wanita2 single di kota itu, karena ia memiliki semua kualifikasi pria impian wanita.


Ia tampan, sukses, anak konglomerat dan presiden perusahaan terkenal di Beijing, Zhilin Group. Zou Yu cepat2 pergi karena merasa bersalah telah menuduh Qi Zheng. Saat itu ia belum menyadari bahwa Qi Zheng adalah pria di pesawat yang memberinya tissue. Kemudian mereka dipertemukan lagi, ketika salah seorang buruh yang menjadi kliennya hendak bunuh diri di bangunan proyek milik Zhilin Group. Ia menuntut dibayar upah kerja lemburnya. Bersama Qi Zheng ia berhasil menyelesaikan persoalan itu. Keduanya makan malam untuk merayakannya, saat itulah Qi Zheng mulai menunjukkan ketertarikannya pada Zou Yu.


Menyadari sinyal2 asmara itu, Zou Yu berusaha menghindari. Ia masih trauma dengan perceraiannya dan selama ini nyaman hidup seolah tidak butuh cinta. Then, sebuah kesempatan mempertemukan mereka lagi. Lembaga hukum Zou Yu dipilih menjadi mitra kerja Zhilin Grup. Dengan kata lain, Zou Yu dan kolega kantornya harus mengurus segala sesuatu tentang hukum yang menyangkut perusahaan besar ini. Qi Zheng, pemuda kaya raya yang hidupnya diatur, kaku dan taat pada aturan keluarga juga ayahnya, sangat haus akan cinta. Seolah mendapat kesempatan emas untuk lebih dekat dengan Zou Yu, ia benar2 memanfaatkan situasi ini.


Sutradara film ini, John H. Lee memang jago dalam menghasilkan sindrom melow (ciaahhh... kayak tau2 ajah...), si John ini adalah sutradara ‘A Moment to Remember’ yang terkenal sangat mengaduk-aduk perasaan penonton di tahun 2004 itu gengs. Layaknya wanita2 tangguh dalam kebanyakan romance movie, Zou Yu tidak segampang itu jatuh hati pada Qi Zheng


Berbagai usaha Qi Zheng tidak mampu meluluhkan hatinya. Saya merasa di satu sisi ia memang tidak percaya akan semudah itu dicintai pria kaya yang baru saja dikenalnya, ditambah lagi ia seorang janda. Dan di sisi lain ada adiknya Zou Yeo yang terobsesi secara aneh pada Qi Zheng ( What kind of love is that? is not make sense, right?!).


But, takdir berkata lain, menyadari kegigihan Qi Zheng, Zou Yu mulai goyah. Dari asisten kepercayaan Qi Zheng, Zou Yu mengetahui bahwa setiap pagi pria itu minum kopi di cafe yang berada di persimpangan penyebrangan yang tiap hari dilewati Zou Yu hanya untuk bisa memandangnya dari jauh. Sejak itu keduanya memulai kencan mereka yang romantis. Saat mereka berkesempatan terbang berdua dalam urusan kerja ke Beijing, Zou Yu membelikan sebuah syal untuknya. Walaupun masih takut dan bingung akan masa depan hubungan mereka, Zou Yu percaya pada janji yang diucapkan Qi Zheng yang akan membahagiakan dia. 


Tapi itu tidak membuat Zou Yu mau dikasih segala kemudahan, ia mengembalikan kartu kredit dan semua fasilitas yang diberikan Qi Zheng. Menyadari perbedaan status sosial dan situasi di mereka, Zou Yu memberikan persyaratan bahwa dalam hubungan mereka hanya boleh bertemu kalau keduanya saling merindukan dan jika nanti salah satu dari mereka ingin mengakhiri hubungan, masing2 harus merelakannya. Qi Zheng seolah telah menemukan kebahagiaan yang selama ini dirindukannya, keduanya benar2 bahagia dan jatuh cinta.


Of course, kisah indah mereka mulai menghadapi tantangan. Saat sedang berduaan di apartemen, Jiang Xiyao (Jessie Chiang) tiba2 datang. Dia adalah putri dari sahabat ayah Qi Zheng, yang sudah dijodohkan dengannya sejak dulu. Melihat kebersamaan keduanya, Xiyao yang sepertinya sudah sangat mencintai Qi Zheng, mulai gusar. 


Tiba2 saja masalah mulai berdatangan. Keuangan perusahaan Zhilin memburuk, Qi Zheng harus berkeliling mencari pinjaman, tapi semua usahanya sia2. Ayahnya mendesak ia segera menikahi Xiyao, karena perusahaan ayah Xiyao mampu menolong keterpurukan mereka. Xiyao juga menemui Zao Yu, walau tidak dikatakannya langsung, Zao Yu mengerti maksud Xiyao agar ia mundur, sebagai pengacara perusahaan ia diminta untuk mengurus perjanjian pranikah mereka.

Menyadari hubungan mereka tidak mungkin bisa diselamatkan, Zou Yu yang penuh kesedihan hampir saja tertabrak di penyeberangan. 


Ia menyadari hal itu diperhatikan oleh Qi Zheng yang mengamatinya dari dalam cafe persimpangan, tempat biasa ia menunggui gadis itu lewat. Ia memberikan tisue dan berkata “ini hadiah untukmu, berhati-hatilah menyeberangi persimpangan ini jika disana tidak ada jembatan penyeberangan”. Kemudian di akhir kisah ia baru menyadari maksud kata2 Qi Zheng itu.


Setelah calon pengantin yang dijdohkan itu menandatangani perjanjian pranikah yang diurusnya, Zou Yu mabuk2an mengenang cintanya dengan Qi Zheng. Qi Zheng yang masih berharap pada hubungan mereka, datang mencarinya di pesta pernikahan teman kantor Zou Yu. Ia masih berusaha meyakinkan Zou Yu untuk menunggunya. 

Hubungan mereka akhirnya diketahui Zou Yue, ia marah dan mengancam bunuh diri. Kali ini ia melompat dari gedung proyek, tempat pertama kalinya Qi Zheng jatuh hati pada kakaknya. Tapi ia berhasil diselamatkan. Menyadari kondisi yang sangat rumit itu, Qi Zheng memilih mundur. Ia sadar bukan hanya dia yang berada dalam dilema. Mereka sama2 harus menyelamatkan keluarganya. Pada akhirnya sekeras apapun usaha mereka, keduanya tetap tak bisa bersama dan mereka benar2 tidak punya pilihan lain selain berpisah.


Di akhir film ditampilkan adegan masa2 indah keduanya di Beijing, saat itu Zou Yu berkata pada Qi Zheng:
“Bisakah kau bagi cinta menjadi 3 jenis?”.
Qi Zheng menjawab:
“Pertama, seorang wanita yang menangis. Kedua, seorang pria yang menghapus air matanya. Yang ketiga, yang ketiga....”
Ia berhenti disitu, lalu tertulislah judul film itu “Mencintai dengan cara yang ketiga....”



Saya mengambil kesimpulan mencintai dengan cara yang ketiga maksudnya adalah mereka masih saling mencintai, tapi tidak saling memiliki. Bagaimanapun mereka masih memiliki kenangan yang akan abadi selamanya, tidak ada yang bisa merampas itu. Ya ampun, saya benar2 tidak bisa memahami cinta Zou Yeo pada Qi Zheng, apa itu bisa dibilang cinta?? Mereka bahkan tidak punya hubungan apa2, hanya obsesinya yang tidak terwujud, tapi kok bisa seekstrim itu ya??

Kisah seperti ini nyaris tidak pernah ada di dunia nyata bebs, anak konglomerat jatuh cinta pada janda dari ekonomi kelas rendah, bawahannya sendiri, padahal ia punya tunangan cantik yang setara bahkan lebih kaya dari dia dan keluarganya. Bisa jadi ia memang lebih suka pada wanita mandiri ketimbang anak manja yang hidup dari kekayaan keluarganya. Ending film ini benar2 realistis, walaupun tidak dijelaskan secara mendetail, tapi bahwa mereka berdua berpisah. Masing2 kembali ke dunia mereka dan menjalani hidup sebagaimana seharusnya. 

Banyak review film ini yang mengatakan bahwa ini kisah cinta yang sangat sedih, membuat orang terus-menerus menangis. Tapi entahlah, itu tidak terjadi pada saya. Menurut saya tidak terlalu ekstrim selama keduanya tetap hidup dan memilih jalan yang lebih realistis ketimbang larut dalam cinta yang tidak menjanjikan apapun. That is fair, I think.

So, secara tidak terduga saya menceritakan ending film ini kan guys? Apakah kalian masih ingin menontonnya? Try it, okay? Mungkin kalian punya pendapat yang sangat berbeda dengan saya, who knows...

See you soon bebs...





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paus Yohanes Paulus II

Santo Paus Yohanes Paulus II Salve sahabat Kristus, kalau kita seusia, sahabat pasti mengenal dengan baik siapa Paus Yohanes Paulus II yang ...