Hey gengs, so sorry saya terlalu
lama kehilangan inspirasi, entah disebabkan oleh apa?? Mungkin karena sakit dan
kurang mood saja kali yaa.. Okeyy.... kita akan membicarakan
tentang ‘Five Feet Apart’. Kalau diIndonesiakan jadi kayak ada lagunya : ‘Pacarku memang dekat, lima
langkah dari rumah, tak perlu kirim surat, sms juga ga usah...’ (bacanya sambil
nyanyi yaaa.... wkwkwkwkwk). Mirip2 aja gitu temanya ya kan?? hehe...
So, katanya film ini terinspirasi
dari kisah nyata ya, tentang pasangan yang jatuh cinta ketika mereka bertemu di
rumah sakit, dimana disitu mereka dirawat karena
penyakit mematikan yang diderita gengs... Disutradarai oleh Justin Baldoni, film ini punya soundtrack yang sangat manis hehe...
Will (Cole Sprouse, cowok Riverdale
hehe..) dan Stella (Haley Lu Richardson) adalah pasien penderita penyakit
langka ‘Cystic Fibrosis’. Ini adalah penyakit langka dimana paru2 mereka tidak bisa berfungsi
dengan baik karena infeksi, sehingga penderitanya harus menggunakan masker khusus dan oksigen
setiap waktu. Sampai2 dibuatkan tas khusus sehingga bisa dibawa kemana2. Di rumah sakit ini mereka dirawat dan diobati dengan jadwal sangat ketat.
Dengan harapan mereka bisa bertahan dalam pengobatan sambil menunggu donor
paru-paru yang cocok untuk melanjutkan hidup, walaupun paru2 baru itu hanya bertahan sekitar 5
tahun kedepan lalu akan terinfeksi lagi.
Seperti remaja umumnya, Stella
sangat suka berbagi cerita di media sosial. Bahkan ia membuat vlog tentang rutinitas
yang dilewatinya selama di rumah sakit. Lucunya saya perhatikan, mungkin karena
sangat lama dirawat di rumah sakit, kamar Stella benar2 didekor khusus seperti
kamar remaja putri pada umumnya, bernuansa peach.
Stella sangat terorganisir, obat2annya diatur sangat rapi sesuai jadwal. Disinilah ia bertemu dengan Will, pasien dengan penyakit yang sama. Berbeda dengan Stella yang ceria dan teratur, Will sangat pemurung dan seolah tidak peduli dengan kesembuhannya, jadi dia tidak pernah mengkonsumsi obat atau melakukan medicare yang seharusnya. Ia berprinsip; ini hanyalah hidup yang akan berakhir sebelum kau sempat menyadarinya.
Stella sangat terorganisir, obat2annya diatur sangat rapi sesuai jadwal. Disinilah ia bertemu dengan Will, pasien dengan penyakit yang sama. Berbeda dengan Stella yang ceria dan teratur, Will sangat pemurung dan seolah tidak peduli dengan kesembuhannya, jadi dia tidak pernah mengkonsumsi obat atau melakukan medicare yang seharusnya. Ia berprinsip; ini hanyalah hidup yang akan berakhir sebelum kau sempat menyadarinya.
Apa karena keseringan ketemu, keduanya jatuh cinta. Ketika Stella mendesak Will untuk kembali
melakukan perawatan, hal itu mendekatkan mereka. Tapi karena si ‘Cystic
Fibrosis’ ini, keduanya dilarang keras untuk saling mendekati ya gengs. Itu bisa
menyebabkan infeksi fatal yang berujung kematian. Gimana dong, pacaran tapi tidak boleh dekat2,
keinginan terdalam pasangan yang sedang jatuh cinta adalah bisa saling
berdekatan kan?
But, mereka tetap berkencan. Walaupun
hal itu ditentang habis2an oleh dokter Hamid (Parminder Nagra) yang merawat
mereka. Didukung penuh oleh sahabatnya Poe (Moses Arias) sesama pasien ‘Cystic
Fibrosis’, Stella menggunakan sebuah tongkat yang kira2 panjangnya sudah diukur sesuai
jarak aman mereka di setiap pertemuannya dengan Will. How romantic...
Mereka benar2 melakukannya
senormal mungkin, berdandan untuk kencan, makan bersama, juga merayakan ulang
tahun Will di cafe rumah sakit. Cukup menyenangkan jika mengingat situasi mereka.
Problem mulai datang ketika Poe meninggal. Stella
sangat kehilangan sahabatnya itu. Sementara Will harus menghentikan
perawatannya karena memang sejak lama pengobatannya sudah dinyatakan tidak berhasil, infeksi di paru-2nya sudah sangat parah, tidak bisa diatasi lagi dan ternyata Will sudah mengetahui hal itu sebelum ia jatuh cinta pada Stella.
Dalam
kesedihan, Stella mengajak Will berjalan2 agak jauh dari
rumah sakit. Ia merasa putus asa dengan kondisi mereka, penyakit ini membuat ia
kehilangan kebersamaan dengan kekasih, sahabat bahkan ia juga sudah lebih dulu kehilangan kakak perempuannya. Then, they break the rule, mereka berciuman gengs, dan
sebuah kecelakaan terjadi. Keduanya terjatuh dalam danau yang permukaannya beku. Ironisnya saat itu, Stella mendapatkan donor paru-paru cocok dari
seorang gadis yang meninggal karena kecelakaan.
Menyadari Stella masih memiliki
harapan hidup dan keberadaannya bisa membuat Stella tidak aman, Will memilih berpamitan
ketika Stella dalam kondisi pemulihan pasca operasi. Scene ini sangat
mengharukan ya gengs, karena keduanya sama2 menyadari tidak akan bisa bertemu lagi apalagi bersama.
Pesan mendalam dari film ini, sebagai manusia kita sangat membutuhkan sentuhan dari orang2 yang kita cintai, hampir sebanyak kita membutuhkan
udara untuk bernapas. Selain sebagai bentuk komunikasi, sentuhan itu memberikan
perasaan hangat, nyaman dan dicintai. Seringkali kita tidak menyadarinya sampai kita benar-benar kehilangan mereka.
Bisa jadi hal ini bukan hanya soal penyakit mematikan, tapi juga jarak yang berjauhan. Betapa tidak enaknya memikirkan ketidakpastian kapan akan bertemu dan bersentuhan lagi. Saya pribadi merasa, mungkin sebaiknya benar2 kehilangan karena kematian, dari pada masih sama2 hidup tapi berjauhan tanpa bisa berharap lebih akan bertemu atau bersentuhan lagi. Walaupun tetap saja kehilangan adalah hal yang menyakitkan, terutama buat mereka yang ditinggalkan, mungkin kita harus lebih iklas, seperti kata Will, ketika kau sangat suka seseorang kau harus bisa melepaskannya pergi. Just like that...
Bisa jadi hal ini bukan hanya soal penyakit mematikan, tapi juga jarak yang berjauhan. Betapa tidak enaknya memikirkan ketidakpastian kapan akan bertemu dan bersentuhan lagi. Saya pribadi merasa, mungkin sebaiknya benar2 kehilangan karena kematian, dari pada masih sama2 hidup tapi berjauhan tanpa bisa berharap lebih akan bertemu atau bersentuhan lagi. Walaupun tetap saja kehilangan adalah hal yang menyakitkan, terutama buat mereka yang ditinggalkan, mungkin kita harus lebih iklas, seperti kata Will, ketika kau sangat suka seseorang kau harus bisa melepaskannya pergi. Just like that...
So, apapun itu, selagi kamu bisa,
sentuhlah mereka. Karena hidup terlalu singkat untuk disia-siakan gengs....












