Kamis, 31 Oktober 2019

Five Feet Apart 2019



Hey gengs, so sorry saya terlalu lama kehilangan inspirasi, entah disebabkan oleh apa?? Mungkin karena sakit dan kurang mood saja kali yaa.. Okeyy.... kita akan membicarakan tentang ‘Five Feet Apart’. Kalau diIndonesiakan jadi kayak ada lagunya : ‘Pacarku memang dekat, lima langkah dari rumah, tak perlu kirim surat, sms juga ga usah...’ (bacanya sambil nyanyi yaaa.... wkwkwkwkwk). Mirip2 aja gitu temanya ya kan?? hehe...


So, katanya film ini terinspirasi dari kisah nyata ya, tentang pasangan yang jatuh cinta ketika mereka bertemu di rumah sakit, dimana disitu mereka dirawat karena penyakit mematikan yang diderita gengs... Disutradarai oleh Justin Baldoni, film ini punya soundtrack yang sangat manis hehe...


Will (Cole Sprouse, cowok Riverdale hehe..) dan Stella (Haley Lu Richardson) adalah pasien penderita penyakit langka ‘Cystic Fibrosis’. Ini adalah penyakit langka dimana paru2 mereka tidak bisa berfungsi dengan baik karena infeksi, sehingga penderitanya harus menggunakan masker khusus dan oksigen setiap waktu. Sampai2 dibuatkan tas khusus sehingga bisa dibawa kemana2. Di rumah sakit ini mereka dirawat dan diobati dengan jadwal sangat ketat. Dengan harapan mereka bisa bertahan dalam pengobatan sambil menunggu donor paru-paru yang cocok untuk melanjutkan hidup, walaupun paru2 baru itu hanya bertahan sekitar 5 tahun kedepan lalu akan terinfeksi lagi.


Seperti remaja umumnya, Stella sangat suka berbagi cerita di media sosial. Bahkan ia membuat vlog tentang rutinitas yang dilewatinya selama di rumah sakit. Lucunya saya perhatikan, mungkin karena sangat lama dirawat di rumah sakit, kamar Stella benar2 didekor khusus seperti kamar remaja putri pada umumnya, bernuansa peach. 



Stella sangat terorganisir, obat2annya diatur sangat rapi sesuai jadwal. Disinilah ia bertemu dengan Will, pasien dengan penyakit yang sama. Berbeda dengan Stella yang ceria dan teratur, Will sangat pemurung dan seolah tidak peduli dengan kesembuhannya, jadi dia tidak pernah mengkonsumsi obat atau melakukan medicare yang seharusnya. Ia berprinsip; ini hanyalah hidup yang akan berakhir sebelum kau sempat menyadarinya.


Apa karena keseringan ketemu, keduanya jatuh cinta. Ketika Stella mendesak Will untuk kembali melakukan perawatan, hal itu mendekatkan mereka. Tapi karena si ‘Cystic Fibrosis’ ini, keduanya dilarang keras untuk saling mendekati ya gengs. Itu bisa menyebabkan infeksi fatal yang berujung kematian. Gimana dong, pacaran tapi tidak boleh dekat2, keinginan terdalam pasangan yang sedang jatuh cinta adalah bisa saling berdekatan kan?


But, mereka tetap berkencan. Walaupun hal itu ditentang habis2an oleh dokter Hamid (Parminder Nagra) yang merawat mereka. Didukung penuh oleh sahabatnya Poe (Moses Arias) sesama pasien ‘Cystic Fibrosis’, Stella menggunakan sebuah tongkat yang kira2 panjangnya sudah diukur sesuai jarak aman mereka di setiap pertemuannya dengan Will. How romantic...


Mereka benar2 melakukannya senormal mungkin, berdandan untuk kencan, makan bersama, juga merayakan ulang tahun Will di cafe rumah sakit. Cukup menyenangkan jika mengingat situasi mereka.


Problem mulai datang ketika Poe meninggal. Stella sangat kehilangan sahabatnya itu. Sementara Will harus menghentikan perawatannya karena memang sejak lama pengobatannya sudah dinyatakan tidak berhasil, infeksi di paru-2nya sudah sangat parah, tidak bisa diatasi lagi dan ternyata Will sudah mengetahui hal itu sebelum ia jatuh cinta pada Stella. 


Dalam kesedihan, Stella mengajak Will berjalan2 agak jauh dari rumah sakit. Ia merasa putus asa dengan kondisi mereka, penyakit ini membuat ia kehilangan kebersamaan dengan kekasih, sahabat bahkan ia juga sudah lebih dulu kehilangan kakak perempuannya. Then, they break the rule, mereka berciuman gengs, dan sebuah kecelakaan terjadi. Keduanya terjatuh dalam danau yang permukaannya beku. Ironisnya saat itu, Stella mendapatkan donor paru-paru cocok dari seorang gadis yang meninggal karena kecelakaan.


Menyadari Stella masih memiliki harapan hidup dan keberadaannya bisa membuat Stella tidak aman, Will memilih berpamitan ketika Stella dalam kondisi pemulihan pasca operasi. Scene ini sangat mengharukan ya gengs, karena keduanya sama2 menyadari tidak akan bisa bertemu lagi apalagi bersama.


Pesan mendalam dari film ini, sebagai manusia kita sangat membutuhkan sentuhan dari orang2 yang kita cintai, hampir sebanyak kita membutuhkan udara untuk bernapas. Selain sebagai bentuk komunikasi, sentuhan itu memberikan perasaan hangat, nyaman dan dicintai. Seringkali kita tidak menyadarinya sampai kita benar-benar kehilangan mereka. 

Bisa jadi hal ini bukan hanya soal penyakit mematikan, tapi juga jarak yang berjauhan. Betapa tidak enaknya memikirkan ketidakpastian kapan akan bertemu dan bersentuhan lagi. Saya pribadi merasa, mungkin sebaiknya benar2 kehilangan karena kematian, dari pada masih sama2 hidup tapi berjauhan tanpa bisa berharap lebih akan bertemu atau bersentuhan lagi. Walaupun tetap saja kehilangan adalah hal yang menyakitkan, terutama buat mereka yang ditinggalkan, mungkin kita harus lebih iklas, seperti kata Will, ketika kau sangat suka seseorang kau harus bisa melepaskannya pergi. Just like that...


So, apapun itu, selagi kamu bisa, sentuhlah mereka. Karena hidup terlalu singkat untuk disia-siakan gengs....


Paus Yohanes Paulus II

Santo Paus Yohanes Paulus II Salve sahabat Kristus, kalau kita seusia, sahabat pasti mengenal dengan baik siapa Paus Yohanes Paulus II yang ...